Rabu, 31 Oktober 2012

Dia yang di jalan itu

Aku mennelusuri siangnya malam itu
kulihat dia indah nian
tersenyum ramah menyapa dunia
siapakah yang akan menemaninya malam ini

coba aku bertanya tak juga pada dia
aku bertanya pada adaku
siapakah aku sampai aku bertemu dia
dia yang begitu mempesona

kuperhatikan terus dia yang teta tersenyum
meraih kretek filter dan menghisapnya
kuperhatikan dengan sebuah tatap penuh tanya
adakah itu membuatnya nikmat??

aku hanya terus bertanya
pada raga adaku sendiri
adaku tetap memberi tanya pada diriku
siapakah engkau??

dia mendekat
tersenyum dia menatap penuh seluruh
aku pun tersenyum
tiada kata terkata, sulit aku merangkai kalimat

dia memulai percakapan itu
tiada jawab langsung terlontar dari mulutku
hanya senyum kaku syarat tanya yang bisa aku tunjukkan
dia bertanya, aku pun bertanya kepada diriku sendiri

???????????????
????????
???
?

satu tanya dalam seribu keinginan
aku pun terus bergelut dalam kesendirianku
walau dia tetap berada di sampingku
tak kurang senyum manis di bibirnya
menghiasi kebingunganku dalam seribu tanya

akh.. dia
sampai kapan dia ada dan terus berada
menggoda ada yang tercipta buat aku dan dunia
walau dunia tidak mencari
dia tetap dicari

dia
demi dunia dan dia
demi aku dan dunia
yang tak pernah tahu siapa dia, dunia, dan aku
tetap berada di jalan itu

tiada orang tahu dia tetap tersenyum
dia tetap setia menemani aku dan dunia
yang bertanya pada dunia dan ada sendiri
memberi warna indah dan nikmat pada dunia

di akhir pertemuan itu
aku terhanyut dalam nasibnya
dia ada untuk aku tersenyum
walau senyum itu bukan miliknya

dia tersenyum dalam kedukaan mendalam
dia manis dalam kepahitan hidupnya
dia nikmat dalam aneka derita hidupnya sendiri
dia ada dalam keberadaan yang tiada rapuh

aku terdiam di akhir cerita
mengenang dia yang senantiasa setia
menebar senyum kehancuran
menampil wajah manis penuh sakit

akh siapakah yang mampu membawa dia
terbang menuju lautan ada nan indah
berjalan dalam kebenaran tiada sangkal
biar senyumnya suci tiada duka
lembut perawakannya tiada kemunafikan harta

tetap padamu adaku
aku alamatkan seribu satu tanya
pada raga tak kuasa
membawa aku, dia dan dunia
pada ada yang tercipta.. (AS, Jakarta 051211)

Sabtu, 08 September 2012

BERSAMA DALAM SEGALANYA: BUDAYA YANG MEMPERSATUKAN (Catatan Reflektif tentang Filosofi Hidup dan Lambang Budaya Masyarakat Kampung Naga)


A.    Catatan Pembuka
            Tertegun seolah tak percaya, melihat situasi kehidupan Masyarakat Kampung Naga yang menganut pola tradisional di tengah modernisasi zaman. Itulah secuil kesan pertama apabila seseorang dihadapkan dengan situasi hidup dan keberadaan masyarakat di Kampung Naga. Perkembangan teknologi dan kemajuan yang serba modern dan syarat dengan permisifitas global rupanya tidak mempan berhadapan dengan corak hidup, pola pikir, dan folosofi hidup orang Kampung Naga.
            Perkampungan tradisional yang Secara administratif kepemerintahan berada di Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya ini merupakan perkampungan adat yang masih tetap memegang teguh adat istiadat leluhur, meskipun berada di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang modern,  dalam kehidupannya mereka masih tetap menjalankan kehidupan tempo dulu. Masyarakatnya hidup dalam kesahajaan dan kebersamaan penuh dalam segala bidang kehidupan.
            Studi kualitatif sehari yang dilaksanakan di Kampung Naga menjadikan saya mengamini ketegunan saya terhadap realita tradisionalisme yang dianut penuh di tengah modernitas zaman. Pola perkampungan, pola hidup, dan kepatuhan pada tradisi membuat kampung ini menjadi kampung yang unik bila dibandingkan dengan perkampungan lainnya. Semuanya itu membawa saya kepada permenungan yang mendalam tentang pentingnya kembali kepada budaya asli. Membangun kebersamaan dalam segala lingkup kehidupan dengan memaknai simbol-simbol budaya dan warisan tradisi nenek moyang.
            Dalam refleksi sederhana ini, saya mencoba mengulas indahnya kebersamaan dalam kehidupan masyarakat kampung Naga. Khusunya dalam kepatuhan mereka terhadap pemimpin dan kesahajaan hidup bersama yang berpatok pada tradisi dan filosofi hidup warisan nenek moyang kampung Naga.

           



B.     Filosofi Hidup Masyarakat Kampung Naga
            Setiap masyarakat tentu memiliki filosofi hidup yang khas. Bahkan itu menjadi penanda yang membuat mereka berbeda dengan masyarakat yang lainnya. Tentang hal ini, masyarakat kampung Naga pun memiliki filosofi hidup yang khas dan terus terlestarikan.
            Ketika tatap muka dengan pak Kuncen, pemimpin di Kampung Naga, saya terkesan dengan ungkapan yang beliau selalu katakan sebagai dasar dari suatu pentingnya menjaga kelestarian budaya yakni “rusak budayanya, rusak bangsanya”. Secara pribadi, saya berpikir bahwa ungkapan ini sangat filosofis, dalam arti memiliki makna yang dalam bagi corak pikir, corak hidup dan pola laku suatu masyarakat. Budaya sebagai suatu pedoman, panduan hidup, tuntunan hidup, demikian kata Kuncen harus terus menerus diwariskan dan dijaga kelestarian. Ini secara praksis nyata dalam pewarisan tradisi yang selalu lestari dari satu turunan ke turunan yang lain. Tradisi tersebut berkenaan dengan tradisi lisan, karena tidak satu pun tradisi tertulis yang diwariskan dari nenek moyang kampung Naga.
            Tradisi-tradisi itu seperti acara-acara adat, ibadat, pedoman pembuatan rumah dan tata letak kampung, penghormatan terhadap tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat dan penghormatan terhadap para leluhur, budaya pemali. Semuanya tidak tertulis dalam semacam buku pusaka atau dokumen tertulis, tetapi masyarakat tetap menjaga kelestariannya. Semuanya diwariskan secara utuh dari angkatan yang satu ke angkatan selanjutnya. Semuanya tidak dibiarkan rusak oleh praktik hidup modern dan pengaruh globalisasi. Sungguh masyarakat adat kampung naga tidak mau buadayanya hancur, karena kehancuran budaya juga berarti kehancuran hidup suatu bangsa. Itulah sebabnya, mereka tetap melestarikan corak hidup mereka yang sangat tradisional, tanpa merasa diri sebagai orang tradisonal yang kolot.
            Setiap orang pasti akan kaget, karena ketika ditanya soal sejarah terbentuknya kampung Naga, tidak ada satu pun anggota masyarakat kampung naga yang akan menceritakannya. Mereka hanya katakan saja bahwa itu adalah pemali untuk dikisahkan. Mereka hanya mengatakan bahwa Kampung Naga, saat pertama dibangun bersama oleh nenek moyang mereka yang dipimpin oleh Sembah Eyang Singaparna. Eyang Singaparna mewujudkan petunjuk yang ada dalam mimpinya untuk membangun perkampungan seperti yang ada sekarang ini. Tentang sejarah rinci bagaimana kampung itu dibangun, siapa-siapa yang membangun, tahun berapa itu dibangun, dan untuk apa kampung itu dibangun, tidak diketahui secara pasti dan lagi-lagi, itu pemali bagi mereka untuk dikisahkan. Sungguh suatu bentuk kearifan lokal yang dijaga kelestariannya. Bagi mereka tidak penting untuk orang mengetahui secara rinci tentang sejarah, tetapi yang paling penting adalah bahwa mereka mewujudkan sejarah dalam hidup harian dengan berpatokkan pada tradisi warisan nenek moyang.
            Pada kesempatan lain, saya tertegun merenungkan ucapan Punduh Kampung, Ki Ma’un yang menggambarkan tentang kepatuhan dan kebersamaan dalam kehidupan masyarakat di Kampung Naga. Beliau mengatakan bahwa ada prinsip hidup yang mewarnai kehidupan masyarakat Kampung Naga untuk selalu bersama dalam segalanya. Prinsip itu ialah: Lakukan kalau diperintah, Berikan kalau diminta!
            Prinsip hidup bernada perintah ini rupanya menjadi semacam imperatif filosofis bagi masyarakat kampung Naga. Hidup dalam kebersamaan, saling patuh dan saling berbagi. Menikmati secara bersama hasil jerih lelah bersama. Hal ini menjadikan masyarakat kampung naga selalu menganut pola hidup sederhana dalam kebersamaan. Mungkin lebih tepat boleh dikatakan bahwa yang memiliki banyak tidak berkelimpahan, dan yang memiliki sedikit, tidak berkekurangan. Seseorang memberi bukan karena berkelimpahan, dan yang lain menerima bukan karena berkekurangan.
            Sistem organisasi kampung yang sangat absolut mengedepankan prinsip ini. Kekuasaan seorang pak Kuncen ialah kekuasaan penuh, walaupun dalam pelaksanaanya beliau selalu berkonsultasi dengan punduh adat dan punduh dusun yang berperan sebagai penasihat. Pak Kuncen merupakan pemimpin tertinggi yang berkuasa untuk memutuskan segala persoalan hidup dan segala sesuatu yang terjadi di Kampung Naga.
            Meskipun memiliki pemimpin dalam kampung, masyarakat kampung Naga tidak serta merta menolak aturan kepemerintahan. Mereka sangat patuh terhadap pemimpin pemerintahan, sejauh itu tidak bertentangan dengan tradisi dan aturan adat warisan nenek moyang di Kampung Naga. Dari cerita pak Kuncen, punduh, dan masyarakat, diketahui bahwa telah banyak usaha dari pemerintah agar fasilitas di Kampung Naga seperti listrik, jalan raya, dan sarana modern lainnya dibangun dengan nuansa modern, namun masyarakat menolaknya. Mereka lebih memilih hidup sederhana seperti nenek moyang mereka dahulu kala. Menurut mereka, masyarakat kampung Naga bukanlah objek yang harus diperhatikan secara khusus oleh pemerintah. Mereka masih sama seperti masyarakat lainnya.
            Situasi hidup dan keberadaan masyarakat Kampung Naga yang sederhana dan tradisional ini tidaklah menjadikan pola pikir mereka selalu terbelakang. Mereka juga memiliki corak pikir yang sangat modern seperti masyarakat di kampung lainnya. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan perekonomian masyarakat. Bercocok tanam, walaupun masih menggunakan sarana tradisional, seperti sekop, cangkul, tanpa traktor, mesin rontok padi,dan lain-lain, tetapi mereka memiliki corak bertani yang amat modern. Demikianpun dalam usaha perikanan air tawar, walaupun sederhana, tetapi hasilnya cukup memuaskan. Selain itu juga ada kerajinan rakyat, berupa tas, sandal, kalung, gelang, dan lain-lain merupakan hasil karya sendiri yang sudah sangat modern bentuknya, walaupun dikerjakan dengan cara yang tradisional, tanpa bantuan mesin/alat modern.
            Untuk mempertahankan perekonomian bersama, kampung Naga juga memiliki koperasi. Koperasi itu ialah koperasi bersama yang hasilnya dinikmati semua orang dalam kampung Naga.

C.    Kampung Naga, Simbol penuh Makna demi Kebersamaan yang Lestari
            Seperti yang diketahui bahwa sejarah kampung Naga secara rinci tidaklah menjadi perhatian utama masyarakat kampung Naga. Bagi mereka menceritakan sejarah itu adalah pemali, yang lebih penting ialah memaknai sejarah dalam praksis hidup.
            Bagi orang yang berasal dari luar kampung Naga, tidak akan dikisahkan tentang sejarah terbentuknya kampung Naga dan bagaimana perkembangannya dari era ke era. Untuk itu, sangat menarik bila orang yang berasal dari luar kampung Naga mempelajari dan memaknai simbol-simbol budaya yang ada dalam kampung Naga. Saya secara pribadi sangat tertarik dengan hal ini. Menurut saya, Kampung Naga itu kaya simbol, dan bahkan Kampung Naga itu sendiri adalah sebuah Simbol budaya yang kaya makna. Hal ini dapat jelas terlihat dari model tata ruang wilayahnya, bentuk bangunan rumahnya, dan bahan bangunan rumahnya yang semuanya sama, original, dan tertata rapi dalam kesederhanaan. Rumah yang berbentuk panggung sangat dekat dengan kosmologi ruang kehidupan manusia, bawah-tengah-atas yang mengisahkan tentang buruk-netral-baik. Hal ini juga sama dengan tata letak kampung. Timur-Tengah-Barat. Bagian timur dihuni oleh para dedemit dan roh jahat yang mengganggu manusia, Bagian tengah adalah perkampungan dan bagian barat ialah tempat keramat, Bumi Ageung, hutan lindung, dan makam Sembah Eyang Singaparna. Tentang tata letak ini, Semuanya terlihat terarah kepada pusat perampungan yakni Masjid dan Bumi Ageung. Ini menunjukkan bahwa masyarakat kampung Naga selalu memusatkan hidupnya pada kuasa yang ilahi dan para leluhur mereka. Agama dan budaya berjalan bersama dan diterapkan secara seimbang dalam kehidupan mereka. Letak masjid yang berdampingan dengan Bumi Ageung menunjukkan bahwa ada keterkaitan yang erat antara budaya, tradisi dengan agama dan kepercayaan masyarakat kepada yang transendens. Sungguh kosmologi masyarakat Kampung Naga merupakan suatu kosmologi teologis yang komprehensif, dalam arti bahwa kosmos merupakan satu kesatuan ruang bagi Tuhan, leluhur, manusia, dan alam yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Bila manusia tidak bersahabat dengan lingkungan hidup (alam) itu sama artinya manusia memutuskan rantai persatuannya dengan Yang Transendens (Tuhan) dan leluhur. Oleh karena itu, masyarakat kampung Naga sangat menghormati alam. Pengrusakkan terhadap alam akan menimbulkan malapetaka bagi manusia, dan itu harus dibuat acara adat untuk mengembalikkan hubungan itu agar tidak terjadi bencana alam.
            Selain tata letak yang menegaskan kosmologi masyarakat kampung Naga, bentuk rumah yang diwakili oleh Bumi Ageung merupakan suatu simbol budaya yang syarat makna. Bentuk segi empat, rumah berpintu satu, searah, bahan dasar yang diambil dari alam, tanpa balutan teknologi modern, atap yang berbentuk segitiga, bentuk rumah panggung, adanya penanda mata angin yang ditaruh di depan pintu, merupakan lambang-lambang yang penuh makna. Sebagai suatu tempat sakral, bumi ageung tidak boleh dimasuki oleh orang lain, selain pak Kuncen, Punduh, dan seorang pemasak yang dipilih Kuncen untuk memasak baginya saat acara adat. Ini menunjukkan penghormatan mereka kepada Eyang Singaparna, leluhur mereka yang diyakini raib dari bumi namun tetap hidup bersama keturunannya sampai kapanpun. Mereka merasa tidak layak menginjakkan kakinya di rumah leluhurnya itu.
            Rumah-rumah penduduk di kampung Naga juga dibuat seperti Bumi ageung. Ukuran, bentuk, bahan dasarnya harus sama untuk setiap rumah. Tidak boleh ada rumah tertentu yang dibuat modern. Semuanya dijaga kelestariannya secara bersama-sama. Model rumah yang sama ini tidaklah sekedar simbol yang tak memiliki makna, tetapi menunjukkan kebersamaan penuh dari seluruh masyarakat kampung naga. Ini secara ekspisit khusus dilambangkan dengan bentuk sudut atap rumah yang dilengkapi dengan dua kayu silang yang membentuk seperti huruf V. Oleh masyarakat ini diterjemahkan sebagai Victori (kemengan). Kemenangan itu adalah kemenangan dalam kebersamaan.
                       



D.    Catatan Akhir
            Merefleksikan tentang situasi hidup, tata letak kampung, dan keberadaan masyarakat kampung Naga sungguh merupakan suatu refleksi penuh makna yang tidak akan berakhir. Saya berpikir itu merupakan suatu pencarian tak berujung. Ini tidaklah disebabkan oleh kendala budaya pemali yang menjadi tradisi masyarakat kampung naga, tetapi lebih karena rasa kagum saya pribadi terhadap situasi hidup masyarakat kampung naga yang sungguh tradisional dalam era modern. Mereka hidup di era modern dengan aneka pengaruh modern yang sangat instan tetapi masih berpegang teguh kepada tradisi warisan nenek moyang. 
            Decak kagum dan heran yang saya rasakan itu selalu menghantui pikiran saya, manakala mengingat tentang KEBERSAMAAN dalam konteks kampung Naga. Kebersamaan itu tidak hanya tampak dalam simbol tetapi menjadi nyata dalam praksis hidup. Mereka mampu membendung gaya hidup modern dengan filosofi hidupnya yang telah mentradisi. Tradisi itu mereka tetap jaga dalam kebersamaan. Bagi mereka sesuatu akan menjadi lestari bila itu disepakati dan dipatuhi bersama.
            Belajar dari pola kebersamaan dan pemaknaan simbol budaya kampung Naga, saya terus berkutat dalam refleksi saya tentang situasi yang lebih luas dari sekadar Masyarakat kampung Naga. Mungkinkah masyarakat kampung lain di Indonesia bisa seperti kampung Naga mampu mewarisi secara penuh tradisi budaya nenek moyang kepada generasi penerusnya?
            Akhir refleksi ini, saya sangat optimis bahwa sesungguhnya bila banyak orang berguru pada masyarakat kampung naga, akan ada banyak kampung di Indonesia yang bisa belajar kembali dari budaya aslinya. Back to Basic, back to natural sangat mungkin bila semuanya optimis untuk membangun dalam kebersamaan, sehingga akhirnya setiap orang boleh berbangga memiliki budaya yang tak lekang oleh waktu dan tak luntur oleh zaman.

Kamis, 07 Juni 2012

cinta

Cintailah, maka engkau pun akan dicintai!!
.......♥#########♥
.....♥#############♥
...♥###############♥
..♥#################♥..................♥###♥
..♥##################♥..........♥#########♥
....♥#################♥......♥#############♥
.......♥################♥..♥###############♥
.........♥##########
######♥################♥
...........♥########
#######################♥
..............♥#####
#######################♥
................♥#########################♥
..................♥#
#####################♥
....................
♥###################
....................
..♥#################
....................
....♥##############♥
....................
.......♥###########♥
....................
.........♥#########♥
....................
...........♥#######♥
....................
.............♥#####♥
....................
...............♥###♥
....................
.................♥#♥
....................
...................♥
.......................................♥
....................
.................♥
....................
...............♥
....................
.............♥
....................
..........♥
....................
........♥
.........................♥
....................
..♥
..................♥
..............♥
..........♥
.......♥
......♥

.......♥.....................♥...♥
..........♥.........
....♥............♥
..............♥.....
♥...................
...................♥
.....................♥
................♥...
...♥..............♥
..............♥.....
........♥....♥
.............♥
...........♥
..........♥
.........♥
.........♥
..........♥
..............♥
...................♥

..........................♥
....................
...........♥
....................
.............♥
....................
.............♥
....................
..........♥
....................
.....♥
....................

..............♥
........♥

....♥....♥......................♥...♥
.♥..........♥.......
.........♥........♥
♥...............♥...
......♥.............
.♥.................♥
....♥................♥
..♥.................
..♥..................♥
...♥................
....................
.....♥..............
..................♥
........♥...........
..............♥
...........♥........
...........♥
..............♥.....
.........♥
..................♥.
......♥
....................
.♥..♥
....................
...♥

Rabu, 06 Juni 2012

Celotehan Galau Buatmu Sahabatku

Ada sesuatu yang membuat dia memilih jalan itu. Dulu dia dikenal sebagai sosok yang disegani. mungkin itu penilaian saya dan juga banyak orang yang mengenalnya di negeri tanpa nama yang ada di seberang sana, tanpa alamat jelas, yang jelas bahwa dia sama seperti aku dan anda, manusia biasa. Kini, saat dia berada di negeri anu, dengan alamat anu, dan berada di tampuk kekuasaan anu, terlihat jelas namanya. Dia tidak lagi seperti dulu. Aku dan anda mungkin akan bertanya mengapa dia seperti itu. Yang pasti bahwa dia masih sama seperti anda dan saya.

Awalnya aku tak percaya begitu aku mendengar cerita dari sahabatku yang lain tentang dirimu. Setelah cerita itu kubuat dalam rangkaian cerita bersambung di dunia maya, aku menjadi paham bahwa itu adalah benar. Aku tak tahu-menahu tentang kebenaran, tetapi untuk yang satu ini, aku berani katakan bahwa itu cerita itu benar adanya. 

Sahabatku, maafkan bila aku tidak pernah menegurmu bila dikau bersalah, tak pernah berjalan bersamamu bila dikau dalam gelap. Semoga dikau tetap menjadi dikau yang sebenarnya, mengarungi samudra kehidupan bersama pilihanmu nan tekat. Dikau pasti bisa, ya, semangatlah kawan. Engkau juga manusia biasa seperti aku juga kog.

Sesalku sebagai sahabat itu ada, tetapi itu hanyalah setitik sesal dalam seribu nekatmu. Mungkin itu yang terbaik buatmu. Tunjukkanlah kepada dunia, bahwa dikau bisa mengarungi hidup, walau pilihanmu mengecewakan (semua) orang. Aku yakin, DIaku bisa! Semangatlah kawanku.
(Celoteh untukmu sahabatku yang baik dan gaul (kata mereka))

Sabtu, 02 Juni 2012

Resume Materi (Learning 2)


RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

HARI, TANGGAL :  Kamis, 9 Pebruari 2012 JAM :  08.00-10.15
TOPIK :  Learning 2 RUANG : 403


A. SUMMARY MATERI
Materi yang dibahas dalam diskusi ini ialah teori belajar sosio-kultural dan teori belajar konstruktifisme. Peletak dasar teori belajar sosio-kultural ialah Jean Piaget dan Vygotsky.
Menurut Piaget, belajar ditentukan karena adanya karsa individu artinya  pengetahuan berasal dari individu. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu utama terjadinya belajar adalah individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi faktor sekunder. Sedangkan bagi Vygotsky Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal usul tindakan sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang dilatari sejarah hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari individu itu sendiri melainkan berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya. Kondisi sosial sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sosial budaya.
Ada beberapa konsep teori belajar sosio-kultural yakni Teori belajar dan pembelajaran yaitu  genetic law of development, Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development), dan Mediasi.
Dalam dunia pendidikan, aplikasi dari teori belajar sosial dapat dirasakan dalam berbagai jenjang dan model pendidikan, entah dalam pendidikan informal, nonformal dan pendidikan formal. Secara khusus dalam pendidikan formal, pengaruh teori ini merambah semua komponen (stake holders) pendidikan. selain itu, komponen-komponen pembelajaran juga harus dikembangkan dengan mengedepankan prinsip-prinsip teori belajar sosio-kultural.
Teori belajar sosio-kultural ini tentu memiliki kelebihan tertentu bila dibandingkan dengan teori belajar yang lainnya. Beberapa di antaranya ialah Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang; Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya; Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental; Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah; Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan ko-konstruksi.
Namun selain kelebihan-kelebihan itu, tentu teori ini juga tak luput dari kelemahan-kelemahan. Seperti, Terbatas pada perilaku yang tampak; proses-proses belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep; belajar dari berbagai sumber belajar, dan juga Pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati secara langsung.
Sementara itu, dalam teori belajar kontruktifisme, pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Dengan demikian, seseorang yang belajar itu berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus-menerus. Boleh dikatakan bahwa pengetahuan setiap individu dibangun oleh dirinya sendiri. Teori belajar konsep, teori pembelajaran bermakna Ausubel, dan teori skema merupakan pengembangan lanjutan dari teori konstruktifisme.
Dalam konteks pembelajaran, aplikasi dari teori ini tampak dalam penerapan model mekanistis dalam pembelajaran, pendekatan empiristik, pendekatan strukturalistik, dan realistik. Dalam pembelajaran matematika, konsep ini secara utuh terserap dalam pendekatan pembelajaran matematika realistik.

B. ISU DALAM DISKUSI
Perkembangan anak dilihat dari intermental dan intramental, maksudnya? (Puryati)
Dalam konteks pembelajaran dewasa ini, anak tidak lagi dianggap sebagai kertas kosong yang tidak berisi, tetapi anak adalah pribadi yang sudah memiliki pengetahuannya sendiri dan bisa mengkonstruksikan  sendiri pengetahuan.
Dalam konsep Vygotsky, perkembangan individu semestinya tidak hanya dipengaruhi oleh perkembangan dirinya sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial.
Setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran, yaitu interpsikologis atau intermental dan intrapsikologis atau intramental. Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang. Sedangkan fungsi intramental dipandang sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.

Bagaimana dengan refleksi dalam teori belajar sosio-kultural dan konstruktifisme? (Siti Hanifa)
Implikasi praktis dari teori belajar sosio-kultural, bahwa pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam kelas tetapi juga di luar kelas dengan metode dan media yang sesuai. Selain itu juga hal ini diterapkan dalam pendekatan belajar inquiri dan discovering, yang mengefektifkan peran siswa sendiri dalam mengkonstruksi dan mentrasformasikan informasi guna membentuk pengetahuan yang baru. siswa juga diberi kesempatan untuk merefleksi pengetahuan yang dikonstruksi dan ditransformasikannya dan membacanya secara baru sebagai suatu pengetahuan yang berarti.

Ada anak yang usia mental dan usia sesungguhnya tidak sejalan. Aspek biologisnya berkembang cepat, sedangkan mentalnya sangat lambat, jadi tidak sejalan. Bagaimana dengan hal ni (Afrinawati)
Perkembangan individu kadang tidak berjalan bersamaan dalam segala aspek. Bisa jadi aspek biologis berkembang pesat sedangkan pada aspek lainnya seperti dalam kognitif mungkin akan berbeda. Kematangan individu, biologis, kognitif, sosio-emosional, sosio-budaya masing-masing individu tentu berbedaa satu sama lain.
Secara nyata hal ini bisa ditemukan pada siswa yang mengalami keterbelakangan mental. Konsekuensinya dalam pembelajaran, guru harus memahami dan mendalami aspek-aspek perkembangan individu.

Masukkan dari Pak Asep:
Sebelum membahas teori belajar sosio-kultural, mestinya didalami dahulu teori belajar sosial. Sosial dan kultural pada galibnya sama yakni berkaitan dengan interaksi sosial dengan sesama. Perbedaannya ialah bahwa Social: hanya sekedar berinteraksi dengan sesama (yang sosial) sedangkan Kultural: interaksi keluar dalam konteks suatu budaya tertentu (kultural tertentu).
Teori belajar sosial menekankan pentingnya proses sosial (interaksi sosial) dalam kegiatan belajar. Belajar dengan mengamati orang lain (learning observation) (model). Di sini dapat dilihat bahwa anak lebih menjadi seorang pribadi  dari apa yang dilihatnya, dan sangat kurang dari apa yang dikatakan atau dinasihati orang lain. Tentang modeling, ada empat hal penting yakni Atensi (perhatian), Retensi (mengingat: memasukkan data ke dalam memori), Product (hasil dalam bentuk prilaku), dan motivation. Lebih lanjut social cognitif theory merupakan teori belajar yang menekankan pentingnya proses kognitif dan interaksi sosial dalam belajar. Dalam social kognitif learning, Bandura menegaskan bahwa ada keterkaitan erat antara personal, behavior, dan environment.
Dalam diri individu ada juga yang dikenal dengan kemampuan aktula dan kemampuan potensial. Kemampuan actual adalah kemamuan untuk menyelesaikan suatu tugas dengan sukses dan mandiri. Kemampuan potensial ialah Kemampuan yang dimiliki dan mungkin dikuasai tetapi harus dengan bantuan dari lingkungan. Kegiatan belajar bisa jadi merupakan usaha individu untuk mengefektifkan dua kemampuan ini yang terjadi secara berulang-ulang.

C. REFLEKSI
Teori belajar sosio-kultural dan teori belajar konstruktivisme merupakan dua dari sebagian banyak teori belajar yang merupakan produk dari psikologi pembelajaran. Teori belajar sosio-kultural muncul dipengaruhi oleh teori belajar sosial dan teori belajar kultural. Menurut teori ini, perkembangan anak dalam belajar sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan lingkungan budaya. Sosial dalam artian bahwa perkembangan anak dalam belajar selalu dipengaruhi oleh interaksi sosial dengan yang lainnya. Interaksi ini terjadi secara umum, dan berlaku bagi semua orang. Sedangkan teori belajar kultural, mengindikasikan belajar sebagai interaksi sosial seorang anak dengan sesama dalam lingkup budaya (kultur) tertentu.
Teori belajar konstruktifisme lebih mengedepankan peran individu dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Konstruksi pengetahuan ini tentu tidak terlepas dari peran masyarakat sosial, pengalaman anak, dan juga tingkat perkembangan anak itu sendiri.
Hemat saya kedua teori belajar ini memberi sumbangan yang berarti bagi pelaksanaan pembelajaran, baik dalam lingkup pendidikan formal, nonformal, dan informal. Teori-teori ini merupakan jiwa dari pengembangan pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan. Siswa mencari, menemukan, mengelolah, dan mengkonstruksi serta menstransformasikan informasi yang diperolehnya guna menjadi sebuah pengetahuan yang bermakna.
Namun, yang menjadi persoalan ialah, manakala para pelaku dan pemerhati pendidikan tidak memahami dengan jelas tentang penerapan teori-teori itu dalam konteks praktis pembelajaran. Boleh jadi, akan menghasilkan suatu pendekatan yang pincang dalam pelaksanaan pembelajaran karena mungkin penerapan teori tersebut hanya setengah-setengah. Saya pribadi berpendapat bahwa inilah tantangan dunia pendidikan yang harus dibaca secara menyeluruh dan mendalam. Upaya membangun pendidikan yang bermutu dan bermoral akan terwujud bila semua stake holders pendidikan, khususnya guru di sekolah memperhatikan perannya dalam mendidik, membimbing, dan membina pebelajar. Strategi dan pendekatan yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi pencapaian mutu pendidikan. hal ini akan terwujud bila guru memahami dan mendalami dengan benar dan tepat penerapan teori belajar dalam pembelajaran.

Nama : Alfonsus Sam
No.induk : 7816110450


RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

HARI, TANGGAL :  Kamis, 9 Pebruari 2012 JAM :  10.15-12.15
TOPIK :  Motivation   RUANG : 403


A. SUMMARY MATERI
Ada banyak definisi tentang motivasi individu. Secara umum, motivasi dipahami sebagai suatu dorongan internal, atau suatu situasi psikologis manusia yang menunjukkan suatu keinginan, semangat untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Sederhananya, motivasi dilihat sebagai sesuatu yang menyebabkan orang bertindak atau melakukan sesuatu.
Motivasi terdiri dari dua bentuk yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik merupakan motivasi (keinginan) yang timbul dari dalam diri siswa (individu), sedangkan motivasi ekstrinsik ialah motivasi yang muncul dari sesuatu di luar diri siswa.
Dalam konteks teori belajar kognitif, motivasi terkait dengan keyakinan, harapan dan kebutuhan, kemungkinan dan pemahaman siswa. Dalam konteks teori humanisme, motivasi mengisyaratkan hubungan yang baik antara guru dan murid, serta suasana kelas yang kondusif. Sedangkan dalam konteks teori belajar behaviorisme, motivasi erat kaitannya dengan konsep kontiguity, konsep reinforcement, punishment dan modelling.
Ada banyak teori tentang motivasi. Di antaranya ialah Teori Maslow, teori Herzberg, teori McClellend, teori Vroom, dan teori equaty dan pencapaian tujuan. Semuanya bermuara pada pemahaman bahwa motivasi selalu berkaitan dengan kehendak atau keinginan individu untuk melakukan sesuatu.
Menurut Teori Humanistis, ada beberapa cara memotivasi siswa, yakni memperlakukan siswa sebagai manusia, lalu sebagai anak didik; Hargai dan hormati anak didik tanpa syarat ( unconditioned positive regards); Ciptakan suasana kelas yang nyaman; Pertimbangankan untuk   penyelenggaraan proses pembelajaran dari perspektif  siswa .
Dalam konteks pembelajaran, motivasi selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar akan tercapai dan maksimal bila siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Selain berkaitan dengan prestasi belajar, motivasi juga dapat dilihat sebagai salah satu komponen sosial yang amat erat berhubungan dengan konteks sosial budaya, motif sosial, hubungan sosial dan konteks sosiokultural.

B. ISU DALAM DISKUSI
Pengertian motivasi bertolak belakang dengan contoh. Sebagaimana diketahui bahwa motivasi lebih dipahami sebagai dorongan internal. Lalu ada contoh bahwa pemberian hadiah bagi peserta didik merupakan salah satu bentuk motivasi ekstrinsik. Tidakkah hal ini bertolak belakang dengan pengertian motivasi? (Alfonsus Sam)
Motivasi pada dasarnya merupakan suatu dorongan dari dalam diri seseorang. Motivasi dikehendaki berasal dari diri siswa sendiri. Namun ini tidak cukup, bagaimanapun juga sangat dibutuhkan motivasi dari luar diri siswa. Hadiah disebut sebagai motivasi karena memang dengan hadiah yang dijanjikan anak didik akan termotivasi untuk belajar. Memang agak susah membedakannya dengan penguatan, karena motivasi dan penguatan dapat dibaca dalam satu kesatuan yang saling berkaitan. Penguatan juga bahkan merupakan bentuk dari motivasi eksternal.

Ada anak didik yang agak sulit untuk dimotivasi agar belajar dengan giat. Bagaimanakah upaya yang bisa ditempuh guru dalam menumbuhkan motivasi intrinsik anak seperti itu? (Dityas)
Belajar pada teori humanisme, kita dapat menemukan beberapa upaya/usaha untuk membangun motivasi intrinsik siswa, seperti:
Perlakukan siswa pertama-tama dan paling utama sebagai manusia, lalu sebagai anak didik.
Hargai dan hormatilah hak dan kewajiban anak tanpa syarat.
Ciptakan suasana kelas yang nyaman.
Pertimbangkan untuk proses pembelajaran dari perspektif siswa.

Variabel-variabel apa sajakah yang menjadi tanda seorang anak termotivasi dalam belajar? (Evi Sofia)
Ada banyak variabel (indikator) yang menjadi tanda seorang anak termotivasi dalam belajar, di antaranya:
Faktor inteligensi
Faktor lingkugan sosial
Faktor keluarga
Minat anak itu sendiri
Peran guru dalam membangkitkan minat dan memotivasi siswa
Peran guru khusus untuk memberikan pendampingan khusus terhadap siswa sesuai dengan perkembangannya.

Masukkan dari Pak Asep:
Istilah motivasi secara sederhana dapat dipahami sebagai sesuatu yang menyebabkan orang bertindak atau melakukan sesuatu. Atau juga suatu situasi psikologis yang menunjukkan suatu keinginan, semangat, untuk melakukan sesuatu.
Motivasi dibedakan atas dua yakni motivasi intrinsik yang mengarahkan seseorang belajar demi belajar; dan motivasi ekstrinsik, yang mengarahkan seseorang bahwa belajar bukan demi belajar tetapi demi ijazah, nilai ulangan, nilai ujian, dan lain-lain. Selain dua motivasi tersebut, ada satu motivasi yang kandungan kebenarannya susah ditebak, yang berwujud keikhlasan. Motivasi ini hanyalah bisa diketahui oleh Dia Yang Maha Tahu.
Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi sangat signifikan dan positif antara motivasi belajar dan prestasi belajar peserta didik. Siswa yang belajar dengan mengedepankan motivasi intrinsik, cendrung lebih berprestasi bila dibandingkan dengan siswa yang mengedepankan motivasi belajar ekstrinsik. Selain itu ditemukan bahwa motivasi selalu bersifat dinamis.
Ada beberapa indikator penanda motivasi seseorang: durasi motivasi, frekuensi motivasi, presestensi (ketekunan), ketabahan dan ulet, devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, tigkat aspirasi yang hendak dicapai, tingkat kualifikasi produk yang dihasilkan dari kegiatan, dan arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
Teori-teori motivasi terdiri dari behavioral motivation, humanistic motivation, cognitif motivation, dan socio-cultural motivation.
Beberapa tindakan praktis memotivasi siswa dalam belajar:
Perlakukan murid sebagai manusia lalu anak didik.
Membangun relasi yang kuat antara guru dengan murid.
Pertimbangkan untuk menyelenggarakan proses pembelajaran dari perspektif siswa.
Hargailah dan hormatilah hak dan kewajiban siswa.
Menciptakan situasi kelas yang kondusif.

C. REFLEKSI
Motivasi mutlak perlu dalam proses belajar dan perkembangan manusia. Saya pribadi melihat motivasi semacam roh yang mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia. Dengan perkataan lain, motivasi merupakan landasan bagi seseorang untuk melakukan, berpikir, dan bertindak sesuai dengan kesadaran dirinya sebagai manusia.
Motivasi sendiri dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Hemat saya walaupun ada pembedaan antara model atau bentuk motivasi seorang individu tetap mengarah pada perkembangan individu itu sendiri berdasarkan motivasinya sendiri. Boleh jadi, motivasi dari luar (ekstrinsik) hanyalah sebagai pendorong untuk menumbuhkan motivasi intrinsik siswa. Hal inilah yang mungkin membebankan guru di sekolah dalam usaha mendampingi anak-anak agar termotivasi untuk belajar.
Mungkin harus diakui bahwa sekarang ini, sangat sedikit sekali pebelajar yang memiliki motivasi intrinsik dalam belajar. Saya berasumsi bahwa hal ini disebabkan oleh globalisasi dan juga sistem dalam pendidikan itu sendiri. Pengaruh globalisasi yang menjanjikan banyak pesona, justru menjadi motivasi bagi pebelajar untuk belajar.
Dalam kaitannya dengan sistem, sistem pendidikan seakan-akan memaksa pebelajar untuk belajar demi tujuan tertentu, buka demi belajar itu sendiri. Iming-iming nilai bagus, sekadar lulus UN, dan lain-lain. Guru di sekolah menengah dan sekolah dasar, bahkaan dosen di perguruan tinggi selalu menekankan hal ini. para pebelajar (khususnya di pendidikan dasar dan menengah) dipaksa untuk menguasai banyak materi dengan orientasi utama untuk lulus dalam ujian akhir (Ujian Nasional). Akibatnya, para pebelajar selalu dihantui oleh rasa takut menghadapi ujian akhir tersebut. Bukan tidak mungkin pada gilirannya pebelajar akan kehilangan motivasi intrinsik.
Memang, untuk mengubah pola dan sistem pendidikan seperti ini tidaklah semudah membolak-balikkan telapak tangan. Perlu upaya keras semua pihak yang berkepentingan di dalamnya. Sumbangan dari paham humanisme menaruh harapan besar agar mengubah sistem pendidikan yang terlalu menekankan motivasi ekstrinsik dalam pembelajaran. Semoga.
Nama : Alfonsus Sam
No.induk : 7816110450

Resume Materi (Learning 1)


RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

HARI, TANGGAL   :  Selasa, 7 Pebruari 2012                 JAM               08.00-10.15
TOPIK                       :  Learning 1                                      RUANG         : 304


A.  SUMMARY MATERI
       Materi yang dibahas dalam diskusi ini ialah teori belajar behavior (tingkah laku) dan teori belajar kognitif. Teroi belajar behavioristik terdiri dari teori classical conditioning, koneksionisme, dan operant konditioning. Sedangkan teori kognitif dapat dipahami dalam teori pembelajaran Jean piaget, David Ausabel, J.A. Bruner.
       Teori belajar behavioristik memfokuskan perhatiannya pada belajar sebagai suatu perilaku manusia. Teori classical conditioning diprakarsai oleh Ivan Petrovich Pavlov yang membuat percobaan pada anjing dan berkesimpulan bahwa tingkah laku merupakan Tingkah laku adalah serangkaian refleks terkondisi yang terjadi melalui proses pengkondisian. Masih dalam cara pandang yang sama, tetapi lebih modern F.B. Skinner melakukan percobaan pada tikus dan berkesimpulan bahwa tingkah laku merupakan respons yang timbul sebagai reaksi terhadap stimulus. Lebih lanjut, E. L. Thorndike, menambahkan beberapa hukum dari hubungan antara stimulus dan respons yang terdiri dari hukum kesiapan, hukum latihan dan hukum akibat.
       Implikasi dalam pembelajaran dari teori-teori behavioristik ini ialah bahwa belajar merupakan suatu proses pembiasaan. Individu yang terbiasa untuk belajar, maka tidak akan kesulitan untuk memahami dan menghayati apa yang dipelajari. Selain itu, dalam belajar sangat perlu adanya penguatan, hukuman, dan motivasi kepada pebelajar. Prinsip-prinsip seperti kesiapan, akibat (manfaat), dan juga latihan merupakan juga implikasi penting yang diterapkan dalam pembelajaran sebagai buah dari teori behavioristik.
       Bertolak belakang dengan teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif memfokuskan belajar pada penemuan dan transformasi informasi secara aktif oleh individu. Belajar dapat dikembangkan dengan mengembangkan insight (pemahaman) dalam diri individu. Piaget mengedepankan prinsip belajar akti, belajar lewat interaksi sosial, dan belajar melalui pengalaman sendiri. Brumer menegaskan bahwa belajar hendaknya mencakup pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar, pestrukturisasian pengetahuan untuk pemahaman optimal, perincian urutan pennyajian materi, dan cara pemberian reinforcement. Sedangkan Ausabel menegaskan prinsip-prinsip belajar yang terdiri dari pengaturan awal, diferensiasi progresif, dan belajar superordinat.
       Implikasi dari teori kognitif dalam pembelajaran bahwa kegiatan belajar merupakan suatu kegiatan untuk mengembangkan pemahaman individu. Individu sendiri telah memiliki pemahaman terhadap suatu hal. Belajar merupakan usah untuk mengembangkan pemahaman tersebut. Konstruksi pengetahuan sendiri, belajar aktif, belajar dari pengalaman merupakan konsep pembejaran yang diturunkan dari psikologi kognitivisme.
       Tak dapat disangkal lagi bahwa sebetulnya kedua aliran psikologis ini (behavior dan kognitif) selalu saling melengkapi dalam kesuksesan pembelajaran. Adalah sangat bijak, kalau seorang guru dalam kegiatan pembelajaran bisa menjadi fasilitator yang menerapkan kedua aliran psikologi ini. Membiasakan anak untuk belajar mandiri dan juga kelompok, belajar dari lingkungan dan juga mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri sendiri merupakan langkah praksis yang bisa dipadukan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Jadi, guru harus mampu menggabungkan dua model pendekatan terhadap pembelajaran dalam satu kesatuan kegiatan pembelajaran.


B.  ISU DALAM DISKUSI
Ada tiga isu utama yang sempat diperdebatkan dalam pembahasan topik “individual Differences” ini, yakni:
·         Implikasi dari teori behaviorisme dalam pembelajaran, apakah ada kelemahan dan kelebihannya (Puryati)
             Teori behaviorisme sebagamana yang diwariskan dari Pavlov, Skinner, dan Thorndike mengedepankan makna belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku (perilaku) individu akibat pembiasaan pengaruh hubungan stimulus dan respons. Tingkah laku yang dikondisikan itu akan terbiasa kalau dibiasakan. Dalam konteks belajar, kegiatan-kegiatan atau materi-materi yang dipelajari akan membekas dan menjadi milik siswa (pebelajar) kalau itu dilakukan secara terus menerus sampai pada akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan yang melekat pada diri individu. Dalam bentuk yang lain implikasi dari teori ini dalam pembelajaran ialah perlunya hukuman dan penguatan bagi pebelajar agar terpacu untuk semakin giat dalam belajar.
                        Setiap teori tentu selalu memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Kelebihannya ialah bahwa teori ini mengisyaratkan pentingnya pengaruh lingkungan dalam mendukung kebiasaan tingkah laku individu dan pentingnya suatu proses trial and error dalam upaya pembelajaran. Selain itu juga konsep pembelajaran masing-masing bagian dan juga pengaruh model pembelajaran waktu lampau sangat mempengaruhi pembelajaran. Namun kadang kalau hal ini terlalu terfokus, maka akan menjadi suatu kelemahan dari konsep behavior ini. Misalnya, karena terlalu terfokus pada pengaruh lingkungan, akan mengakibatkan pebelajar seperti mesin (mekanik) yang kurang memperhatikan keseimbangan dirinya, kurang mementingkan apa yang ada dalam dirinya sendiri. Selain itu, struktur kognitif dan insight pebelajar kurang diperhatikan, karena lebih terfokus pada pembiasaan sesuai dengan pengalaman masa lampau dan tidak mementingkan perkembangan anak yang saat ini.
                       
·         Ada tiga percobaan yang dibuat oleh para ahli psikologi behavior, bagaimana aplikasi dari percobaan tersebut dan apakah ada satu teori yang dihasilkan dari percobaan-percobaan tersebut (Rahmat)
             Masing-masing ahli memiliki metodenya tersendiri untuk membuktikan teorinya. Dalam aliran Behaviorisme, sekurangnya ada tiga ahli yang membuat percobaan dengan menggunakan hewan sebagai objek percobaan.
             Pavlov melakukan percobaan dengan anjing. Pavlov mencoba mengamati hubungan antara makanan, lonceng, dan keluarnya air liur anjing. Karena dibiasakan sebelum memberi makan kepada anjingnya, dia selalu membunyikan lonceng terlebih dahulu. Pada gilirannya, ketika loncceng dibunyikan tanpa menyiaokan makanan, air liur anjing melele. Hal ini membuktikan bahwa anjing sudah membayangkan bahwa akan ada makan. Percobaan ini akhirnya memotivasi Pavlov untuk mengambil kesimpulan bahwa tingkah laku terbentuk dari pembiasaan. Aplikasinya dalam pembelajaran ialah bahwa belajar merupakan tingkah laku individu yang mesti dibiasakan.
             Skinner, membuat percobaan pada tikus. Hal ini terkesan lebih modern bila dibandingkan dengan percobaan Pavlov. Dari hasil percobaannya dia menyimpulkan bahwa tingkah laku individu merupakan respons yang timbul sebagai rekasi terhadap stimulus. Teori ini dikenal dengan istilah operant conditioning. Implikasinya dalam pembelajaran ialah bahwa pembelajaran merupakan upaya melakukan hubungan stimulus-respons sebanyak-banyaknya. Agar hal ini dapat terlaksana dengan baik dan tidak membosankan, hendaknya guru menyediakan reward bagi para siswanya. Hadiah (penguatan) yang diberikan oleh guru akan memicu anak didik dalam belajar dan berprestasi.
             Thorndike, melakukan percobaan pada Simpanse. Simpanse yang lapar diletakkan dalam sebuah jeruji besi. Di dalam jeruji itu diletakkan pula sebatang tongkat, dan di luar jeruji ada sebuah pisang masak. Dalam keadaan lapar, Simpanse dapat membuat hubungan antara pisang, tongkat, dan rasa laparnya. Akhirnya, dia bisa menggunakan tongkat untuk mendapatkan pisang yang berada di luar jeruji. Dari hasil percobaan ini, dapat ditegaskan bahwa belajar merupakan usaha pembentukan asosiasi berdasarkan pengalaman. Thorndike juga mengemukakan tiga hukum dalam belajar yakni hukum kesiapan, akibat, dan latihan. Belajar dapat berhasil bila ada kesiapan, dilatih secara berkesinambungan, dan membawa akibat yang berguna bagi pebelajar. Itulah implikasi dari teori belajar koneksionisme (stimulus-respons) dari Thorndike.
.
·         Permainan simbolis merupakan ungkapan dari anak. Apa maksudnya? (Sandra Novieta)
             Permainan simbolis yang dimaksudkan di sini ialah bahwa anak-anak Imitasi tak langsung membuat imitasi yang secara tidak langsung dari bendanya sendiri. Contoh: anak bermain kue-kuean sendiri, pasar-pasaran. Ini dialami individu pada tahap praoperasional (usia 2-7 tahun). Peran orang tua dan lingkungan pada tahap praoperasional ini sangat penting. Saat ini anak sudah bisa mengidentifikasi diri sebagai perempuan dan laki-laki. Sebaiknya dalam memilih jenis permainan untuk anak, orang tua memberi ruang gerak yang cukup buat anak dan memilih permainan yang sesuai dengan peran jenis kelamin, misalnya, anak laki-laki main mobil-mobilan dan anak perempuan main boneka, masak-masakkan, dan lain-lain.
             Bila pendampingan dan peran orang tua dalam memilih permainan ini kurang, anak akan cendrung berkembang kurang maksimal, bahkan anak perempuan akan berperan seperti anak laki-laki, demikian pun sebaliknya. Oleh karena itu, peran pengawasan dari orang tua sangat diperluan dalam tahap praoperasional demi perkembangan individu sesuai dengan jenis kelaminnya.



·         Masukkan dari Pak Asep:
1        Paham tentang teori behaviorisme dan kognitif sebenarnya tidak pernah dirumuskan oleh para penggagasnya. Yang merumuskan dan membagi teori-teori dalam kelompok behaviorisme dan kognitif ialah para pengikut yang muncul kemudian dan mencoba mengklasifikasikan dengan jelas perbedaan antara kedua aliran tersebut.
2        Sebetulnya paham behaviorisme muncul dari psikologi gestal, fungsionalisme, dan psikoanalisa. Selanjutnya behaviorisme tampak dalam psikologi kognitif dan psikologi holistik (humanisme).
3        Teori belajar kognitif berarti pandangan tentang teori belajar dari cara pandang psikologi kognitif, sedangkan teori belajar behavior berarti pendangan tentang teori belajar dari sudut psikologi behavioristik.
4        Pendiri behaviorisme ialah J.B. Watson (1878-1958). Menurutnya, Psikologi harus objektif eksperinsial sebagai bagian dari pengetahuan alam. Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku bukan tentang kesadaran. Dalam pandangan behavioristik, Istilah stimulus, respons, habit, learning, lebih mendapat tempat dari pada consiosness, will, sensation. Para penganut behavior tidak menyetujui metode introspeksi karena diragukan ketelitian, kebenaran, dan objektivitasnya. Mereka mengakui adanya tingkah laku yang bisa diamati.
5        Inspirator munculnya istilah behaviorisme ialah Ivan P. Pavlov. Menurutnya, Tingkah laku adalah serangkaian refleks terkondisi yang terjadi mealui proses pengkondisian. Dia melakukan percobaan pada Anjing, berikut prosesnya:
·         Tombol ditekan, keluar makanan (US)
·         Anjing mengeluarkan air liur (UR)
·         Dibunyikan bel sebelum makanan keluar
·         Anjing mengeluarkan air liur apa bila mendengarkan bunyi bel
·         Bunyi bel (CS)
·         Air liur karena bel (CR)
6        Selain Pavlov, B.F. Skinner juga membuat percobaan pada tikus untuk memperjelas teori belajar aliran behavior. Prosesnya ialah sebagai berikut:
·         Tikus diletakkan dalam kotak
·         Secara kebetulan menginjak tombol
·         Keluar makanan
·         Selanjutnya tikus dengan sengaja menginjak tombol jika menginginkan makanan (tingkah laku operant0
·         Makanan sebagai reward yang dapat memperkuat tingkah laku tikus.
·         Tombol dapat mengeluarkan makanan jika lampu dalam kotak menyala, jika gelap maka aktivitas penekanan tombol tidak menghasilkan makanan.
·         Tikus selanjutnya belajar kapan dia bisa menekan tombol yang dapat menghasilkan makanan.

7        Edward L. Thorndike juga melakukan percobaan pada Simpanse untuk membuktikan teorinya tentang hubungan stimulus dan respons. Beliau juga mengemukakan tiga hukum belajar yakni hukum kesiapan, hukum latihan, dan hukum akibat.
8        Tentang teori belajar ada dua hal yang penting yakni:
·         Behavioral teori (fenomena belajar harus dijelaskan melalui perilaku pengalaman yang dapat diobservasi. Belajar merupakan fenomena perilaku yang dapat diamati Penyebab terbentuknya perilaku ialah faktor eksternal.
Ada dua teori tentang behavioristik: clasical conditioning dan operant conditioning
Jadi, yang ditekankan dalam teori behavior adalah perubahan pada tingkah laku nyata akibat stimulus eksternal. Tingkah laku yang baik diberikan reinforcement agar tingkah laku itu terus menerus dipraktikkan, sedangkan yang tidak baik/tidak benar diberi punishment (hukuman). Namun pemberian hukuman harus memperhatikan pengaruhnya bagi jiwa anak, misalnya hukuman fisik diharapkan agar dijauhkan dalam pembelajaran, berilah hukuman yang bersifat mendidik.
·         Kognitif: proses mental yang di dalamnya mencakup pikiran, perasaan dan motif-motif. Kognitif sendiri terdiri dari aliran: kognitif sosial, pemrosesan informasi, konstruktivistik kognitif, kontrukstivistik sosial.
                       
C.  REFLEKSI
       Teori belajar behaviorisme dan teori belajar kognitivisme sebetulnya merupakan dua teori belajar yang melandasi pelaksanaan pembelajaran. Dalam tataran teoritis, mungkin saja dua teori ini berbeda dalam penekanan utamanya, satu dengan yang lainnya. Namun kalau didalami rupanya kedua teori ini akan saling melengkapi dalam tataran praksis pembelajaran di sekolah. Satu teori menekankan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari suatu pembiasaan, sedangkan yang lain mementingkan perubahan struktur kognitif (insight). Dalam konteks pembelajaran tentunya kedua hal ini (tingkah laku dan insight) memiliki peran penting dalam kemajuan dan perkembangan belajar individu.
       Hemat saya, kini aplikasi dari kedua teori ini saling melengkapi dalam pembelajaran. Teori belajar behaviorisme berimplikasi pada perilaku belajar dari lingkungan nyata sedangkan teori belajar kognitivisme berimplikasi pada pengembangan daya pikir individu. Namun patut diakui juga bahwa kadang di lapangan, ada juga tenaga pendidik yang mementingkan salah satu aplikasi dari dua teori di tersebut. Ada juga penerapan yang tidak seimbang dan kurang tepat dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya, ada guru yang menyiksa siswa secara fisik karena tidak bisa menyelesaikan suatu soal. Ini merupakan suatu ketimpangan dalam praksis suatu teori.
       Bila guru jeli mendalami teori-teori tentang pembelajaran, seharusnya tidak pada tempatnya lagi memberikan hukuman fisik terhadap anak didik. Mungkin strategi belajar trial and error akan membantu siswa dalam mengembangkan dirinya. Hukuman terhadap murid yang mungkin berbuat salah memang penting, tetapi hendaknya hukuman tersebut bukanlah hukuman fisik, melainkan hukuman yang bersifat mendidik dan memotivasi siswa untuk semakin giat dalam belajar. Misalnya memberikan tugas tambahan yang sesuai dengan tema yang dipelajari.
       Saya pribadi sangat tertarik mendalami tema “teori belajar” ini. Kelemahan satu teori dilengkapi oleh kelebihan dalam teori yang lainnya. Sehingga sangatlah bijak bila guru mendalami sedetail mungkin implikasi dari teori-teori belajar dalam kegiatan pembelajaran.
.

Nama              : Alfonsus Sam
No.induk        : 7816110450