Tampilkan postingan dengan label Kuliah Metodologi Penelitian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kuliah Metodologi Penelitian. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 08 September 2012

BERSAMA DALAM SEGALANYA: BUDAYA YANG MEMPERSATUKAN (Catatan Reflektif tentang Filosofi Hidup dan Lambang Budaya Masyarakat Kampung Naga)


A.    Catatan Pembuka
            Tertegun seolah tak percaya, melihat situasi kehidupan Masyarakat Kampung Naga yang menganut pola tradisional di tengah modernisasi zaman. Itulah secuil kesan pertama apabila seseorang dihadapkan dengan situasi hidup dan keberadaan masyarakat di Kampung Naga. Perkembangan teknologi dan kemajuan yang serba modern dan syarat dengan permisifitas global rupanya tidak mempan berhadapan dengan corak hidup, pola pikir, dan folosofi hidup orang Kampung Naga.
            Perkampungan tradisional yang Secara administratif kepemerintahan berada di Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya ini merupakan perkampungan adat yang masih tetap memegang teguh adat istiadat leluhur, meskipun berada di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang modern,  dalam kehidupannya mereka masih tetap menjalankan kehidupan tempo dulu. Masyarakatnya hidup dalam kesahajaan dan kebersamaan penuh dalam segala bidang kehidupan.
            Studi kualitatif sehari yang dilaksanakan di Kampung Naga menjadikan saya mengamini ketegunan saya terhadap realita tradisionalisme yang dianut penuh di tengah modernitas zaman. Pola perkampungan, pola hidup, dan kepatuhan pada tradisi membuat kampung ini menjadi kampung yang unik bila dibandingkan dengan perkampungan lainnya. Semuanya itu membawa saya kepada permenungan yang mendalam tentang pentingnya kembali kepada budaya asli. Membangun kebersamaan dalam segala lingkup kehidupan dengan memaknai simbol-simbol budaya dan warisan tradisi nenek moyang.
            Dalam refleksi sederhana ini, saya mencoba mengulas indahnya kebersamaan dalam kehidupan masyarakat kampung Naga. Khusunya dalam kepatuhan mereka terhadap pemimpin dan kesahajaan hidup bersama yang berpatok pada tradisi dan filosofi hidup warisan nenek moyang kampung Naga.

           



B.     Filosofi Hidup Masyarakat Kampung Naga
            Setiap masyarakat tentu memiliki filosofi hidup yang khas. Bahkan itu menjadi penanda yang membuat mereka berbeda dengan masyarakat yang lainnya. Tentang hal ini, masyarakat kampung Naga pun memiliki filosofi hidup yang khas dan terus terlestarikan.
            Ketika tatap muka dengan pak Kuncen, pemimpin di Kampung Naga, saya terkesan dengan ungkapan yang beliau selalu katakan sebagai dasar dari suatu pentingnya menjaga kelestarian budaya yakni “rusak budayanya, rusak bangsanya”. Secara pribadi, saya berpikir bahwa ungkapan ini sangat filosofis, dalam arti memiliki makna yang dalam bagi corak pikir, corak hidup dan pola laku suatu masyarakat. Budaya sebagai suatu pedoman, panduan hidup, tuntunan hidup, demikian kata Kuncen harus terus menerus diwariskan dan dijaga kelestarian. Ini secara praksis nyata dalam pewarisan tradisi yang selalu lestari dari satu turunan ke turunan yang lain. Tradisi tersebut berkenaan dengan tradisi lisan, karena tidak satu pun tradisi tertulis yang diwariskan dari nenek moyang kampung Naga.
            Tradisi-tradisi itu seperti acara-acara adat, ibadat, pedoman pembuatan rumah dan tata letak kampung, penghormatan terhadap tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat dan penghormatan terhadap para leluhur, budaya pemali. Semuanya tidak tertulis dalam semacam buku pusaka atau dokumen tertulis, tetapi masyarakat tetap menjaga kelestariannya. Semuanya diwariskan secara utuh dari angkatan yang satu ke angkatan selanjutnya. Semuanya tidak dibiarkan rusak oleh praktik hidup modern dan pengaruh globalisasi. Sungguh masyarakat adat kampung naga tidak mau buadayanya hancur, karena kehancuran budaya juga berarti kehancuran hidup suatu bangsa. Itulah sebabnya, mereka tetap melestarikan corak hidup mereka yang sangat tradisional, tanpa merasa diri sebagai orang tradisonal yang kolot.
            Setiap orang pasti akan kaget, karena ketika ditanya soal sejarah terbentuknya kampung Naga, tidak ada satu pun anggota masyarakat kampung naga yang akan menceritakannya. Mereka hanya katakan saja bahwa itu adalah pemali untuk dikisahkan. Mereka hanya mengatakan bahwa Kampung Naga, saat pertama dibangun bersama oleh nenek moyang mereka yang dipimpin oleh Sembah Eyang Singaparna. Eyang Singaparna mewujudkan petunjuk yang ada dalam mimpinya untuk membangun perkampungan seperti yang ada sekarang ini. Tentang sejarah rinci bagaimana kampung itu dibangun, siapa-siapa yang membangun, tahun berapa itu dibangun, dan untuk apa kampung itu dibangun, tidak diketahui secara pasti dan lagi-lagi, itu pemali bagi mereka untuk dikisahkan. Sungguh suatu bentuk kearifan lokal yang dijaga kelestariannya. Bagi mereka tidak penting untuk orang mengetahui secara rinci tentang sejarah, tetapi yang paling penting adalah bahwa mereka mewujudkan sejarah dalam hidup harian dengan berpatokkan pada tradisi warisan nenek moyang.
            Pada kesempatan lain, saya tertegun merenungkan ucapan Punduh Kampung, Ki Ma’un yang menggambarkan tentang kepatuhan dan kebersamaan dalam kehidupan masyarakat di Kampung Naga. Beliau mengatakan bahwa ada prinsip hidup yang mewarnai kehidupan masyarakat Kampung Naga untuk selalu bersama dalam segalanya. Prinsip itu ialah: Lakukan kalau diperintah, Berikan kalau diminta!
            Prinsip hidup bernada perintah ini rupanya menjadi semacam imperatif filosofis bagi masyarakat kampung Naga. Hidup dalam kebersamaan, saling patuh dan saling berbagi. Menikmati secara bersama hasil jerih lelah bersama. Hal ini menjadikan masyarakat kampung naga selalu menganut pola hidup sederhana dalam kebersamaan. Mungkin lebih tepat boleh dikatakan bahwa yang memiliki banyak tidak berkelimpahan, dan yang memiliki sedikit, tidak berkekurangan. Seseorang memberi bukan karena berkelimpahan, dan yang lain menerima bukan karena berkekurangan.
            Sistem organisasi kampung yang sangat absolut mengedepankan prinsip ini. Kekuasaan seorang pak Kuncen ialah kekuasaan penuh, walaupun dalam pelaksanaanya beliau selalu berkonsultasi dengan punduh adat dan punduh dusun yang berperan sebagai penasihat. Pak Kuncen merupakan pemimpin tertinggi yang berkuasa untuk memutuskan segala persoalan hidup dan segala sesuatu yang terjadi di Kampung Naga.
            Meskipun memiliki pemimpin dalam kampung, masyarakat kampung Naga tidak serta merta menolak aturan kepemerintahan. Mereka sangat patuh terhadap pemimpin pemerintahan, sejauh itu tidak bertentangan dengan tradisi dan aturan adat warisan nenek moyang di Kampung Naga. Dari cerita pak Kuncen, punduh, dan masyarakat, diketahui bahwa telah banyak usaha dari pemerintah agar fasilitas di Kampung Naga seperti listrik, jalan raya, dan sarana modern lainnya dibangun dengan nuansa modern, namun masyarakat menolaknya. Mereka lebih memilih hidup sederhana seperti nenek moyang mereka dahulu kala. Menurut mereka, masyarakat kampung Naga bukanlah objek yang harus diperhatikan secara khusus oleh pemerintah. Mereka masih sama seperti masyarakat lainnya.
            Situasi hidup dan keberadaan masyarakat Kampung Naga yang sederhana dan tradisional ini tidaklah menjadikan pola pikir mereka selalu terbelakang. Mereka juga memiliki corak pikir yang sangat modern seperti masyarakat di kampung lainnya. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan perekonomian masyarakat. Bercocok tanam, walaupun masih menggunakan sarana tradisional, seperti sekop, cangkul, tanpa traktor, mesin rontok padi,dan lain-lain, tetapi mereka memiliki corak bertani yang amat modern. Demikianpun dalam usaha perikanan air tawar, walaupun sederhana, tetapi hasilnya cukup memuaskan. Selain itu juga ada kerajinan rakyat, berupa tas, sandal, kalung, gelang, dan lain-lain merupakan hasil karya sendiri yang sudah sangat modern bentuknya, walaupun dikerjakan dengan cara yang tradisional, tanpa bantuan mesin/alat modern.
            Untuk mempertahankan perekonomian bersama, kampung Naga juga memiliki koperasi. Koperasi itu ialah koperasi bersama yang hasilnya dinikmati semua orang dalam kampung Naga.

C.    Kampung Naga, Simbol penuh Makna demi Kebersamaan yang Lestari
            Seperti yang diketahui bahwa sejarah kampung Naga secara rinci tidaklah menjadi perhatian utama masyarakat kampung Naga. Bagi mereka menceritakan sejarah itu adalah pemali, yang lebih penting ialah memaknai sejarah dalam praksis hidup.
            Bagi orang yang berasal dari luar kampung Naga, tidak akan dikisahkan tentang sejarah terbentuknya kampung Naga dan bagaimana perkembangannya dari era ke era. Untuk itu, sangat menarik bila orang yang berasal dari luar kampung Naga mempelajari dan memaknai simbol-simbol budaya yang ada dalam kampung Naga. Saya secara pribadi sangat tertarik dengan hal ini. Menurut saya, Kampung Naga itu kaya simbol, dan bahkan Kampung Naga itu sendiri adalah sebuah Simbol budaya yang kaya makna. Hal ini dapat jelas terlihat dari model tata ruang wilayahnya, bentuk bangunan rumahnya, dan bahan bangunan rumahnya yang semuanya sama, original, dan tertata rapi dalam kesederhanaan. Rumah yang berbentuk panggung sangat dekat dengan kosmologi ruang kehidupan manusia, bawah-tengah-atas yang mengisahkan tentang buruk-netral-baik. Hal ini juga sama dengan tata letak kampung. Timur-Tengah-Barat. Bagian timur dihuni oleh para dedemit dan roh jahat yang mengganggu manusia, Bagian tengah adalah perkampungan dan bagian barat ialah tempat keramat, Bumi Ageung, hutan lindung, dan makam Sembah Eyang Singaparna. Tentang tata letak ini, Semuanya terlihat terarah kepada pusat perampungan yakni Masjid dan Bumi Ageung. Ini menunjukkan bahwa masyarakat kampung Naga selalu memusatkan hidupnya pada kuasa yang ilahi dan para leluhur mereka. Agama dan budaya berjalan bersama dan diterapkan secara seimbang dalam kehidupan mereka. Letak masjid yang berdampingan dengan Bumi Ageung menunjukkan bahwa ada keterkaitan yang erat antara budaya, tradisi dengan agama dan kepercayaan masyarakat kepada yang transendens. Sungguh kosmologi masyarakat Kampung Naga merupakan suatu kosmologi teologis yang komprehensif, dalam arti bahwa kosmos merupakan satu kesatuan ruang bagi Tuhan, leluhur, manusia, dan alam yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Bila manusia tidak bersahabat dengan lingkungan hidup (alam) itu sama artinya manusia memutuskan rantai persatuannya dengan Yang Transendens (Tuhan) dan leluhur. Oleh karena itu, masyarakat kampung Naga sangat menghormati alam. Pengrusakkan terhadap alam akan menimbulkan malapetaka bagi manusia, dan itu harus dibuat acara adat untuk mengembalikkan hubungan itu agar tidak terjadi bencana alam.
            Selain tata letak yang menegaskan kosmologi masyarakat kampung Naga, bentuk rumah yang diwakili oleh Bumi Ageung merupakan suatu simbol budaya yang syarat makna. Bentuk segi empat, rumah berpintu satu, searah, bahan dasar yang diambil dari alam, tanpa balutan teknologi modern, atap yang berbentuk segitiga, bentuk rumah panggung, adanya penanda mata angin yang ditaruh di depan pintu, merupakan lambang-lambang yang penuh makna. Sebagai suatu tempat sakral, bumi ageung tidak boleh dimasuki oleh orang lain, selain pak Kuncen, Punduh, dan seorang pemasak yang dipilih Kuncen untuk memasak baginya saat acara adat. Ini menunjukkan penghormatan mereka kepada Eyang Singaparna, leluhur mereka yang diyakini raib dari bumi namun tetap hidup bersama keturunannya sampai kapanpun. Mereka merasa tidak layak menginjakkan kakinya di rumah leluhurnya itu.
            Rumah-rumah penduduk di kampung Naga juga dibuat seperti Bumi ageung. Ukuran, bentuk, bahan dasarnya harus sama untuk setiap rumah. Tidak boleh ada rumah tertentu yang dibuat modern. Semuanya dijaga kelestariannya secara bersama-sama. Model rumah yang sama ini tidaklah sekedar simbol yang tak memiliki makna, tetapi menunjukkan kebersamaan penuh dari seluruh masyarakat kampung naga. Ini secara ekspisit khusus dilambangkan dengan bentuk sudut atap rumah yang dilengkapi dengan dua kayu silang yang membentuk seperti huruf V. Oleh masyarakat ini diterjemahkan sebagai Victori (kemengan). Kemenangan itu adalah kemenangan dalam kebersamaan.
                       



D.    Catatan Akhir
            Merefleksikan tentang situasi hidup, tata letak kampung, dan keberadaan masyarakat kampung Naga sungguh merupakan suatu refleksi penuh makna yang tidak akan berakhir. Saya berpikir itu merupakan suatu pencarian tak berujung. Ini tidaklah disebabkan oleh kendala budaya pemali yang menjadi tradisi masyarakat kampung naga, tetapi lebih karena rasa kagum saya pribadi terhadap situasi hidup masyarakat kampung naga yang sungguh tradisional dalam era modern. Mereka hidup di era modern dengan aneka pengaruh modern yang sangat instan tetapi masih berpegang teguh kepada tradisi warisan nenek moyang. 
            Decak kagum dan heran yang saya rasakan itu selalu menghantui pikiran saya, manakala mengingat tentang KEBERSAMAAN dalam konteks kampung Naga. Kebersamaan itu tidak hanya tampak dalam simbol tetapi menjadi nyata dalam praksis hidup. Mereka mampu membendung gaya hidup modern dengan filosofi hidupnya yang telah mentradisi. Tradisi itu mereka tetap jaga dalam kebersamaan. Bagi mereka sesuatu akan menjadi lestari bila itu disepakati dan dipatuhi bersama.
            Belajar dari pola kebersamaan dan pemaknaan simbol budaya kampung Naga, saya terus berkutat dalam refleksi saya tentang situasi yang lebih luas dari sekadar Masyarakat kampung Naga. Mungkinkah masyarakat kampung lain di Indonesia bisa seperti kampung Naga mampu mewarisi secara penuh tradisi budaya nenek moyang kepada generasi penerusnya?
            Akhir refleksi ini, saya sangat optimis bahwa sesungguhnya bila banyak orang berguru pada masyarakat kampung naga, akan ada banyak kampung di Indonesia yang bisa belajar kembali dari budaya aslinya. Back to Basic, back to natural sangat mungkin bila semuanya optimis untuk membangun dalam kebersamaan, sehingga akhirnya setiap orang boleh berbangga memiliki budaya yang tak lekang oleh waktu dan tak luntur oleh zaman.

Sabtu, 02 Juni 2012

Penelitian Ex post facto


PENELITIAN EX POST FACTO/KAUSAL KOMPARATIF
I.     Pengantar
       Dewasa ini, pentingnya peran penelitian ilmiah sangat dirasakan guna mengkaji aneka persoalan dan mencari jalan keluar dari suatu persoalan. Boleh jadi penelitian dikatakan sebagai sarana untuk mengklasifikasi masalah, mencari teori, menguji teori, dan memecahkan masalah.[1] Lebih dari sekedar keterampilan, penelitian adalah sebuah  cara berpikir, yakni mencermati secara kritis berbagai aspek dari profesi yang kita jalani; memahami dan merumuskan pedoman-pedomam utama yang menentukan  prosedur khusus; mengembangkan dan menguji teori-teori baru bagi perbaikan profesi yang kita jalani.[2]
       Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.[3] Ada banyak jenis penelitian dan pengklasifikasiannya. Dari semua jenis penelitian masing-masing memiliki kelebihan (keunggulan) dan juga kekurangan (kelemahan). Kelemahan dan kelebihan inilah yang memberi petunjuk bagi peneliti untuk melakukan penelitian secara tepat sasar dan sesuai dengan bidang yang ditelitinya. Tentu semuanya itu bisa dilakukan apabila peneliti memahami secara mendalam tentang karakteristik setiap penelitian.
       Penelitian ex post facto atau juga yang dikenal dengan nama penelitian kausal komparatif merupakan salah satu dari aneka jenis penelitian. Jenis penelitian ini tergolong jenis penelitian dari perspektif metode. Dalam makalah ini, pemakalah mencoba menguraikan secara mendalam tema tentang penelitian kausal komparatif.
       Eksplisitasi tema yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi definisi penelitian kausal komparatif, perbandingan penelitian kausal komparatif dengan penelitian korelasional dan eksperimental, prosedur penelitian kausal komparatif, analisis data, desain penelitian kausal komparatif, sistematika penulisan laporan penelitian kausal komparatif, serta kelebihan dan kekurangan penelitian kausal komparatif.           

II. Metode Penelitan Ex post facto:
2.1  Definisi
      Secara etimologis, “Ex post facto” merupakan kata bahasa latin yang artinya dapat diterjemahkan sebagai  “setelah kejadian; setelah fakta”.[4] Dalam penelitian ex post facto, peneliti menyelediki permasalahan dengan mempelajari atau meninjau variabel-variabel.
      Kerlinger mendefinisikan ex post facto yang disebutnya sebagai penelitian kausal komparatif sebagai pencarian empirik yang sistematik yang didalamnya ilmuwan tidak dapat menggolongkan langsung variabel-variabel bebas karena peristiwanya telah terjadi ata karena menurut sifatnya tidak dapat dimanupulasi.[5] Simpulan tentang hubungan antara variabel dilakukan tanpa intervensi secara langsung sesuai dengan variasi variabel bebas dan variabel terikat.
      Sementara itu, menurut Gay penelitian Kausal komparatif atau ex post facto adalalah penelitian di mana peneliti berusaha menentukan penyebab atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok individu. Dengan perkataan lain, telah diamati bahwa kelompok berbeda pada beberapa variabel dan peneliti berusaha untuk mengidentifikasi faktor utama yang menyebabkan perbedaan tersebut. Gay menyatakan bahwa dalam metode penelitian ini, peneliti berusaha untuk menentukan sebabatau alasan adanya perbedaan dalam tingkah laku atau status kelompok individu. Dalam artian, peneliti mengamati bahwa kelompok yang berbeda pada beberapa variabel dan kemudian berusaha mengidentifikasi faktor utama penyebab perbedaan tersebut.[6]
      Jadi, penelitian ex post facto adalah penelitian yang dibuat setelah fakta/kegiatan itu ada, tanpa memanipulasi variabel-variabelnya. Yang diteliti hanya penyebab atau alasan perbedaan karena pengaruh dan yang mempengaruhi telah terjadi. Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan mengenai perbedaan antara penelitian ex post facto dengan penelitian korelasional dan eksperimental.

2.2  Perbandingan Penelitian ex post facto dengan Penelitian Korelasional dan Eksperimen.[7]
     Penelitian Kausal komparatif dengan penelitian Korelasional mungkin membingungkan karena keduanya sama-sama tidak memanipulasi data dan hal yang sama mengenai interpretasi hasil, tidak dapat dimanipulasi. Yang menjadi perbedaan keduanya ialah bahwa penelitian kausal komparatif melibatkan dua atau lebih kelompok dan satu variabel bebas, sedangkan pada penelitian korelasional biasanya melibatkan dua atau lebih variabel dan satu kelompok.
     Selain itu, penelitan kausal komparatif melengkapi hubungan sebab akibat lebih baik dari pada penelitian korelasional. Penelitian kausal komparatif selalu berupaya untuk menentukan alasan atau sebab untuk status yang berlaku umum dari fenomena yang diteliti. Studi kausal komparatif berusaha untuk menetapkan hubungan sebab akibat, sementara penelitian korelasional berupaya menentukan apakah dan seberapa kuat suatu hubungan ada antara dua atau lebih variabel yang tidak dikuantitatifkan.
     Sementara itu, mengenai perbandingan penelitian kausal komparatif dengan penelitan eksperimental, Gay menyatakan bahwa dapat dimengerti jika kedua penelitian ini sulit dibedakan. Keduanya menyatakan hubungan sebab akibat dan perbandingan kelompok, namun dalam studi eksperimental, peneliti menciptakan penyebab, dengan sengaja membuat perbedaan kelompok, kemudian mengamati pengaruh yang berbeda pada beberapa variabel terikat, sedangkan dalam studi kausal komparatif sebaliknya. Peneliti pertama mengamati pengaruh dan mencoba menentukan penyebabnya. Dengan perkataan lain, peneliti berupaya  menentukan perbedaan antara dua kelompok yang telah ditunjukkan pada perbedaan yang teramati pada beberapa variabel.
     Secara sederhana, perbedaan antara studi eksperimental dan studi kausal komparatif adalah bahwa dalam studi eksperimental, variabel bebas sebagai penyebab dimanipulasi, sedangkan dalam kausal komparatif tidak, ia telah muncul sebelumnya. Dalam penelitian eksperimental, peneliti dapat membentuk kelompok secara random (acak) dan memanipulasi suatu variabel sedangkan dalam penelitian kausal komparatif, kelompok telah terbentuk sebelumnya dan perbedaan telah terjadi pada variabel bebas.
     Variabel bebas dalam penelitian kausal komparatif adalah variabel yang tidak dapat dimanipulasi (seperti status sosial ekonomi), tidak boleh dimanipulasi (jumlah rokok yang diisap setiap hari), atau variabel yang secara sederhana tidak dapat dimanipulasi tetapi dapat (seperti metode pengajaran membaca).

2.3  Prosedur penelitian kausal komparatif
      Prosedur penelitian kausal komparatif tidak berbeda dengan penelitian lain, selalu melewati lima tahapan berikut. Pertama, penentuan masalah penelitian; dalam perumusan masalah penelitian, peneliti berspekulasi tentang penyebab fenomena berdasarkan penelitian sebelumnya, teori, atau pengamatan. Kedua, penentuan kelompok yang memiliki kareakteristik yang ingin diteliti. Ketiga, pemilihan kelompok pembanding; pemilihan kelompok ini dengan mempertimbangkan karakteristik atau pengalaman yang membedakan harus jelas dan didefinisikan secara operasional. Keempat, pengumpulan data dengan menggunakan instrumen penelitian yang memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas. Kelima, menganalisis data dengan menggunakan analisis statistik deskriptif menghitung rata-rata dan simpangan baku. Selanjutnya dilakukan analisis yang lebih mendalam dengan statistik inferensial.[8]
      Dari prosedur di atas dapat digambarkan secara sederhan, langkah-langkah penelitian kausal komparatif yakni sebagai berikut:[9]
a.       Definisikan permasalahan penelitian
b.      Lakukan kajian kepustakaan dan hasil penelitian yang relevan
c.       Rumuskan hipotesis penelitian
d.      Rumuskan asumsi-asumsi yang mendasari hipotesis-hipotesis, serta prosedur-prosedur yang digunakan.
e.       Design pelaksanaannya:
·         Pilih subyek-subyek yang akan digunakan serta sumber-sumber yang relevan.
·         Tentukan teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data.
·         Tentukan kategori-kategori untuk mengklasifikasikan data yang jelas, sesuai dengan tujuan penelitian, dan dapat menunjukkan kesamaan atau saling hubungan
f.       Lakukan validasi terhadap data yang diperoleh, selanjutnya interpretasikan hasilnya berdasarkan acuan yang ada.
g.      Lengkapi data penelitian dan lakukan analisis data
h.      Susun laporan penelitiannya.

2.4  Desain Penelitian Kausal komparatif[10]
      Menurut Gay (1981: 200-201) desain dasar penelitian kausal komparatif sangat sederhana, walaupun variabel bebasnya tidak dimanipulasi, ada prosedur kontrol yang dapat diterapkan studi ini juga melibatkan variasi teknik statistik yang luas.
      Desain dasar penelitian kausal komparatif melibatkan pemilihan dua kelompok yang berbeda pada beberapa variabel bebas dan membandingkan mereka pada beberapa variabel terikat. Ada dua kelompok subjek yang diteliti, tanpa mengacu pada kelompok eksperimental dan kelompok kontrol secara ketat, walaupun mengacu lebih akurat sebagai kelompok-kelompok perbandingan. Kedua kelompok mungkin berbeda, satu kelompok memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh kelompok yang lain, atau satu kelompok memiliki pengalaman yang tidak dimiliki oleh kelompok yang lain.
      Pemilihan dan penentuan kelompok pembanding merupakan bagian yang sangat penting dari prosedur kausal komparatif. Kelompok pembanding harus didefinisikan dengan jelas dan operasional sebagaimana setiap kelompok mewakili suatu populasi yang berbeda. Cara peneliti dalam memberi definisi kedua kelompok sangat berpengaruh terhadap generalisasi hasil penelitian. Umumnya bila sampel dipilih dari populasi yang telah didefinisikan, metode pemilihan secara acak yang digunakan.   
      Pertimbangan yang penting dalam pemilihan sampel adalah keterwakilan (representatif) dari masing-masing populasi dan sama mengenai variabel kritis yang lain dari variabel bebas. Tujuannya ialah memiliki kelompok yang sedapat mungkin sama pada semua variabel yang relevan, kecuali variabel bebas. Untuk menentukan kesamaan dari kelompok-kelompok, informasi pada sejumlah latar belakang, dan keadaan variabel yang sedang berlaku dapat dikumpulkan. Untuk meningkatkan kesamaan, atau untuk memperbaiki ketidaksamaan yang teridentifikasi, terdapat sejumlah prosedur kontrol bagi peneliti. Dalam artian bahwa peneliti bisa memanipulasi variabel bebas melalui subjek yang diseleksi sesuai dengan variabel yang diteliti. Peneliti memanipulasi variabel bebas melalui penetapan karakteristik yang diidentifikasi dari kelompok-kelompok.
     
2.5  Analisis dan Interpretasi Data[11]
      Analisis data dalam penelitian kausal komparatif menggunakan suatu variasi statistik deskriptif dan inferensial. Statistik yang paling umum digunakan adalah rata-rata (mean) yang mengidentifikasi rata-rata performasi dari suatu kelompok pada suatu pengukuran beberapa variabel dan simpangan baku, yang mengindikasikan bagaimana pencaran di luar suatu set sekor, yaitu apakah sekor tersebut secara relatif berada di sekitar rata-rata atau terpencar di luar lingkup suatu rentangan luas dari sekor.
      Statistik inferensial yang paling umum digunakan adalah uji t, analisis varian (ANOVA), dan uji chi-kuadrat. “Uji t” digunakan untuk melihat apakah terdapat suatu perbedaan yang signifikan antara rata-rata dari dua kelompok. ANOVA digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata dari tiga atau lebih kelompok. Sedangkan uji chi-kuadrat digunakan untuk membandingkan frekuensi-frekuensi kelompok, yakni untuk melihat apakah suatu kejadian sering muncul dalam suatu kelompok daripada kelompok yang lain.
      Interpretasi dari suatu temuan dalam suatu penelitian kausal komparatif memerlukan kehati-hatian yang lebih besar. Hal yang harus dibayar terhadap kekurangan mengenai randomisasi, manipulasi dan kontrol jenis lain adalah kesulitan untuk menetapkan hubungan sebab-akibat dengan tingkat kepercayaan yang besar. Hubungan sebab-akibat mungkin dalam kenyataan menjadi kebalikan dari suatu yang dihipotesiskan atau mungkin terdapat faktor ketiga yang merupakan penyebab nyata dari kedua sebab dan akibat.

2.6  Sistematika Penulisan Laporan Penelitian Ex post facto
Sistematika penulisan laporan pada penelitian Kausal komparatif sesungguhnya tidaklah berbeda dengan penelitian-penelitian lainnya, karena tetap mengikuti tahapan-tahapan umum dalam penelitian. Adapun sistematika penulisan laporan penelitian kausal komparatif mengikuti urutan sebagai berikut.[12]

            BAB  I     PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Identifikasi Masalah
C.     Pembatasan Masalah
D.    Perumusan Masalah
E.     Kegunaan Hasil  Penelitian

            BAB  II   TINJAUAN PUSTAKA
A.    Deskripsi Konseptual
1.      Variabel Terikat  atau Dependent Variable  ( Y)
2.      Variabel Perlakuan atau Independent Variable (A)
3.       Variabel Moderator (B)
B.     Hasil Penelitian yang Relevan
C.     Kerangka Teoretik (Tergantung desain penelitian, apakah treatment by level atau  factorial design
·         Treatment  by Level Dua Faktor
1.      Perbedaan Y antara Ai (main effect  A)
2.      Pengaruh interaksi antara variabel perlakuan (A)  dan variabel moderator (B) terhadap variabel Y (Interaction Effect)
3.      Perbedaan Y antara Ai pada setiap level variabel (B)i (simple effect).
·         Factorial Design 2 x2
1.      Perbedaan Y antara  Ai (main effect A)
2.      Perbedaan Y antara  Bj (main  effecnt B)
3.      Pengaruh Interaksi antara  A  dan  B  terhadap  variabel Y (Interaction effect)
4.      Perbedaan Y antar Ai pada setiap level Bj  (simple effect A)
5.      Perbedaan  Y antara Bj pada setiap level  Ai  (simple effect B)
D. Hipotesis Penelitian  (banyaknya hipotesis sama dengan banyaknya kerangka berpikir dan banyaknya perumusan masalah)


            BAB  III   METODOLOGI PENELITIAN
A.    Tujuan  Penelitian
B.     Tempat dan Waktu Penelitian
C.     Metode Penelitian
1.      Desain Penelitian
2.      Variabel Penelitian
D.    Populasi dan  Sampel
E.     Rancangan Perlakuan
                     Variabel Perlakuan
·   Definisi  Konseptual (konstruk)
·   Definisi  Operasional

F.      Kontrol Validitas Internal dan Eksternal Rancangan Penelitian
G.    Teknik Pengumpulan Data: data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen dengan tahapan pengembangannya dijelaskan sbb:
1)       VariabelTerikat
·      Definisi  Konseptual 
·      Definisi  Operasional
·      Kisi-kisi  Instrumen 
·      Jenis instrumen
·      Uji validitas dan Reliabilitas
2)       Instrumen  Variabel Moderator
·      Definisi  Konseptual
·       Definisi  Operasional
·      Kisi-kisi  Instrumen
·      Jenis Instrumen
·      Uji validitas dan Reabilitas                          
H.  Teknik Analisis Data
I. Hipotesis Statistika


    BAB IV  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Data
Penyajian data Y untuk Kelompok-kelompok:
Ai, Bj, AiBj.

B.     Uji Persyaratan Analisis
·         Uji Normalitas
·         Uji Homogenitas Varians

C.     Hasil Pengujian Hipotesis
D.    Pembahasan Hasil Penelitian
 
            BAB  V   KESIMPULAN  IMPLIKASI  DAN  SARAN 
A.    Kesimpulan
B.     Implikasi
C.     Saran

            DAFTAR  PUSTAKA

LAMPIRAN 
Lampiran   1  Rancangan  Perlakuan
Lampiran   2  Instrumen 
Lampiran   3  Hasil Ujicoba
Lampiran   4  Kisi-kisi Akhir  (sesudah Ujicoba)
Lampiran  5 Data Hasil Penelitian  (Variabel Terikat dan data dari  Variabel Moderator)
Lampiran   6  Pengujan  Persyaratan Analisis                
Lampiran   7  Pengujian  Hipotesis       

2.7  Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Kausal komparatif
      Setiap metode penelitian tentunya memiliki keunggulan dan kekurangannya. Ritz (1999:18-20) [13] mengidentifikasi beberapa kelebihan dan kelemahan penelitian kausal komparatif. Kelebihan penelitan kausal komparatif ialah sebagai berikut.
a.       Metode kausal komparatif merupakan metode penelitian yang layak dalam banyak hal bila metode eksperimental tidak dimungkinkan untuk dilakukan karena:
·         Tidak memungkinkan untuk memilih, mengontrol, dan memanipulasi variabel untuk studi hubungan sebab akibat (kausal) secara langsung.
·         Pengontrolan semua variasi kecuali satu variabel bebas tunggal mungkin sangat tidak realistik dan artifisial, mencegah interaksi yang normal dengan variabel lain yang berpengaruh.
·         Pengontrolan secara laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian tidak praktis, terlalu mahal, atau secara etika dipertanyakan.
b.      Penelitian kausal komparatif akan menghasilkan informasi yang bermanfaat mengenai hakikat suatu fenomena.
c.       Memperbaiki teknik, metode statistik, dan desain dengan pengontrolan fitur-fitur secara parsial.

Di samping kelebihan yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian kausal komparatif juga memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut.
a.       Kelemahan utama dari suatu desain penelitian komparatif adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas.
b.      Kesulitan dalam menentukan faktor penyebab yang relevan.
c.       Kesulitan bahwa tidak ada faktor tunggal yang menyebabkan suatu hasil, tetapi merupakan kombinasi dan interaksi dari berbagai faktor yang berkaitan di bawah kondisi tertentu untuk memperoleh hasil yang ditentukan.
d.      Suatu fenomena tidak hanya dihasilkan dari berbagai penyebab, tetapi juga dari satu penyebab dalam satu kejadian dan dari penyebab yang lain dan dalam kejadian yang lain.
e.       Apabila hubungan antara dua variabel telah terungkap, penentuan mana penyebab dan mana akibat mungkin sulit.
f.       Terdapat fakta bahwa dua atau lebih faktor yang berhubungan tidak harus mempunyai implikasi hubungan sebab-akibat. Mungkin berkaitan dengan faktor lain yang belum teramati.
g.      Pengklasifikasian subjek ke dalam kelompok dikotomi untuk tujuan perbandingan, penuh dengan masalah, karena kategori seperti ini adalah samar-samar, berubah-ubah, bersifat sementara.
h.      Studi perbandingan dalam penelitan ilmiah tidak memungkinkan pemilihan subjek penelitian yang terkontrol. Sangat sulit menempatkan kelompok subjek yang sama dalam semua hal.

III. Penutup
            Penelitian ex post facto atau penelitian kausal komparatif diartikan sebagai suatu penyelidikan yang menguji hubungan variabel yang terwujud sebelumnya. Kekhasan penelitian ini terletak pada peran peneliti dalam memanipulasi variabel bebas. Peneliti dalam penelitian ini tidak secara langsung memanipulasi variabel yang ada. Variabel itu suda ada dan ditetapkan sebelum penelitian dilakukan. Yang bisa dibuat oleh oleh peneliti untuk mengurangi penyimpangan adalah secara selektif menentukan sampel dan variabel penelitian. Subjek-subjek penelitian ditetapkan pada tingkat khusus menurut karakteristik yang mereka miliki atau pengalaman yang telah mereka lalui.
            Penelitian kausal komparatif memiliki keunggulan yang mana kalau suatu persoalan tidak bisa diteliti dengan menggunakan penelitian eksperimental. Hasil dari penelitian kausal komparatif juga sangat penting dalam mengisi kekurangan penelitian eksperimental. Selain itu juga penelitian kausal komparatif dapat memberikan sumbangan berharga untuk perbaikan dalam hal teknik dan metode statistik untuk penelitian. Namun demikian, penelitian kausal komparatif juga tak luput dari aneka kekurangan. Adapun yang menjadi kekurangan utama penelitian ini ialah tidak memiliki kontrol yang sebenarnya karena peneliti tidak bisa memanipulasi variabel bebas secara sengaja. Peneliti hanya memanipulasi subjek-subjek melalui penetapan karakteristik subjek yang selektif. Namun demikian, penelitian ini tetap bernilai bagi pengembangan khasanah ilmu dalam bidang penelitian dan juga bidang-bidang lainnya.

Referensi
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta: Rajawali Pers, 2009

http://ppsunj.org/pps/wp-content/uploads/2011/07/3-Eksperimen-Expost-Facto.doc,            diakses di Jakarta, 20 oktober 2011


Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta,           2011

Tjala,Awalludin. “Penelitian Ex post facto (manuskrips) Jakarta: Universitas Negeri          Jakarta, 2011

Tuwu, Alimuddin (penterj.) Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: Penerbit Universitas     Indonesia, 1993


                [1] Alimuddin Tuwu (penterj.) Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1993, hal. 2
                [2] http://staff.undip.ac.id/fisip/ahmadtaufiq/files/2010/07/bab-i06-proses-n-jenis-penelitian.doc, diakses di Jakarta 20 oktober 2011.
                [3] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2011, hal. 2
                [4] Alimuddin Tuwu (penterj.) Op. Cit., hal. 123
                [5] Ibid.
                [6] Ibid.
                [7] Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hal. 120-122.
                [8] Ibid.,hal. 125-126
                [9] Awalludin Tjala, “Penelitian Ex post facto (mans.) Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2011
[10] Emzir, Op. Cit.,hal. 127-129
                [11] Ibid., hal. 133-135
                [12] http://ppsunj.org/pps/wp-content/uploads/2011/07/3-Eksperimen-Expost-Facto.doc, diakses di Jakarta, 20 oktober 2011
                [13] Emzir, Op. Cit., hal. 123-125