Sabtu, 02 Juni 2012

Resume Materi (Student WSN)


RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

HARI, TANGGAL   :  Kamis, 2 Pebruari 2012                 JAM: 15.30-17.45
TOPIK                       :  Student WSN                                 RUANG: 108


A.  SUMMARY MATERI
       Anak/siswa berkebutuhan khusus ialah anak yang berbeda dari individu lain dengan perbedaan yang sangat jauh. Anak berkebutuhan khusus bukanlah anak yang tidak normal, mereka adalah anak normal, hanya saja mereka memiliki perbedaan yang jauh berbeda dengan individu yang lainnya. Adapun gangguan yang mereka alami dapat bersifat tetap dan juga bisa sementara. Kalau itu merupakan gangguan yang bersifat tetap maka kepada mereka perlu diberi pelayanan khusus, berupa pendidikan inklusif. Demikianpun kalau gangguan yang sifatnya sementara, perlu mendapat pelayanan khusus di luar kelas reguler agar kemampuan mereka dapat bersaing dengan kemampuan teman-teman yang ada dalam kelasnya.
       Ada 11 topik pembicaraan yang menjadi perhatian dalam membicarakan Anak berkebutuhan khusus, yakni:
a.       Visual impairments; Anak yang mangalami gangguan penglihatan. Gangguan yang berkaitan dengan ketajaman visual seseorang. Dimulai dari (mata minus, silinder, astigmatigma, miopi, hiperepio) sampai yang paling berat yaitu kebutaan. Penyebab: faktor genetik, lazzy eye ketika kecil dan diabetes melitus
b.      Hearing impairment; Anak yang mengalami gangguan pendengaran. kondisi yang menyebabkan individu yang bersangkutan kurang atau tidak dapat mendengar suara. Kondisinya mulai dari ringan sampai paling berat. Penyebab: hereditas (keturunan), rubella (cacar jerman) saat ibu mengandung, lahir premature, meningitis dan blood imcompability. Penanggulangan: menggunakan cochlear alat melalui bedah, pemasangan alat bantu dengar di telinga, dan teleprywriter menggunakan internet. Cara pendekatan belajar:  Oral (metode membaca gerak bibir, speech reading) dan Manual (sistem gerakan tangan yang melambangkan kata)
c.       Mental retardation (lemahnya fungsi intelektual) Penyebab: faktor genetik, kromosom yang abnormal (jumlahnya 47), usia kehamilan ibu <18 tahun dan >38 tahun, kerusakan salah satu gen dan terkena infeksi atau zat beracun. Cara belajar: dengan membantu anak retradasi mental untuk berlatih menentukan pilihan personal dan determinasi diri dan memperhatikan rasa penghargaan diri anak
d.      Communication disorders (speech or leanguage disorders); Gangguan bicara dan bahasa seperti gangguan artikulasi, gangguan suara, gangguan kefasihan, gangguan bahasa. Cara belajar: dengan membantu memberikan pilihan kata-kata dan memberikan anak waktu untuk merespon.
e.       Physical and health disabilities (ketidakmampuan fisik dan kesehatan). Gangguan ini bisa berupa Gangguan cerebral palsy, yang merupakan bentuk kelainan fisik bukan karena penyakit tapi karena malfungsi otak yang bersifat statis sehingga terjadi kelumpuhan / kelainan gerak, Gangguan kejang-kejang, yaitu gangguan saraf yang terjadi terhadap sensori motorik. Contoh yang umum adalah epilepsi; dan juga Gangguan ortopedik, yaitu keterbatasan gerak/kurang mampu mengontrol gerak.
f.       Emotional and behavior disorders (gangguan psikis dan perilaku); terbagi dari dua jenis yaitu (a) agresif dimana anak sering menganggu, agresif dan membangkang dan (b) depresi, kecemasan dan ketakutan
g.      Learning disabilities (ketidakmampuan untuk belajar); yaitu suatu keadaan yang membuat individu yang bersangkutan sulit untuk melakukan kegiatan belajar secara efektif. Ciri-ciri anak yang yang mengalami gangguan belajar, yaitu: Kecerdasan normal bahkan diatas rata-rata, hanya kesulitan pada mata pelajaran tertentu saja (biasanya matematika dan bahasa), bukan merupakan anak retradasi mental.
Penyebab: kelainan fungsi atau disfungsi minimal yang terjadi pada otak (cerembrum, cerembelum, dan brain stem)
Strategi belajar: Dengan menjelaskan tujuan belajar menggunakan contoh-contoh yang konkret, Mengakomodasi untuk pengkajian dan penugasan, Membuat modifikasi dalam pemberian pelajaran, Meningkatkan keterampilan organisasi dan belajar, Mengajarkan keterampilan membaca dan menulis
h.      Autis yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh kelainan dalam perkembangan sosial, komunikasi, perilaku yang kaku dan pengulangan perilaku. Berasal dari kata auto (sendiri). Autisme terdiri dari dua macam, yaitu  Autis eksesif (berkelebihan) dimana kondisi anak sering menjerit, menyepak, menggigit, mencakar, dan memukul dan Autis defisit (kekurangan) dimana kondisi anak mengalami gangguan bicara, menangis, melamun dan tertawa tanpa sebab.
Penyebab: Banyak faktor yang masih diperbincangkan para ahli mengenai penyebab autisme, tapi diantaranya adalah faktor keturunan, adanya infeksi jamur dan kurangnya nutrisi serta oksigenasi dan terkena polusi udaram air dan makanan.
i.        ADHD (Attention Deficit Hyperactifity Disorder); bentuk ketidakmampuan anak yang ditandai oleh salah satu atau ketiga ciri berikut: kurang perhatian, hiperaktif, dan impulsif.
j.        Severely and multiply handicapped. Anak yang memiliki gangguan berganda atau lebih dari satu satu. Misalnya dia adalah anak autis sekaligus hiperaktif.
k.      Gifted and talented (anak berbakat khusus) Anak-anak berbakat memiliki intelegensi di atas rata-rata (biasanya didevenisikan memiiki IQ 130 atau lebih tinggi) dan/atau bakat yang unggul dalam beberapa bidang, seperti seni, musik, atau matematika. Biasanya ada tiga karakteristik anak berbakat ini yakni perkembangan yang cepat, mengikuti kemauan mereka sendiri, dan selalu ada hasrat ntuk menguasai bidang bakatnya.

B.  ISU DALAM DISKUSI
Ada enam (6) isu yang diperdebatkan dalam pembahasan topik “Student WSN” ini, yakni:
·         Hanifah: Bagaimana cara mempertahankan agar anak berbakat tetap berkembang sampai dewasa? Sehingga tidak hanya pada saat kecil saja menonjol dan berbakat?

            Anak yang berbakat harus mendapatkan perhatian khusus sejak kecil. Terutama dari pihak orang tua dan guru yang mengetahui mengenai bakat tersebut, lalu diarahkan dan berusaha untuk dikembangkan. Misalnya anak yang jenius (mempunyai IQ diatas 140) lalu sejak kecil diarahkan dan diberikan pendidikan yang khusus (contoh kelas akselarasi) sehingga anak tersebut dikelompokkan dan berkembang di lingkungan yang mempunyai kemampuan yang sama. Kemungkinan besar anak tersebut akan termotivasi, karena materi pelajaran yang diberikan lebih menantang dan sesuai dengan intelegensinya yang diatas rata-rata. Lain halnya seandainya anak yang jenius tersebut dimasukkan ke dalam kelas biasa, dengan kemampuan rata-rata normal. Anak cenderung menjadi bosan, karena sudah mengerti dengan materi dan merasa kurang tertantang sehingga bakat tersebut yang tidak diarahkan dengan baik lama-lama bisa menghilang. Jadi untuk mempertahankan bakat sehingga anak tersebut dari kecil sampai dewasa terus berkembang diperlukan adanya pengarahan dan dukungan penuh
·         Evi: Bagaimana terapi yang bisa diberikan bagi anak yang memiliki IQ tinggi namun prestasi belajar di sekolahnya menurun?

            Anak yang berbakat seperti itu termasuk ke dalam kategori underarchiever gifted, dimana individu gifted yang mencapai hasil belajar di bawah potensi intelegensi yang dimilikinya. Menurut hasil penelitian, hal tersebut disebabkan rasa rendah diri anak yang terlalu besar, kurangnya percaya diri, kurang ulet dan gigih, kurang mengarahkan kegiatan dan aktivitas pada sasaran yang dituju.
            Cara untuk meningkatkan prestasi belajarnya adalah dengan menggali informasi dahulu mengenai anak tersebut. Misalnya untuk anak gifted namun kurang ulet dan gigih sehingga hasil belajarnya kurang optimal, maka peran guru dan orang tua untuk meningkatkan konsentrasi anak tersebut sehingga lebih fokus pada saat menghadapi ujian dan mengerjakan soal

·         Sulastri: Apakah kleptomania termasuk ke dalam anak berkebutuhan khusus? Bagaimana cara menghadapi anak yang kleptomania?

                        Kleptomania merupakan salah satu gangguan kejiwaan, yang membuat penderitanya tidak bisa menahan diri untuk mencuri. Motif dari klepto ini bukan karena kebutuhan dan ketidakmampuan, tapi keinginan untuk memiliki barang yang dimiliki oleh orang lain.
            Cara menghadapi kleptomania adalah dengan memberitahukan bahwa tindakannya itu salah dan merugikan orang lain. Menggunakan metode pendekatan interpesonal kepada orang tersebut bahwa yang dilakukannya adalah salah dan memberikan efek empati. Seorang kleptomania diposisikan bisa berempati apabila kejadiannya menimpa dirinya. Dengan pendekatan secara interpersonal tersebut diharapkan pelan-pelan bisa menyadari bahwa tindakannya tidak baik, bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk orang lain.
·         Rina: Bagaimana cara menghadapi anak yang setiap hari dikelas selalu tidur pada setiap mata pelajaran namun prestasi belajar dikelas bagus?

            Ada banyak faktor yang menyebabkan anak menyukai tidur dikelas. Diantaranya anak tersebut bisa jadi anak yang pintar, karena ia merasa sudah mampu dan paham terlebih dahulu dari teman-temannya lalu dia memilih untuk tidur. Kemungkinan lainnya anak tersebut termasuk anak yang autis, sehingga mempunyai dunia sendiri dan memilih untuk melakukan apapun yang ia sukai.
            Sebagai seorang guru, untuk menghadapi anak tersebut cara yang paling tepat adalah mengidentifikasi dulu apa persoalannya sehingga ia tidak pernah memperhatikan pelajaran dan memilih untuk tidur. Setelah mengetahui masalahnya, lalu melakukan pendekatan interpersonal dengan anak bahwa mendengarkan penjelasan guru anak tersebut bisa mmeperoleh nilai yang lebih baik. Namun apabila anak tersebut termasuk gifted dengan intelegensi diatas normal, sebaiknya dimasukkan ke dalam kelas akselarasi sehingga anak tersbut lebih termotivasi dan tertantang untuk belajar.

·         Wirsal: Pada masa sekolah, Krisdayanti dan Susi Susanti tidak terlalu pintar dan memiliki IQ yang normal, namun Krisdayanti menyukai dan bagus dalam tarik suara. Susi Susanti bagus dalam bermain badminton. Apa mereka bisa dikategorikan anak yang berbakat? Bagaimana guru khusus menangani hal-hal tersebut?

            Anak yang dikategorikan ke dalam gifted, bukan hanya anak yang memiliki kecerdasan intelegensi diatas 140, tapi juga termasuk anak yang dari kecil sudah memiliki bakat dalam bidang seni dan olahraga. Ciri-ciri IQ diatas 140 ditemukan pada anak yang berbakat dalam bidang intelegensi (kemampuan kognitif), sementara untuk anak berbakat dalam bidang seni dan olahraga bisa diukur dari kemampuannya yang cerdas dalam bidang tersebut padahal belum dilatih terlalu intens. Jika mengacu pada teori intelegensi majemuk menurut Gardner, Susi Susanti termasuk ke dalam intelegensi kinestetis-ragawi dan Krisdayanti termasuk ke dalam intelegensi musik.
            Sebagai seorang guru, untuk menghadapi anak berbakat adalah menyalurkan bakat mereka. Mengarahkan agar bakat tersebut terus bisa berkembang sampai dewasa dan yang terpenting tetap memperhatikan kognitif mereka agar tetap berada pada keadaan normal.

·         Puryati: apakah kesusilaan/watak itu bisa dibentuk?  Bagaimana mengenal dan mengidentifikasi anak yang memiliki kesulitan belajar di kelas sedangkan anak tersebut diam saja dikelas yang beragam?
            Watak atau karakter seorang anak dapat dibentuk oleh orang tua, guru dan lingkungannya. Usia produktif untuk membentuk pribadi anak adalah pada usia 0 – 5 tahun, dimana anak tersebut akan terbentuk menjadi pribadi yang mencontohkan orang-orang disekitarnya. Pada usia tersebut anak ibarat kertas putih yang bisa ditulis dan dibentuk oleh orang-orang terdekat dengannya. Namun, seiring berjalannya waktu orang tua hanya mempunyai sedikit andil untuk membentuk karakter anak, karena anak tersebut telah terpengaruh dari berbagai macam hal (lingkungan). Untuk orang dewasa, karakter memang sulit diubah, ibarat melukis diatas air tapi semuanya masih mungkin bisa berubah selama orang tersebut mempunyai komitmen ke arah yang lebih baik. Proses perubahan karakter merupakan proses panjang, sehingga diperlukan long-life learned.
            Untuk mengidentifikasi seorang yang mengalami kesulitan belajar adalah dengan melihat nilai hasil belajar anak tersebut. Apabila nilainya selalu dibawah rata-rata pada suatu pelajaran tertentu, maka anak tersebut mengalami kesulitan belajar pada suatu bidang pelajaran. Strategi yang dilakukan untuk anak yang mengalami kemampuan belajar adalah: Perhatikan kebutuhan anak penderita gangguan belajar saat memberi pelajaran; Menyediakan akomodasi untuk kajian dan penugasan; Membuat modifikasi; Membuat tingkatan keterampilan organisasi dan belajar;   Menggunakan strategi tesebut bukan berarti melebihkan anak penderita gangguan belajar, namun strategi tersebut dimaksudkan untuk menyeimbangkan kebutuhan antara anak yang mempunyai masalah belajar dengan yang normal.



C.  REFLEKSI
       Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang perlu diperhatikan secara khusus dalam mendapatkan pelayanan pendidikan. Mereka tentunya mesti dipandang sama dengan anak seusianya, walaupun dalam beberapa aspek perkembangan mereka mengalami kendala/gangguan, entah gangguan yang bersifat tetap maupun gangguan yang mungkin hanya bersifat sementara.
       Hemat saya peran pendidikan inklusif sangat penting dilaksanakan di seluruh daerah di Indonesia. Tanpa pendidikan khusus ini (inklusif), para pendidik akan mengalami kesulitan yang sangat besar untuk mendampingi anak-anak yang berkebutuhan khusus yang mengenyam pendidikan di kelas reguler bersama siswa lain yang berkembang normal dan cepat. Memang kadang hal ini akan membawa bias bahwa terkesan semacam adanya pemisahan dalam cara mendidik dan memberikan pengetahuan kepada siswa. Akan tetapi hal ini mutlak perlu untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
       Saya pribadi sangat mendukung kalau anak berkebutuhan khusus mengenyam pendidikan khusus pula. Kalau mereka dimasukkan ke dalam kelas reguler mungkin akan mengalami masalah dan mereka pun akan semakin tertinggal bila dibandingkan dengan siswa lainnya. Bisa saja anak berkebutuhan khusus mengenyam pendidikan di kelas reguler bersama teman-teman yang lainnya yang berkembang normal, tetapi itu diandaikan pihak sekolah juga menyiapkan waktu khusus untuk pendampingan khusus buat mereka di luar jam pelajaran reguler. Itu pun mesti terlaksana dalam kategori yang jelas oleh guru yang berkompeten dalam bidang pendampingan anak-anak berkebutuhan khusus. Misalnya kelas anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran ditempatkan dalam satu kelas khusus dan diberi pelajaran tambahan oleh guru khusus yang berkompeten mendampingi siswa dengan gangguan pendengaran. Demikianpun untuk kelompok anak yang mengalami gangguan-gangguan lainnya.


Nama              : Alfonsus Sam
No.induk        : 7816110450

Resume Materi (Individual Diferences)


RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

HARI, TANGGAL    :  Kamis, 2 Pebruari 2012                    JAM:  13.00-15.00
TOPIK                                    :  Individual Differences                     RUANG: 109


A.  SUMMARY MATERI
       Perbedaan Individu merupakan cara di mana orang berbeda satu sama lain secara konsisten dan tetap. Tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap individu walaupun tampak sama secara kasat mata, tetapi tetap memiliki banyak perbedaan. Perbedaan ini nyata dalam aspek fisik-biologis-motoris, sosio-emosional, kognitif, dan sosio-kultural-ekonomis.
       Perbedaan dalam aspek fisik-biologis-motorik, umumnya dapat dilihat secara kasat mata (langsung) atau juga menggunakan alat ukur fisik, seperti perbedaan tinggi dan berat badan, perbedaan jenis kelamin, perbedaan porsi perkembangan individu. Pembedaan individu yang paling mudah untuk diidentifikasi ialah perbedaan individu dalam aspek ini. Melalui pengamatan saja seorang guru bisa mengetahui perbedaan individu siswa dalam aspek ini.
       Perbedaan individu dalam aspek kognitif dan sosio-emosional dapat diukur dengan membandingkan usia mental dan usia kronologisnya. Bila usia mental lebih besar dari usia kronologis, maka kecerdasan individu tersebut akan melebihi 100. Demikianpun bila tingkat usia mental lebih rendah dari usia kronologis, maka tingkat kecerdasan individu tersebut kurang dari 100. Perbedaan kognitif dapat berupa perbedaan tingkatan IQ siswa, gaya belajar dan gaya berpikir siswa. Sedangkan perbedaan soio-emosional tampak dalam bentuk perbedaan kematangan emosional masing-masing siswa. Tentu perbedaan ini tidak hanya dapat diukur secara kasat mata, tetapi butuh penelitian yang mendalam dan menyeluruh terhadap aspek perkembangan inteligensi dan emosionalitas siswa.
       Perbedaan individu dalam aspek sosio-ekonomis-kultural dapat dilihat dalam perbedaan pendapatan orang tua siswa, lingkungan sosial kemasyarakatan dan juga perbedaan gender dalam masyarakat sosial. Untuk mengetahui perbedaan ini, guru bisa melakukan pendekatan dengan orang tua siswa dan juga melakukan pengamatan lapangan berkaitan dengan keadaan sosial masyarakat.
       Mengetahui perbedaan individu sebetulnya merupakan suatu hal penting yang harus diketahui oleh guru. Hal ini erat kaitannya dengan strategi dan perencanaan pengajaran yang dapat dilakukan oleh guru ketika dia berada dan mengajar di kelas yang beragam. Paling tidak ada beberapa hal berikut yang merupakan tujuan utama mempelajari keragaman individu yakni mengakui perbedaan-perbedaan, menghargai perbedaan-perbedaan, memperlakukan setiap individu secara adil, dan membangun kehidupan yang harmonis dalam perbedaan.
       Hal yang tak kala penting juga dari mempelajari keragaman individu ialah agar guru mudah mengaplikasikannya dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa aplikasi dalam pembelajaran dari topik perbedaan individu ialah pemberlakuan pendidikan multikultural, penerapan strategi pembelajaran kooperatif, penerapan strategi pendidikan individual, dan penerapan pendidikan inklusif.

B.  ISU DALAM DISKUSI
Ada tiga isu utama yang sempat diperdebatkan dalam pembahasan topik “individual Differences” ini, yakni:
·         Upaya pihak sekolah berkaitan dengan pendidikan multikultural (Pertanyaan dari Siti Hanifah)
1        Bagaimana upaya sekolah untuk mengedepankan pendidikan multikultural?
2        Bagaimana persoalan bahasa dalam pembelajaran?

             Pendidikan multikultural mutlak perlu diterapkan di sekolah. Sekolah dalam segala keterbatasannya, mungkin karena belum siap menerapkan pendidikan multikultural, tidak boleh menyerah, tetapi tetap berusaha untuk menerapkannya.
usaha-usaha yang dilakukan oleh sekolah dalam hal ini ialah mendalami dan mempraksiskan ke-lima dimensi pendidikan multikultural, yakni integritas isi, konstruksi pengetahuan, pengurangan prasangka, mengedepankan pedagogi keadilan, dan memberdayakan lingkungan sekolah.
             Berkaitan dengan soal bahasa, seperti yang diketahui dalam pendidikan dwibahasa, diharapkan agar di sekolah dapat diterapkan pendidikan dwibahasa berpasangan. Dalam satu kelas, seorang guru dapat menuntun anak untuk dapat menggunakan bahasa ibu dan juga bahasa resmi dalam pendidikan. sangat diharapkan agar dengan menerapkan pendidikan dwibahasa, sekolah dan budaya semakin bertalian erat dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Sekolah dapat dilihat sebagai tempat untuk mewariskan nilai-nilai luhur budaya dan budaya dapat berkembang dalam lingkungan sekolah dan menjadikan sekolah sebagai lingkungan berbudaya.

·         Tuntutan dunia kerja: antara IQ dan EI (Pertanyaan dari Zulkifli)
Tuntutan dunia kerja dan juga dunia pendidikan sekarang ini, dalam menerap tenaga kerja atau juga peserta didik dan mahasiswa lebih terfokus pada tes IQ. Apakah hal ini berarti mengesampingkan peran EI yang mestinya sangat berpengaruh dalam diri seseorang?
             Patut diakui bahwa kadang, dunia kerja dan dunia pendidikan lebih mengedepankan nilai IQ individu. Memang ada banyak usaha yang dilakukan untuk membuat seimbang antara emosi dan inteletual individu. Mungkin saja kita bisa lihat dalam tes (psiko-test), bahwa yang ditanya dalam soal-soal tersebut bukan hanya hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan intelektual, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan emosional. Boleh jadi, soal yang ada telah dirakit dan direvisi secara terus menerus sehingga item-item soal mungkin bisa mengukur kemampuan individu dalam berbagai keahlian (multiple inteligence dan emotional inteligence)
             Memang konteks kemampuan yang dibutuhkan sekarang adalah individu yang memiliki kecerdasan emosional yang memadai dan itu tidak menjamin bahwa dia memiliki kemampuan IQ yang tinggi. Banyak pengalaman menunjukkan hal ini. bahwa orang yang tinggi IQ-nya belum tentu mudah beradaptasi dalam pekerjaan dan berhasil dalam kerjanya. Sebaliknya orang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, walau memiliki rata-rata IQ rendah, selalu berhasil dalam berkarya. Hal seperti ini sesungguhnya merupakan suatu peluang sekaligus tantangan dalam dunia kerja dan pendidikan kita. kita harus berusaha agar dunia kerja dan pendidikan di Indonesia tidak pincang dalam hal mempertimbangkan kemampuan individu. Dalam arti bahwa tidak boleh terlalu menekankan pemahaman tentang kemampuan pada sisi intelek (kognitif) saja tetapi juga harus perlu mempertimbangkan kemampuan emosional dan juga pengalaman dari setiap individu.

·         Mengidentifikasi Kemampuan yang menonjol pada Individu dalam Multiple inteligences (Pertanyaan dari Puryati)
Dalam teori Multiple inteligence, dikenal delapan sisi kemampuan manusia. Bagaimana hal ini dapat diidentifikasi?
                        Multiple inteligences dapat diukur seperti mengetahui IQ individu yang mana, kita mengukur usia mental individu lalu membuat perbandingan dengan usia kronologis. Hanya saja item-item soal untuk mengukur usia mental tersebut merangkum dan mengukur semua kemampuan yang beragam itu. Dalam arti bahwa soal-soal yang ada mesti mengukur kemampuan verbal, kemamuan kinestetik, musikal, matematika, interpersonal, intrapersonal, spasial, dan naturalis.
                        Boleh juga kita mengukur kemampuan masing-masing siswa dalam masing-masing kemampuan, agar kita bisa mengetahui kemampuan spesifik dari setiap siswa. Hal ini sangat penting untuk tes penempatan atau tes dalam memilih program/kelas pendidikan.

C.  REFLEKSI
       Pembahasan dan pendalaman tentang perbedaan individu sangat penting untuk dikuasai dan dipahami oleh guru dan calon tenaga pendidik. Hal ini akan bermanfaat bagi guru dalam menyusun strategi dan perencanaan pembelajaran dalam kelas yang terdiri dari siswa yang beranekaragam. Guru juga tidak akan mengalami kesulitan kalau dia telah mendalami keragaman individu siswanya. Dalam arti mudah bagi guru untuk menemukan strategi yang cocok bagi kegiatan pembelajaran yang dapat merangkum semua siswa dalam keragaman.
       Aplikasi dalam pendidikan sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian resume materi, merupakan hal utama yang harus dilakukan sekolah dalam iklim kemendesakan. Sekolah tidak boleh kehilangan cara dalam mendampingi siswa yang beragam. Sebaliknya sekolah harus terus berusaha untuk bisa mendampingi siswa yang beragam itu.
       Saya pikir, tujuan dan aplikasi mengenai pembahasan individual differences sebagaimana yang telah diutarakan dalam resume materi di atas merupakan hal penting yang harus dipahami guru (pendidik) dan calon tenaga pendidik. Hal ini sangat membantu guru agar lebih profesional dalam melaksanakan profesi mulianya. Guru dan calon guru yang tidak memahami hal ini akan melaksanakan tugasnya dengan pincang. Dikatakan demikian karena kemungkinan besar guru akan berhadapan dengan aneka dikotomi dalam berhadapan dengan siswa/i-nya. Masing-masing siswa memiliki keinginannya yang jelas berbeda dengan siswa yang lainnya. Bagi guru yang sudah mempelajari keberagaman individu tentu akan kurang mengalami kesulitan dalam merangkum dan mendidik semua siswa yang beragam itu. Akan tetapi akan menjadi persoalan bagi guru yang tidak memiliki pemahaman tentang individual differences. Mungkin ia (guru) akan memaksa anak dengan aneka cara dan bahkan menggunakan kekerasan fisik agar anak dapat berkembang sesuai dengan keinginan sang guru. Tentu hal ini sangat tidak diinginkan terjadi dalam lingkup pendidikan.

Nama              : Alfonsus Sam
No.induk        : 7816110450

Penelitian Ex post facto


PENELITIAN EX POST FACTO/KAUSAL KOMPARATIF
I.     Pengantar
       Dewasa ini, pentingnya peran penelitian ilmiah sangat dirasakan guna mengkaji aneka persoalan dan mencari jalan keluar dari suatu persoalan. Boleh jadi penelitian dikatakan sebagai sarana untuk mengklasifikasi masalah, mencari teori, menguji teori, dan memecahkan masalah.[1] Lebih dari sekedar keterampilan, penelitian adalah sebuah  cara berpikir, yakni mencermati secara kritis berbagai aspek dari profesi yang kita jalani; memahami dan merumuskan pedoman-pedomam utama yang menentukan  prosedur khusus; mengembangkan dan menguji teori-teori baru bagi perbaikan profesi yang kita jalani.[2]
       Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.[3] Ada banyak jenis penelitian dan pengklasifikasiannya. Dari semua jenis penelitian masing-masing memiliki kelebihan (keunggulan) dan juga kekurangan (kelemahan). Kelemahan dan kelebihan inilah yang memberi petunjuk bagi peneliti untuk melakukan penelitian secara tepat sasar dan sesuai dengan bidang yang ditelitinya. Tentu semuanya itu bisa dilakukan apabila peneliti memahami secara mendalam tentang karakteristik setiap penelitian.
       Penelitian ex post facto atau juga yang dikenal dengan nama penelitian kausal komparatif merupakan salah satu dari aneka jenis penelitian. Jenis penelitian ini tergolong jenis penelitian dari perspektif metode. Dalam makalah ini, pemakalah mencoba menguraikan secara mendalam tema tentang penelitian kausal komparatif.
       Eksplisitasi tema yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi definisi penelitian kausal komparatif, perbandingan penelitian kausal komparatif dengan penelitian korelasional dan eksperimental, prosedur penelitian kausal komparatif, analisis data, desain penelitian kausal komparatif, sistematika penulisan laporan penelitian kausal komparatif, serta kelebihan dan kekurangan penelitian kausal komparatif.           

II. Metode Penelitan Ex post facto:
2.1  Definisi
      Secara etimologis, “Ex post facto” merupakan kata bahasa latin yang artinya dapat diterjemahkan sebagai  “setelah kejadian; setelah fakta”.[4] Dalam penelitian ex post facto, peneliti menyelediki permasalahan dengan mempelajari atau meninjau variabel-variabel.
      Kerlinger mendefinisikan ex post facto yang disebutnya sebagai penelitian kausal komparatif sebagai pencarian empirik yang sistematik yang didalamnya ilmuwan tidak dapat menggolongkan langsung variabel-variabel bebas karena peristiwanya telah terjadi ata karena menurut sifatnya tidak dapat dimanupulasi.[5] Simpulan tentang hubungan antara variabel dilakukan tanpa intervensi secara langsung sesuai dengan variasi variabel bebas dan variabel terikat.
      Sementara itu, menurut Gay penelitian Kausal komparatif atau ex post facto adalalah penelitian di mana peneliti berusaha menentukan penyebab atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok individu. Dengan perkataan lain, telah diamati bahwa kelompok berbeda pada beberapa variabel dan peneliti berusaha untuk mengidentifikasi faktor utama yang menyebabkan perbedaan tersebut. Gay menyatakan bahwa dalam metode penelitian ini, peneliti berusaha untuk menentukan sebabatau alasan adanya perbedaan dalam tingkah laku atau status kelompok individu. Dalam artian, peneliti mengamati bahwa kelompok yang berbeda pada beberapa variabel dan kemudian berusaha mengidentifikasi faktor utama penyebab perbedaan tersebut.[6]
      Jadi, penelitian ex post facto adalah penelitian yang dibuat setelah fakta/kegiatan itu ada, tanpa memanipulasi variabel-variabelnya. Yang diteliti hanya penyebab atau alasan perbedaan karena pengaruh dan yang mempengaruhi telah terjadi. Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan mengenai perbedaan antara penelitian ex post facto dengan penelitian korelasional dan eksperimental.

2.2  Perbandingan Penelitian ex post facto dengan Penelitian Korelasional dan Eksperimen.[7]
     Penelitian Kausal komparatif dengan penelitian Korelasional mungkin membingungkan karena keduanya sama-sama tidak memanipulasi data dan hal yang sama mengenai interpretasi hasil, tidak dapat dimanipulasi. Yang menjadi perbedaan keduanya ialah bahwa penelitian kausal komparatif melibatkan dua atau lebih kelompok dan satu variabel bebas, sedangkan pada penelitian korelasional biasanya melibatkan dua atau lebih variabel dan satu kelompok.
     Selain itu, penelitan kausal komparatif melengkapi hubungan sebab akibat lebih baik dari pada penelitian korelasional. Penelitian kausal komparatif selalu berupaya untuk menentukan alasan atau sebab untuk status yang berlaku umum dari fenomena yang diteliti. Studi kausal komparatif berusaha untuk menetapkan hubungan sebab akibat, sementara penelitian korelasional berupaya menentukan apakah dan seberapa kuat suatu hubungan ada antara dua atau lebih variabel yang tidak dikuantitatifkan.
     Sementara itu, mengenai perbandingan penelitian kausal komparatif dengan penelitan eksperimental, Gay menyatakan bahwa dapat dimengerti jika kedua penelitian ini sulit dibedakan. Keduanya menyatakan hubungan sebab akibat dan perbandingan kelompok, namun dalam studi eksperimental, peneliti menciptakan penyebab, dengan sengaja membuat perbedaan kelompok, kemudian mengamati pengaruh yang berbeda pada beberapa variabel terikat, sedangkan dalam studi kausal komparatif sebaliknya. Peneliti pertama mengamati pengaruh dan mencoba menentukan penyebabnya. Dengan perkataan lain, peneliti berupaya  menentukan perbedaan antara dua kelompok yang telah ditunjukkan pada perbedaan yang teramati pada beberapa variabel.
     Secara sederhana, perbedaan antara studi eksperimental dan studi kausal komparatif adalah bahwa dalam studi eksperimental, variabel bebas sebagai penyebab dimanipulasi, sedangkan dalam kausal komparatif tidak, ia telah muncul sebelumnya. Dalam penelitian eksperimental, peneliti dapat membentuk kelompok secara random (acak) dan memanipulasi suatu variabel sedangkan dalam penelitian kausal komparatif, kelompok telah terbentuk sebelumnya dan perbedaan telah terjadi pada variabel bebas.
     Variabel bebas dalam penelitian kausal komparatif adalah variabel yang tidak dapat dimanipulasi (seperti status sosial ekonomi), tidak boleh dimanipulasi (jumlah rokok yang diisap setiap hari), atau variabel yang secara sederhana tidak dapat dimanipulasi tetapi dapat (seperti metode pengajaran membaca).

2.3  Prosedur penelitian kausal komparatif
      Prosedur penelitian kausal komparatif tidak berbeda dengan penelitian lain, selalu melewati lima tahapan berikut. Pertama, penentuan masalah penelitian; dalam perumusan masalah penelitian, peneliti berspekulasi tentang penyebab fenomena berdasarkan penelitian sebelumnya, teori, atau pengamatan. Kedua, penentuan kelompok yang memiliki kareakteristik yang ingin diteliti. Ketiga, pemilihan kelompok pembanding; pemilihan kelompok ini dengan mempertimbangkan karakteristik atau pengalaman yang membedakan harus jelas dan didefinisikan secara operasional. Keempat, pengumpulan data dengan menggunakan instrumen penelitian yang memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas. Kelima, menganalisis data dengan menggunakan analisis statistik deskriptif menghitung rata-rata dan simpangan baku. Selanjutnya dilakukan analisis yang lebih mendalam dengan statistik inferensial.[8]
      Dari prosedur di atas dapat digambarkan secara sederhan, langkah-langkah penelitian kausal komparatif yakni sebagai berikut:[9]
a.       Definisikan permasalahan penelitian
b.      Lakukan kajian kepustakaan dan hasil penelitian yang relevan
c.       Rumuskan hipotesis penelitian
d.      Rumuskan asumsi-asumsi yang mendasari hipotesis-hipotesis, serta prosedur-prosedur yang digunakan.
e.       Design pelaksanaannya:
·         Pilih subyek-subyek yang akan digunakan serta sumber-sumber yang relevan.
·         Tentukan teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data.
·         Tentukan kategori-kategori untuk mengklasifikasikan data yang jelas, sesuai dengan tujuan penelitian, dan dapat menunjukkan kesamaan atau saling hubungan
f.       Lakukan validasi terhadap data yang diperoleh, selanjutnya interpretasikan hasilnya berdasarkan acuan yang ada.
g.      Lengkapi data penelitian dan lakukan analisis data
h.      Susun laporan penelitiannya.

2.4  Desain Penelitian Kausal komparatif[10]
      Menurut Gay (1981: 200-201) desain dasar penelitian kausal komparatif sangat sederhana, walaupun variabel bebasnya tidak dimanipulasi, ada prosedur kontrol yang dapat diterapkan studi ini juga melibatkan variasi teknik statistik yang luas.
      Desain dasar penelitian kausal komparatif melibatkan pemilihan dua kelompok yang berbeda pada beberapa variabel bebas dan membandingkan mereka pada beberapa variabel terikat. Ada dua kelompok subjek yang diteliti, tanpa mengacu pada kelompok eksperimental dan kelompok kontrol secara ketat, walaupun mengacu lebih akurat sebagai kelompok-kelompok perbandingan. Kedua kelompok mungkin berbeda, satu kelompok memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh kelompok yang lain, atau satu kelompok memiliki pengalaman yang tidak dimiliki oleh kelompok yang lain.
      Pemilihan dan penentuan kelompok pembanding merupakan bagian yang sangat penting dari prosedur kausal komparatif. Kelompok pembanding harus didefinisikan dengan jelas dan operasional sebagaimana setiap kelompok mewakili suatu populasi yang berbeda. Cara peneliti dalam memberi definisi kedua kelompok sangat berpengaruh terhadap generalisasi hasil penelitian. Umumnya bila sampel dipilih dari populasi yang telah didefinisikan, metode pemilihan secara acak yang digunakan.   
      Pertimbangan yang penting dalam pemilihan sampel adalah keterwakilan (representatif) dari masing-masing populasi dan sama mengenai variabel kritis yang lain dari variabel bebas. Tujuannya ialah memiliki kelompok yang sedapat mungkin sama pada semua variabel yang relevan, kecuali variabel bebas. Untuk menentukan kesamaan dari kelompok-kelompok, informasi pada sejumlah latar belakang, dan keadaan variabel yang sedang berlaku dapat dikumpulkan. Untuk meningkatkan kesamaan, atau untuk memperbaiki ketidaksamaan yang teridentifikasi, terdapat sejumlah prosedur kontrol bagi peneliti. Dalam artian bahwa peneliti bisa memanipulasi variabel bebas melalui subjek yang diseleksi sesuai dengan variabel yang diteliti. Peneliti memanipulasi variabel bebas melalui penetapan karakteristik yang diidentifikasi dari kelompok-kelompok.
     
2.5  Analisis dan Interpretasi Data[11]
      Analisis data dalam penelitian kausal komparatif menggunakan suatu variasi statistik deskriptif dan inferensial. Statistik yang paling umum digunakan adalah rata-rata (mean) yang mengidentifikasi rata-rata performasi dari suatu kelompok pada suatu pengukuran beberapa variabel dan simpangan baku, yang mengindikasikan bagaimana pencaran di luar suatu set sekor, yaitu apakah sekor tersebut secara relatif berada di sekitar rata-rata atau terpencar di luar lingkup suatu rentangan luas dari sekor.
      Statistik inferensial yang paling umum digunakan adalah uji t, analisis varian (ANOVA), dan uji chi-kuadrat. “Uji t” digunakan untuk melihat apakah terdapat suatu perbedaan yang signifikan antara rata-rata dari dua kelompok. ANOVA digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata dari tiga atau lebih kelompok. Sedangkan uji chi-kuadrat digunakan untuk membandingkan frekuensi-frekuensi kelompok, yakni untuk melihat apakah suatu kejadian sering muncul dalam suatu kelompok daripada kelompok yang lain.
      Interpretasi dari suatu temuan dalam suatu penelitian kausal komparatif memerlukan kehati-hatian yang lebih besar. Hal yang harus dibayar terhadap kekurangan mengenai randomisasi, manipulasi dan kontrol jenis lain adalah kesulitan untuk menetapkan hubungan sebab-akibat dengan tingkat kepercayaan yang besar. Hubungan sebab-akibat mungkin dalam kenyataan menjadi kebalikan dari suatu yang dihipotesiskan atau mungkin terdapat faktor ketiga yang merupakan penyebab nyata dari kedua sebab dan akibat.

2.6  Sistematika Penulisan Laporan Penelitian Ex post facto
Sistematika penulisan laporan pada penelitian Kausal komparatif sesungguhnya tidaklah berbeda dengan penelitian-penelitian lainnya, karena tetap mengikuti tahapan-tahapan umum dalam penelitian. Adapun sistematika penulisan laporan penelitian kausal komparatif mengikuti urutan sebagai berikut.[12]

            BAB  I     PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Identifikasi Masalah
C.     Pembatasan Masalah
D.    Perumusan Masalah
E.     Kegunaan Hasil  Penelitian

            BAB  II   TINJAUAN PUSTAKA
A.    Deskripsi Konseptual
1.      Variabel Terikat  atau Dependent Variable  ( Y)
2.      Variabel Perlakuan atau Independent Variable (A)
3.       Variabel Moderator (B)
B.     Hasil Penelitian yang Relevan
C.     Kerangka Teoretik (Tergantung desain penelitian, apakah treatment by level atau  factorial design
·         Treatment  by Level Dua Faktor
1.      Perbedaan Y antara Ai (main effect  A)
2.      Pengaruh interaksi antara variabel perlakuan (A)  dan variabel moderator (B) terhadap variabel Y (Interaction Effect)
3.      Perbedaan Y antara Ai pada setiap level variabel (B)i (simple effect).
·         Factorial Design 2 x2
1.      Perbedaan Y antara  Ai (main effect A)
2.      Perbedaan Y antara  Bj (main  effecnt B)
3.      Pengaruh Interaksi antara  A  dan  B  terhadap  variabel Y (Interaction effect)
4.      Perbedaan Y antar Ai pada setiap level Bj  (simple effect A)
5.      Perbedaan  Y antara Bj pada setiap level  Ai  (simple effect B)
D. Hipotesis Penelitian  (banyaknya hipotesis sama dengan banyaknya kerangka berpikir dan banyaknya perumusan masalah)


            BAB  III   METODOLOGI PENELITIAN
A.    Tujuan  Penelitian
B.     Tempat dan Waktu Penelitian
C.     Metode Penelitian
1.      Desain Penelitian
2.      Variabel Penelitian
D.    Populasi dan  Sampel
E.     Rancangan Perlakuan
                     Variabel Perlakuan
·   Definisi  Konseptual (konstruk)
·   Definisi  Operasional

F.      Kontrol Validitas Internal dan Eksternal Rancangan Penelitian
G.    Teknik Pengumpulan Data: data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen dengan tahapan pengembangannya dijelaskan sbb:
1)       VariabelTerikat
·      Definisi  Konseptual 
·      Definisi  Operasional
·      Kisi-kisi  Instrumen 
·      Jenis instrumen
·      Uji validitas dan Reliabilitas
2)       Instrumen  Variabel Moderator
·      Definisi  Konseptual
·       Definisi  Operasional
·      Kisi-kisi  Instrumen
·      Jenis Instrumen
·      Uji validitas dan Reabilitas                          
H.  Teknik Analisis Data
I. Hipotesis Statistika


    BAB IV  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Data
Penyajian data Y untuk Kelompok-kelompok:
Ai, Bj, AiBj.

B.     Uji Persyaratan Analisis
·         Uji Normalitas
·         Uji Homogenitas Varians

C.     Hasil Pengujian Hipotesis
D.    Pembahasan Hasil Penelitian
 
            BAB  V   KESIMPULAN  IMPLIKASI  DAN  SARAN 
A.    Kesimpulan
B.     Implikasi
C.     Saran

            DAFTAR  PUSTAKA

LAMPIRAN 
Lampiran   1  Rancangan  Perlakuan
Lampiran   2  Instrumen 
Lampiran   3  Hasil Ujicoba
Lampiran   4  Kisi-kisi Akhir  (sesudah Ujicoba)
Lampiran  5 Data Hasil Penelitian  (Variabel Terikat dan data dari  Variabel Moderator)
Lampiran   6  Pengujan  Persyaratan Analisis                
Lampiran   7  Pengujian  Hipotesis       

2.7  Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Kausal komparatif
      Setiap metode penelitian tentunya memiliki keunggulan dan kekurangannya. Ritz (1999:18-20) [13] mengidentifikasi beberapa kelebihan dan kelemahan penelitian kausal komparatif. Kelebihan penelitan kausal komparatif ialah sebagai berikut.
a.       Metode kausal komparatif merupakan metode penelitian yang layak dalam banyak hal bila metode eksperimental tidak dimungkinkan untuk dilakukan karena:
·         Tidak memungkinkan untuk memilih, mengontrol, dan memanipulasi variabel untuk studi hubungan sebab akibat (kausal) secara langsung.
·         Pengontrolan semua variasi kecuali satu variabel bebas tunggal mungkin sangat tidak realistik dan artifisial, mencegah interaksi yang normal dengan variabel lain yang berpengaruh.
·         Pengontrolan secara laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian tidak praktis, terlalu mahal, atau secara etika dipertanyakan.
b.      Penelitian kausal komparatif akan menghasilkan informasi yang bermanfaat mengenai hakikat suatu fenomena.
c.       Memperbaiki teknik, metode statistik, dan desain dengan pengontrolan fitur-fitur secara parsial.

Di samping kelebihan yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian kausal komparatif juga memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut.
a.       Kelemahan utama dari suatu desain penelitian komparatif adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas.
b.      Kesulitan dalam menentukan faktor penyebab yang relevan.
c.       Kesulitan bahwa tidak ada faktor tunggal yang menyebabkan suatu hasil, tetapi merupakan kombinasi dan interaksi dari berbagai faktor yang berkaitan di bawah kondisi tertentu untuk memperoleh hasil yang ditentukan.
d.      Suatu fenomena tidak hanya dihasilkan dari berbagai penyebab, tetapi juga dari satu penyebab dalam satu kejadian dan dari penyebab yang lain dan dalam kejadian yang lain.
e.       Apabila hubungan antara dua variabel telah terungkap, penentuan mana penyebab dan mana akibat mungkin sulit.
f.       Terdapat fakta bahwa dua atau lebih faktor yang berhubungan tidak harus mempunyai implikasi hubungan sebab-akibat. Mungkin berkaitan dengan faktor lain yang belum teramati.
g.      Pengklasifikasian subjek ke dalam kelompok dikotomi untuk tujuan perbandingan, penuh dengan masalah, karena kategori seperti ini adalah samar-samar, berubah-ubah, bersifat sementara.
h.      Studi perbandingan dalam penelitan ilmiah tidak memungkinkan pemilihan subjek penelitian yang terkontrol. Sangat sulit menempatkan kelompok subjek yang sama dalam semua hal.

III. Penutup
            Penelitian ex post facto atau penelitian kausal komparatif diartikan sebagai suatu penyelidikan yang menguji hubungan variabel yang terwujud sebelumnya. Kekhasan penelitian ini terletak pada peran peneliti dalam memanipulasi variabel bebas. Peneliti dalam penelitian ini tidak secara langsung memanipulasi variabel yang ada. Variabel itu suda ada dan ditetapkan sebelum penelitian dilakukan. Yang bisa dibuat oleh oleh peneliti untuk mengurangi penyimpangan adalah secara selektif menentukan sampel dan variabel penelitian. Subjek-subjek penelitian ditetapkan pada tingkat khusus menurut karakteristik yang mereka miliki atau pengalaman yang telah mereka lalui.
            Penelitian kausal komparatif memiliki keunggulan yang mana kalau suatu persoalan tidak bisa diteliti dengan menggunakan penelitian eksperimental. Hasil dari penelitian kausal komparatif juga sangat penting dalam mengisi kekurangan penelitian eksperimental. Selain itu juga penelitian kausal komparatif dapat memberikan sumbangan berharga untuk perbaikan dalam hal teknik dan metode statistik untuk penelitian. Namun demikian, penelitian kausal komparatif juga tak luput dari aneka kekurangan. Adapun yang menjadi kekurangan utama penelitian ini ialah tidak memiliki kontrol yang sebenarnya karena peneliti tidak bisa memanipulasi variabel bebas secara sengaja. Peneliti hanya memanipulasi subjek-subjek melalui penetapan karakteristik subjek yang selektif. Namun demikian, penelitian ini tetap bernilai bagi pengembangan khasanah ilmu dalam bidang penelitian dan juga bidang-bidang lainnya.

Referensi
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta: Rajawali Pers, 2009

http://ppsunj.org/pps/wp-content/uploads/2011/07/3-Eksperimen-Expost-Facto.doc,            diakses di Jakarta, 20 oktober 2011


Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta,           2011

Tjala,Awalludin. “Penelitian Ex post facto (manuskrips) Jakarta: Universitas Negeri          Jakarta, 2011

Tuwu, Alimuddin (penterj.) Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: Penerbit Universitas     Indonesia, 1993


                [1] Alimuddin Tuwu (penterj.) Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1993, hal. 2
                [2] http://staff.undip.ac.id/fisip/ahmadtaufiq/files/2010/07/bab-i06-proses-n-jenis-penelitian.doc, diakses di Jakarta 20 oktober 2011.
                [3] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2011, hal. 2
                [4] Alimuddin Tuwu (penterj.) Op. Cit., hal. 123
                [5] Ibid.
                [6] Ibid.
                [7] Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hal. 120-122.
                [8] Ibid.,hal. 125-126
                [9] Awalludin Tjala, “Penelitian Ex post facto (mans.) Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2011
[10] Emzir, Op. Cit.,hal. 127-129
                [11] Ibid., hal. 133-135
                [12] http://ppsunj.org/pps/wp-content/uploads/2011/07/3-Eksperimen-Expost-Facto.doc, diakses di Jakarta, 20 oktober 2011
                [13] Emzir, Op. Cit., hal. 123-125