Selasa, 01 November 2011

Pembelajaran Matematika: Mungkinkah mengontrol Domain Afektif

Pembelajaran Matematika: mungkinkah mengontrol domain Afektif?

 (catatan Lepas)


Suatu ketika, kelas kami mendiskusikan taksonomi pendidikan domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sang dosen pengampuh memulai penegasannya dengan mengetengahkan persoalan pengukuran dalam pendidikan. beliau menegaskan bahwa dewasa ini, kebanyakan guru dan dosen tidak jeli dalam mengukur tingkat ketercapain belajar siswa/mahasiswa. perhatian pertama dalam pengukuran lebih kepada ketercapaian domain kognitif dan sedikit psikomotorik, sedangkan domain afektif dikesampingkan.
Seorang guru yang profesional, harus mampu merangkum semua domain untuk tujuan mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Tidak boleh hanya untuk menjelaskan dan mengetahui sesuatu, tetai juga dapat merasakan dan melaksanakan suatu kegiatan. dan ini harus diterapkan dalam semua bidang studi. 

Lalu kami diberi kesempatan untuk bertanya dan melanjutkan diskusi. sejenak aku tertegun merenungkan apa yang baru dijelaskan. aku mencoba mengangkat persoalan dalam mata pelajaran matematika dalam perbandingannya dengan mata pelajaran Agama. kalau agama, ya mudah untuk kita mengontrol ketercapaian antara tiga domain itu secara holistik. kalau matematika???? apakah mungkin seorang guru dapat mengarahkan siswa untuk mematangkan aspek afektifnya?? 

kawan-kawan sekelas diajak untuk mendiskusikan soal ini. segala argumentasi diungkapkan. ada yang katakan bahwa, itu tergantung dari tujuan pembelajaran umum dari mata pelajaran itu sendiri. ada juga yang mengatakan bahwa itu tergantung dari karakteristik pembelajaran tersebut. matematika ya tidak mungkin untuk didiskusikan seperti ini, apa lagi berkaitan dengan afektif. matematika lebih pada kognitif-logika dan mencoba menerapkan. jadi matematika lebih menekankan aspek kognitif dan psikomotorik. 
Diskusi yang amat panjang ini, berakhir pada simpulan dari sang Dosen. beliau menegaskan bahwa, tidak hanya dalam mata pelajaran tertentu, aspek afektif diperhatikan, tetapi di semua mata pelajaran. matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah juga mengedepankan pencapaian tujuan yang jelas dan merambah aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara holistik.

Ada dua pendasaran yang memperkuat argumen ini.Pertama, peran guru dalam mengampu mata pelajaran tertentu di sekolah ada dua, yakni sebagai pengajar dan pendidik. sebagai pengajar, guru hadir sebagai sumber dan media pembelajaran yang efektif dan menjadi fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai pendidik, dia memiliki peran strategis untuk bisa menjadi tokoh panutan bagi anak didiknya. dia adalah orang tua yang mendidik anak-anaknya kepada kebenaran. jadi mau tidak mau, seorang guru entah dia mengampu mata pelajaran apa saja memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak menjadi anak yang berakhlak mulia, disipli, jujur, dan memiliki peribadi yang matang.
Kedua, ada banyak nilai yang didapatkan dalam pembelajaran matematika yang menyentuh aspek efektif. nilai-nilai tersebut ialah: kejujuran,kerajinan, ketelitian, kecepatan, ketepatan, keuletan. semuanya merupakan nilai-nilai yang erat berkaitan dengan domain afektif dalam taksonomi pendidikan.

Jadi, pengukuran pencapaian pembelajaran dalam matematika juga harus mengukur ketercapaian dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotorik secara holistik dan merata. tidak boleh menitikberatkan pada satu domain saja. 
(coretan pribadi, Jakarta 251011)

Tidak ada komentar: