Sabtu, 02 Juni 2012

Resume Materi (Teaching)


RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

HARI, TANGGAL   :  Selasa, 14 Pebruari 2012               JAM               08.00-10.15
TOPIK                       :  Teaching (instruction)                   RUANG         : 304


A.  SUMMARY MATERI
       Materi yang dibahas dalam topik ini ialah pembelajaran yang efektif. Ada tiga fokus utama yang dibahas yakni karakteristik guru yang efektif, strategi pembelajaran, dan perencanaan pembelajaran.
       Guru yang efektif ialah guru yang mengetahui pokok mata pelajaran, mengetahui tentang cara siswa belajar, menguasai kemampuan mengajar, guru yang memiliki tujuan yang jelas dalam mengajar, bersikap hangat, antusias, dan peduli terhadap siswa. Secara lebih tepat, guru yang memiliki kompetensi personal, sosial, profesional, dan pedagogik.
       Konsep strategi pembelajaran berasal dari pendekatan dalam pembelajaran. Ada dua pendekatan yang umum dikenal yakni pendekatan yang pembelajaran langsung, dan pembelajaran tidak langsung. Dari pendekatan ini, muncullah dua strategi pembelajaran yakni strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan strategi pembelajaran yang berpusat pada guru.
       Pembelajaran langsung ialah sebuah pendekatan terstruktur dan berpusat pada guru yang digolongkan berdasarkan arahan dan pengendalian guru, harapan guru yang tinggi untuk kemajuan para siswa, waktu maksimum yang dihabiskan para siswa untuk menyelesaikan tugas akademis, serta upaya-upaya dari guru untuk meminimalisasi pengaruh negatif. Pengajaran langsung digunakan untuk menjelaskan pelajaran dimana guru memindahkan informasi langsung kepada siswa, dengan menata waktu pelajaran untuk mencapai beberapa tujuan yang ditentukan dengan jelas seefisien mungkin. Pengajaran langsung sangat tepat digunakan untuk mengajarkan isi informasi atau kemampuan yang telah didefinisikan dengan baik yang harus dikuasai siswa. Fokus dari pengajaran secara langsung ini adalah aktivitas akademis; materi nonakademis cenderung tidak digunakan.
       Strategi pembelajaran yang dipakai dalam pendekatan pembelajaran langsung ialah pembelajaran yang berpusat pada guru. Ada beberapa point penting berkaitan dengan pembelajaran yang berpusat pada guru, yakni orientasi, peninjauan topik, ceramah, penjelasan, dan demonstrasi, tanya jawab dan diskusi, pembelajaran penguasaan materi, tugas di bangsu sekolah, pekerjaan rumah (PR), penerapan sistem pembelajaran kooperatif.
       Selain pembelajaran langsung, ada juga pembelajaran tidak langsung (indirect instruction). Dalam pendekatan ini, pengajaran dan perencanaan berpusat pada siswa. Tugas pendidik adalah melibatkan pikiran siswa dengan konsep yang ampuh dan bermanfaat. Persepsi siswa tentang lingkungan belajar yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru, faktor-faktor yang berhubungan dengan pengajaran berpusat pada siswa merupakan hal penting dalam meningkatkan motivasi dan prestasi siswa.
       Ada empat (4) faktor utama dalam pendekatan ini, yakni pertama, kognitif dan metakognitif; Kedua, motivasional dan emosional; Ketiga, perkembangan dan social; Keempat, perbedaan individual. Prinsip ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Menurut kelompok kerja ini, pendidikan akan lebih baik apabila fokus utamanya adalah pada orang yang belajar (learner).
       Pendekatan pembelajaran tidak langsung mengedepankan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner-centered). Strategi ini mengisyaratkan pembelajaran yang berbasis problem, penggunaan pertanyaan esensial, pembelajaran penemuan (discovery learning), dan pembelajaran konstruktivistik.
            Topik yang tak kalah pentingnya juga yang dibahas dalam tema ini ialah topik mengenai perencanaan pembelajaran atau yang sekarang lebih dikenal dengan istilah RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Rencana pembelajaran yang dibuat menggunakan strategi-strategi pengajaran yang berpusat pada siswa.  Namun demikian, perlu disadari bahwa pengajaran yang efefktif menuntut penggunaan banyak strategi. Guru harus menggunakan strategi pengajaran yang membantu siswa mengingat apa yang diajarkan kepada mereka.
Pelajaran yang diberikan hendaknya memperhitungkan karakteristik intelektual dan sosial siswa di kelas tersebut dan juga karakteristik intelektual, sosial, dan budaya siswa tertentu. Guru harus memastikan siswa tertarik dan termotivasi untuk mempelajari subjek tersebut.
Untuk melihat apakah siswa mempelajari apa yang diajarkan, guru dapat mengajukan pertanyaan atau menggunakan ujian atau meminta siswa menunjukkan pemahaman mereka dengan menciptakan dan menginterprestasikan eksperimen, dan guru harus menanggapi dengan tepat apakah semua penilaian ini memperlihatkan bahwa siswa menghadapi kesulitan.   
      Dalam menyusun suatu perencanaan pembelajaran, guru perlu memperhatikan beberapa hal penting dalam perencanaan, seperti tujuan atau hasil pembelajaran; apa yang hendaknya diketahui atau sanggup dilakukan siswa setelah pelajaran; Informasi, kegiatan, dan pengalaman apa saja yang akan diberikan guru; berapa banyak waktu diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut; buku, bahan dan dukungan media apa saja yang disediakan guru; metode pengajaran dan struktur partisipasi apa saja yang akan digunakan.

B.  ISU DALAM DISKUSI
  • Bagaimana Uraian tentang RPP? (Ode Zulaeha) Untuk pengetahuan awal berpusat dari guru, lalu dilakukan praktek dan diskusi
            RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dibuat sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. RPP berisi gambaran tentang proses kegiatan pembelajaran, yang menjadi panduan bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran untuk satu atau lebih kompetensi dasar. Unsur-unsur RPP yang lengkap memuat, identifikasi sekolah, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, media, sarana, alat, bahan, waktu, dan proses pembelajaran (awal, inti, dan akhir).
            Rpp mengisyaratkan kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan peran peserta didik. guru mesti memiliki kemampuan awal yang memadai, agar mudah dalam menjadi fasilitator bagi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan awal guru tersebut, pada gilirannya akan mengajak anak untuk memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang semestinya mereka miliki setelah mereka mengikuti kegiatan pembelajaran.

  • Kemampuan apa saja yang dimiliki guru agar menjadi baik? Proses belajar mengajar seperti apa yang baik? (Afrinawati)
            Kemampuan seorang guru yang baik ialah bahwa seorang guru harus memiliki kompetensi dasar sebagai pendidik dan pengajar yang kompeten. Kompetensi yang dimaksud seperti yang ditetapkan dalam undang-undang yakni kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
            Proses belajar mengajar yang baik ialah pembelajaran yang mengaktifkan semua komponen dalam kegiatan pembelajaran. Guru mesti mampu menerapkan aneka pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran. selain itu, pembelajaran yang baik dan efektif ialah pembelajaran yang tetap mengacu padda tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Jadi, guru tetap menjadi fasilitator yang memberi riang gerak bagi siswa untuk belajar namun tetap terfokus pada tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut.

  • Langkah-langkah apa yang harus dilakukan sebagai awal pembelajaran? Bagaimana jika siswa memiliki gangguan (misalnya tuna rungu) sehingga siswa tersebut dapat belajar secara efektif? (Jakaruddin)
            Langakh awal dalam kegiatan pembelajaran disebut apersepsi. Kegiatan apersepsi mengajak dan membawa anak kepada situasi pembelajaran. secara praktis hal ini dapat berupa penjelasan tentang pelajaran yang telah lewat atau juga pengetahuan awla siswa tentang topik yang akan dipelajari. Guru hendaknya bersifat terbuka dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya.
            Anak-anak yang mengalami gangguan fisik, tentu juga bisa belajar secara efektif. Hal ini tergantung pada situasi dan keadaan anak tersebut. Misalnya, masih sangat efektif kalau seorang anak yang buta untuk mengikuti pelajaran musik, walaupun dia tidak bisa melihat, namun sangat tidak efektif, bila dia dipaksa untuk belajar kimia atau fisika. Hal ini sangat tergantung pada upaya guru untuk mengenal dan mampu mengidentifikasi kemampuan dan perbedaan individu para siawa.

  • Pembelajaran efektif jika ada perbedaan latar belakang, bahasa, budaya, sosial ekonomi. Bagaimana cara pengelolaan pembelajaran seperti itu? (Sandra Novieta)
            Pembelajaran efektif tetap dapat terlaksana dalam konteks anak didik yang memiliki aneka latar belakang yang berbeda, baik dari segi ekonomi, bahasa, budaya dan kehidupan sosial-kemasyarakatan. Dalam hal ini menjadi tugas guru untuk mengidentifikasi latar belakang siswa yang beragam ini. Guru hendaknya dapat menerapkan berbagai pendekatan dan strategi/metode berhadapan dengan anak-anak yang beragam.
            Sebagaimana telah dibicarakan dalam topik perbedaan individu, guuru harus mampu menerima perbedaan yang ada dan memotivasi siswa untuk menghargai, menerima, menghirmati, perbedaan yang ada dan menciptakan situasi kondusif dalam keberagaman.

  • Apakah tidak ada kesenjangan antara pembelajaran yang efektif dan tidak efektif? Berpusat pada guru, Berpusat pada siswa? (Ode Zulaeha)
            Kesenjangan dalam praktik belajar sesungguhnya terjadi manakala pebelajar dan guru serta berbagai pihak yang berkepentingan dalam pembelajaran tidak saling bekerja sama. Selain itu juga biila guru tidak mengaktifkan segala komponen pembelajaran. Penggunaan variasi metode/strategi dalam pembelajaran dapat menjawab persoalan ini. Guru harus berupaya untuk menggunakan aneka strategi dan metode sesuai dengan tema dan tujuan pembelajaran, sehingga pelajaran benar-benar dilihat dan dialami sebagai pelajaran yang efektif.
            Antara strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan strategi yang berpusat pada guru sebenarnya tidak terdapat kesenjangan, karena kedua strategi ini akan memberikan makna belajar yang mendalam apabila dipadukan. Tidak mutlak satu pendekatan/strategi dapat efektif. Oleh karena itu perlu variasi strategi/pendekatan. Misalnya pendekatan kooperatif, berkolaborasi dengan metode ceramah, demostrasi atau diskusi.

  • Bagaimana pendekatan pembelajaran yang efektif? (Rahmat)
            Pendekatan pembelajaran yang efektif akan terjadi bila pembelajaran itu terfokus pada tujuan yang telah ditetapka yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran tersebut sebagaimana yang termuat dalam kurikulum atau juga yang ada dalam RPP. Selain itu, pembelajran dikatakan efektif apabila dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru mengaktifkan semua komponen pembelajaran seperti Siswa, guru, materi, metode/strategi, sumber/alat/sarana, lingkungan/setting pembelajaran.

  • Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan seandainya pembicara menjadi kepala dinas seandainya di lapangan ditemukan guru-guru yang tidak efektif? (Jakaruddin).
                        Persoalan guru yang intensional memang secara praksis terbentur praktik pendidikan yang kurang serius dan terbendung masalah. Banyak guru yang tidak efektif dalam melaksanakan tugasnya. Seturut perkembangan jaman dan perkembangan sistem dalam pendidikan, saat ini banyak sekolah yang memiliki monitor khusus untuk selalu mengamati kerja guru dalam mengajar. Selain itu juga peran pengawas dari dinas terkait sangat penting untuk menyelesaikan persoalan seperti ini.
                        Di banyak tempat juga ada organisasi para guru yang selalu berkumpul bersama untuk saling membagi pengalaman dalam mengajar dan saling mengevaluasi keberhasilan mengajar para guru. Terlepas dari organisasi tersebut, di sekolah, juga guru-guru selalu ada waktu untuk saling membagi pengalamannya dengan teman gurunya. Mungkin hal ini akan memotivasi guru agar mampu menerapkan pembelajaran efektif di kelasnya.

·         Masukkan dari Pak Asep:
F ada beberapa term penting dalam topik pembahasan tentang teaching, yakni Learning (belajar), Teaching (pengajaran), Instruction (pengajaran), Teaching and learning (belajar mengajar), Teaching for learning (mengajar untuk belajar (pembelajaran)).
F Woolfolk (2004) mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan atau tingkah laku yang disebabkan oleh suatu pengalaman. Perubahan tersebut terjadi setelah orang mengalaminya dalam pengalaman. Pengalaman itu sendiri mengisyaratkan ada action (tindakan) dan proses interaksi dengan lingkungan. Pengalaman tersebut erat kaitanya dengan perubahan kognitif, afektif, psikomotorik. Sementara itu Santrock melihat belajar sebagai perubahan perilaku, pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil dari pengalaman. Secara umum, dapat dikatakan bahwa belajar ialah proses perubahan yang terjadi pada seseorang seteah menjalani suatu pengalaman.
F Bila dibandingkan antara taksonimo Bloom dengan pandangan psikologis tentang perubahan akibat belajar maka akan diperoleh bahwa dalam taksonomi Bloom, belajar merupakan perubahan pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotirik, sedangkan dalam bahasa psikologi, perubahan itu terjadi dalam hal biologis, kognitif, dan socio-emotional. Yang diutamakan, sesungguhnya ialah sesuatu yang tampak dan tidak tampak. Dalam psikologi yang diutamakan ialah apa yang dirasakan.
F Istilah teaching (mengajar) ialah Upaya untuk memfasilitasi, meyediakan, atau menciptakan sesuatu situasi yang memungkinkan siswa untuk belajar. Pengertian ini akan mengarahkan kegiatan mengajar menjadi suatu kegiatan Pembelajaran, dengan ciri khas: peserta sebagai subek yang aktif dan guru/instruktor sebagai fasilitator.
F Pembelajaran dapat dilihat sebagai suatu sistem. Sebagai suatu sistem, pembelajaran merupakan suatu proses dalam sistem tertentu dan dipengaruhi oleh banyak faktor pendukung. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan proses belajar tesebut ialah in-put (pebelajar dengan segala situasinya), environmental in-put (masukan/pengaruh lingkungan, resource in-put, dan juga out-put yang berupa kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh pebelajar.
F Pembelajaran efektif, mengisyaratkan pembelajaran sebagai proses dan sebagai hasil.. sebagai proses, pembelajaran harus sistematik, normatif, efisien, dan menyenangkan. Ada juga dua hal penting yang harus diperhatikan dalam proses yakni strategi/metode dan clasroom management. Yang bertanggung jawab terhadap dua aspek ini ialah guru. Hasil dari proses belajar ialah bahwa Peserta menguasai materi atau kompetensi yang diharapkan secara bermakna.
F Siswa, guru, materi, metode/strategi, sumber/alat/sarana, lingkungan/setting merupakan juga komponen-komponen penting yang ada dalam pembelajaran. Pembelajaran akan menjadi suatu pembelajaran efektif apabila, mengaktifkan semua komponen-komponen ini secara menyeluruh dan seksama.
F Guru sebagai tokoh penting dalam pembelajaran harus memiliki kompetensi khusus yang terdiri dari Kompetensi personal (fisik sehat dan menarik, disiplin tanggung jawab, cerdas, tekun, sabar, ramah, hangat, tegas, jujur, adil, berakhlak (moral)); Kompetensi profesional (menguasai materi, kemampuan mengelolah pembelajaran, kemampuan meneliti, memiliki wawasan global); Kompetensi sosial (interaksi dan kerja sama konstruktif dengan siswa, kolega, atasan, orang tua, masyarakat, dan profesi lain);
F Bila dilihat secara jeli dari cara pandang psikologis, sebetulnya ketiga kompetensi itu bisa dirampingkan menjadi dua yakni kompetensi personal dan kompetensi profesional.
F Ada empat kemampuan dasar menjadi guru yang expert (Peterson, 1988; Shulman,1987) dalam egen dan Kaucak, 2004), yakni:
  Knowledge of content: penguasaan terhadap materi yang diajarkan.
  Pedagogical content knowledge: bagaimana suatu materi disusun dan disajikan sehingga mudah dipahami oleh peserta didik.
  General pedagogical knowledge: kemampuan untuk mengelolah kegiatan pembelajaran, meliuti dua komponen dasar yakni penguasaan tentang staretegi dan kemampuan mengelolah kelas.
  Knowledge of learner and learning: pengetahuan dan pemahaman tentang anak (peserta didik).
F Kurikulum terdiri dari beberapa komponen, yakni Tujuan, isi, proses, evaluasi.
F Ada beberapa pendekatan dalam pembelajaran yang secara umum dikategorikan dalam dua pendekatan utama yakni Pertama, pembelajran langsung: pesan-pesan pembelajran disampaikan secara langsung oleh guru kepada siswa. Strategi yang digunakan dalam pendekatan langsung ini ialah strategi Teacher center dengan menggunakan metode ceramah. Kedua, Pembelajaran tidak langsung: siswa memperoleh pesan2 pembelajaran, tetapi tidak secra langsung didapat dari guru, melainkan suatu proses yang dilakukan sendiri oleh siswa. Pembelajaran ini menerapkan pembejajaran yang berpusat pada siswa (learner-centered). Metode yang dipakai dalam pendekatan dan strategi ini meliputi metode tanya jawab, eksperimen, tugas, diskusi, dan lain-lain.

C.  REFLEKSI
       Pembelajaran efektif merupakan model pembelajaran yang diharapkan selalu diterapkan dalam konteks pembelajaran di semua lembaga pendidikan. Hemat saya, pelaksanaan pembelajaran yang efektif akan terjadi bila guru mengetahui dan mendalami tentang makna dan fungsi model, pendekatan, strategi, metode, tekhnik, dan taktik dalam pembelajaran.
       Pembelajaran juga disebut terlaksana sebagai suatu pembelajaran efektif juga tentu mengisyaratkan kefektifan guru dalam mengaktifkan semua komponen pembelajaran termasuk dua hal penting yang sangat menentukan yakni keaktifan siswa dan kemampuan guru dalam mengelolah kelas. Keterampilan mengajar seorang guru seperti keterampilan menjelaskan, keterampilan memimpin diskusi, keterampilan mengelolah kelas, keterampilan bertanya dasar, keterampilan membuka dan menutup pembelajaran, ketrampilan menciptakan variasi, Ketrampilan memberikan penguatan, dan Keterampilan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran, merupakan sederetan keterampilan dasar yang harus dimiliki guru agar mampu menjadi tenaga pendidik dan pengajar yang kompeten. Hal ini akan senada dengan apa yang ditegaskan dalam undang-undang yakni bahwa seorang guru harus memiki kemampuan khusus atau memiki kompetensi khusus seperti kompetensi personal, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi prefesional. Selain itu juga kompetensi managerial, agar mampu memanajemen kelas, megelolah kelas sebagai tempat dan situasi yang efektif dan efesien untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
       Penggunaan variasi strategi dan metode dalam kelas juga sangat diperlukan untuk mengefektifkan suatu kegiatan pembelajaran. tentu penggunaan metode dan strategi dimaksud harus disesuaikan dengan topik dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Semuanya ini sesungguhnya dilakukan agar siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga mereka dapat mengkonstruksi dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan mereka kembangkan.

Nama              : Alfonsus Sam
No.induk        : 7816110450

Resume Materi (Student WSN)


RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

HARI, TANGGAL   :  Kamis, 2 Pebruari 2012                 JAM: 15.30-17.45
TOPIK                       :  Student WSN                                 RUANG: 108


A.  SUMMARY MATERI
       Anak/siswa berkebutuhan khusus ialah anak yang berbeda dari individu lain dengan perbedaan yang sangat jauh. Anak berkebutuhan khusus bukanlah anak yang tidak normal, mereka adalah anak normal, hanya saja mereka memiliki perbedaan yang jauh berbeda dengan individu yang lainnya. Adapun gangguan yang mereka alami dapat bersifat tetap dan juga bisa sementara. Kalau itu merupakan gangguan yang bersifat tetap maka kepada mereka perlu diberi pelayanan khusus, berupa pendidikan inklusif. Demikianpun kalau gangguan yang sifatnya sementara, perlu mendapat pelayanan khusus di luar kelas reguler agar kemampuan mereka dapat bersaing dengan kemampuan teman-teman yang ada dalam kelasnya.
       Ada 11 topik pembicaraan yang menjadi perhatian dalam membicarakan Anak berkebutuhan khusus, yakni:
a.       Visual impairments; Anak yang mangalami gangguan penglihatan. Gangguan yang berkaitan dengan ketajaman visual seseorang. Dimulai dari (mata minus, silinder, astigmatigma, miopi, hiperepio) sampai yang paling berat yaitu kebutaan. Penyebab: faktor genetik, lazzy eye ketika kecil dan diabetes melitus
b.      Hearing impairment; Anak yang mengalami gangguan pendengaran. kondisi yang menyebabkan individu yang bersangkutan kurang atau tidak dapat mendengar suara. Kondisinya mulai dari ringan sampai paling berat. Penyebab: hereditas (keturunan), rubella (cacar jerman) saat ibu mengandung, lahir premature, meningitis dan blood imcompability. Penanggulangan: menggunakan cochlear alat melalui bedah, pemasangan alat bantu dengar di telinga, dan teleprywriter menggunakan internet. Cara pendekatan belajar:  Oral (metode membaca gerak bibir, speech reading) dan Manual (sistem gerakan tangan yang melambangkan kata)
c.       Mental retardation (lemahnya fungsi intelektual) Penyebab: faktor genetik, kromosom yang abnormal (jumlahnya 47), usia kehamilan ibu <18 tahun dan >38 tahun, kerusakan salah satu gen dan terkena infeksi atau zat beracun. Cara belajar: dengan membantu anak retradasi mental untuk berlatih menentukan pilihan personal dan determinasi diri dan memperhatikan rasa penghargaan diri anak
d.      Communication disorders (speech or leanguage disorders); Gangguan bicara dan bahasa seperti gangguan artikulasi, gangguan suara, gangguan kefasihan, gangguan bahasa. Cara belajar: dengan membantu memberikan pilihan kata-kata dan memberikan anak waktu untuk merespon.
e.       Physical and health disabilities (ketidakmampuan fisik dan kesehatan). Gangguan ini bisa berupa Gangguan cerebral palsy, yang merupakan bentuk kelainan fisik bukan karena penyakit tapi karena malfungsi otak yang bersifat statis sehingga terjadi kelumpuhan / kelainan gerak, Gangguan kejang-kejang, yaitu gangguan saraf yang terjadi terhadap sensori motorik. Contoh yang umum adalah epilepsi; dan juga Gangguan ortopedik, yaitu keterbatasan gerak/kurang mampu mengontrol gerak.
f.       Emotional and behavior disorders (gangguan psikis dan perilaku); terbagi dari dua jenis yaitu (a) agresif dimana anak sering menganggu, agresif dan membangkang dan (b) depresi, kecemasan dan ketakutan
g.      Learning disabilities (ketidakmampuan untuk belajar); yaitu suatu keadaan yang membuat individu yang bersangkutan sulit untuk melakukan kegiatan belajar secara efektif. Ciri-ciri anak yang yang mengalami gangguan belajar, yaitu: Kecerdasan normal bahkan diatas rata-rata, hanya kesulitan pada mata pelajaran tertentu saja (biasanya matematika dan bahasa), bukan merupakan anak retradasi mental.
Penyebab: kelainan fungsi atau disfungsi minimal yang terjadi pada otak (cerembrum, cerembelum, dan brain stem)
Strategi belajar: Dengan menjelaskan tujuan belajar menggunakan contoh-contoh yang konkret, Mengakomodasi untuk pengkajian dan penugasan, Membuat modifikasi dalam pemberian pelajaran, Meningkatkan keterampilan organisasi dan belajar, Mengajarkan keterampilan membaca dan menulis
h.      Autis yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh kelainan dalam perkembangan sosial, komunikasi, perilaku yang kaku dan pengulangan perilaku. Berasal dari kata auto (sendiri). Autisme terdiri dari dua macam, yaitu  Autis eksesif (berkelebihan) dimana kondisi anak sering menjerit, menyepak, menggigit, mencakar, dan memukul dan Autis defisit (kekurangan) dimana kondisi anak mengalami gangguan bicara, menangis, melamun dan tertawa tanpa sebab.
Penyebab: Banyak faktor yang masih diperbincangkan para ahli mengenai penyebab autisme, tapi diantaranya adalah faktor keturunan, adanya infeksi jamur dan kurangnya nutrisi serta oksigenasi dan terkena polusi udaram air dan makanan.
i.        ADHD (Attention Deficit Hyperactifity Disorder); bentuk ketidakmampuan anak yang ditandai oleh salah satu atau ketiga ciri berikut: kurang perhatian, hiperaktif, dan impulsif.
j.        Severely and multiply handicapped. Anak yang memiliki gangguan berganda atau lebih dari satu satu. Misalnya dia adalah anak autis sekaligus hiperaktif.
k.      Gifted and talented (anak berbakat khusus) Anak-anak berbakat memiliki intelegensi di atas rata-rata (biasanya didevenisikan memiiki IQ 130 atau lebih tinggi) dan/atau bakat yang unggul dalam beberapa bidang, seperti seni, musik, atau matematika. Biasanya ada tiga karakteristik anak berbakat ini yakni perkembangan yang cepat, mengikuti kemauan mereka sendiri, dan selalu ada hasrat ntuk menguasai bidang bakatnya.

B.  ISU DALAM DISKUSI
Ada enam (6) isu yang diperdebatkan dalam pembahasan topik “Student WSN” ini, yakni:
·         Hanifah: Bagaimana cara mempertahankan agar anak berbakat tetap berkembang sampai dewasa? Sehingga tidak hanya pada saat kecil saja menonjol dan berbakat?

            Anak yang berbakat harus mendapatkan perhatian khusus sejak kecil. Terutama dari pihak orang tua dan guru yang mengetahui mengenai bakat tersebut, lalu diarahkan dan berusaha untuk dikembangkan. Misalnya anak yang jenius (mempunyai IQ diatas 140) lalu sejak kecil diarahkan dan diberikan pendidikan yang khusus (contoh kelas akselarasi) sehingga anak tersebut dikelompokkan dan berkembang di lingkungan yang mempunyai kemampuan yang sama. Kemungkinan besar anak tersebut akan termotivasi, karena materi pelajaran yang diberikan lebih menantang dan sesuai dengan intelegensinya yang diatas rata-rata. Lain halnya seandainya anak yang jenius tersebut dimasukkan ke dalam kelas biasa, dengan kemampuan rata-rata normal. Anak cenderung menjadi bosan, karena sudah mengerti dengan materi dan merasa kurang tertantang sehingga bakat tersebut yang tidak diarahkan dengan baik lama-lama bisa menghilang. Jadi untuk mempertahankan bakat sehingga anak tersebut dari kecil sampai dewasa terus berkembang diperlukan adanya pengarahan dan dukungan penuh
·         Evi: Bagaimana terapi yang bisa diberikan bagi anak yang memiliki IQ tinggi namun prestasi belajar di sekolahnya menurun?

            Anak yang berbakat seperti itu termasuk ke dalam kategori underarchiever gifted, dimana individu gifted yang mencapai hasil belajar di bawah potensi intelegensi yang dimilikinya. Menurut hasil penelitian, hal tersebut disebabkan rasa rendah diri anak yang terlalu besar, kurangnya percaya diri, kurang ulet dan gigih, kurang mengarahkan kegiatan dan aktivitas pada sasaran yang dituju.
            Cara untuk meningkatkan prestasi belajarnya adalah dengan menggali informasi dahulu mengenai anak tersebut. Misalnya untuk anak gifted namun kurang ulet dan gigih sehingga hasil belajarnya kurang optimal, maka peran guru dan orang tua untuk meningkatkan konsentrasi anak tersebut sehingga lebih fokus pada saat menghadapi ujian dan mengerjakan soal

·         Sulastri: Apakah kleptomania termasuk ke dalam anak berkebutuhan khusus? Bagaimana cara menghadapi anak yang kleptomania?

                        Kleptomania merupakan salah satu gangguan kejiwaan, yang membuat penderitanya tidak bisa menahan diri untuk mencuri. Motif dari klepto ini bukan karena kebutuhan dan ketidakmampuan, tapi keinginan untuk memiliki barang yang dimiliki oleh orang lain.
            Cara menghadapi kleptomania adalah dengan memberitahukan bahwa tindakannya itu salah dan merugikan orang lain. Menggunakan metode pendekatan interpesonal kepada orang tersebut bahwa yang dilakukannya adalah salah dan memberikan efek empati. Seorang kleptomania diposisikan bisa berempati apabila kejadiannya menimpa dirinya. Dengan pendekatan secara interpersonal tersebut diharapkan pelan-pelan bisa menyadari bahwa tindakannya tidak baik, bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk orang lain.
·         Rina: Bagaimana cara menghadapi anak yang setiap hari dikelas selalu tidur pada setiap mata pelajaran namun prestasi belajar dikelas bagus?

            Ada banyak faktor yang menyebabkan anak menyukai tidur dikelas. Diantaranya anak tersebut bisa jadi anak yang pintar, karena ia merasa sudah mampu dan paham terlebih dahulu dari teman-temannya lalu dia memilih untuk tidur. Kemungkinan lainnya anak tersebut termasuk anak yang autis, sehingga mempunyai dunia sendiri dan memilih untuk melakukan apapun yang ia sukai.
            Sebagai seorang guru, untuk menghadapi anak tersebut cara yang paling tepat adalah mengidentifikasi dulu apa persoalannya sehingga ia tidak pernah memperhatikan pelajaran dan memilih untuk tidur. Setelah mengetahui masalahnya, lalu melakukan pendekatan interpersonal dengan anak bahwa mendengarkan penjelasan guru anak tersebut bisa mmeperoleh nilai yang lebih baik. Namun apabila anak tersebut termasuk gifted dengan intelegensi diatas normal, sebaiknya dimasukkan ke dalam kelas akselarasi sehingga anak tersbut lebih termotivasi dan tertantang untuk belajar.

·         Wirsal: Pada masa sekolah, Krisdayanti dan Susi Susanti tidak terlalu pintar dan memiliki IQ yang normal, namun Krisdayanti menyukai dan bagus dalam tarik suara. Susi Susanti bagus dalam bermain badminton. Apa mereka bisa dikategorikan anak yang berbakat? Bagaimana guru khusus menangani hal-hal tersebut?

            Anak yang dikategorikan ke dalam gifted, bukan hanya anak yang memiliki kecerdasan intelegensi diatas 140, tapi juga termasuk anak yang dari kecil sudah memiliki bakat dalam bidang seni dan olahraga. Ciri-ciri IQ diatas 140 ditemukan pada anak yang berbakat dalam bidang intelegensi (kemampuan kognitif), sementara untuk anak berbakat dalam bidang seni dan olahraga bisa diukur dari kemampuannya yang cerdas dalam bidang tersebut padahal belum dilatih terlalu intens. Jika mengacu pada teori intelegensi majemuk menurut Gardner, Susi Susanti termasuk ke dalam intelegensi kinestetis-ragawi dan Krisdayanti termasuk ke dalam intelegensi musik.
            Sebagai seorang guru, untuk menghadapi anak berbakat adalah menyalurkan bakat mereka. Mengarahkan agar bakat tersebut terus bisa berkembang sampai dewasa dan yang terpenting tetap memperhatikan kognitif mereka agar tetap berada pada keadaan normal.

·         Puryati: apakah kesusilaan/watak itu bisa dibentuk?  Bagaimana mengenal dan mengidentifikasi anak yang memiliki kesulitan belajar di kelas sedangkan anak tersebut diam saja dikelas yang beragam?
            Watak atau karakter seorang anak dapat dibentuk oleh orang tua, guru dan lingkungannya. Usia produktif untuk membentuk pribadi anak adalah pada usia 0 – 5 tahun, dimana anak tersebut akan terbentuk menjadi pribadi yang mencontohkan orang-orang disekitarnya. Pada usia tersebut anak ibarat kertas putih yang bisa ditulis dan dibentuk oleh orang-orang terdekat dengannya. Namun, seiring berjalannya waktu orang tua hanya mempunyai sedikit andil untuk membentuk karakter anak, karena anak tersebut telah terpengaruh dari berbagai macam hal (lingkungan). Untuk orang dewasa, karakter memang sulit diubah, ibarat melukis diatas air tapi semuanya masih mungkin bisa berubah selama orang tersebut mempunyai komitmen ke arah yang lebih baik. Proses perubahan karakter merupakan proses panjang, sehingga diperlukan long-life learned.
            Untuk mengidentifikasi seorang yang mengalami kesulitan belajar adalah dengan melihat nilai hasil belajar anak tersebut. Apabila nilainya selalu dibawah rata-rata pada suatu pelajaran tertentu, maka anak tersebut mengalami kesulitan belajar pada suatu bidang pelajaran. Strategi yang dilakukan untuk anak yang mengalami kemampuan belajar adalah: Perhatikan kebutuhan anak penderita gangguan belajar saat memberi pelajaran; Menyediakan akomodasi untuk kajian dan penugasan; Membuat modifikasi; Membuat tingkatan keterampilan organisasi dan belajar;   Menggunakan strategi tesebut bukan berarti melebihkan anak penderita gangguan belajar, namun strategi tersebut dimaksudkan untuk menyeimbangkan kebutuhan antara anak yang mempunyai masalah belajar dengan yang normal.



C.  REFLEKSI
       Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang perlu diperhatikan secara khusus dalam mendapatkan pelayanan pendidikan. Mereka tentunya mesti dipandang sama dengan anak seusianya, walaupun dalam beberapa aspek perkembangan mereka mengalami kendala/gangguan, entah gangguan yang bersifat tetap maupun gangguan yang mungkin hanya bersifat sementara.
       Hemat saya peran pendidikan inklusif sangat penting dilaksanakan di seluruh daerah di Indonesia. Tanpa pendidikan khusus ini (inklusif), para pendidik akan mengalami kesulitan yang sangat besar untuk mendampingi anak-anak yang berkebutuhan khusus yang mengenyam pendidikan di kelas reguler bersama siswa lain yang berkembang normal dan cepat. Memang kadang hal ini akan membawa bias bahwa terkesan semacam adanya pemisahan dalam cara mendidik dan memberikan pengetahuan kepada siswa. Akan tetapi hal ini mutlak perlu untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
       Saya pribadi sangat mendukung kalau anak berkebutuhan khusus mengenyam pendidikan khusus pula. Kalau mereka dimasukkan ke dalam kelas reguler mungkin akan mengalami masalah dan mereka pun akan semakin tertinggal bila dibandingkan dengan siswa lainnya. Bisa saja anak berkebutuhan khusus mengenyam pendidikan di kelas reguler bersama teman-teman yang lainnya yang berkembang normal, tetapi itu diandaikan pihak sekolah juga menyiapkan waktu khusus untuk pendampingan khusus buat mereka di luar jam pelajaran reguler. Itu pun mesti terlaksana dalam kategori yang jelas oleh guru yang berkompeten dalam bidang pendampingan anak-anak berkebutuhan khusus. Misalnya kelas anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran ditempatkan dalam satu kelas khusus dan diberi pelajaran tambahan oleh guru khusus yang berkompeten mendampingi siswa dengan gangguan pendengaran. Demikianpun untuk kelompok anak yang mengalami gangguan-gangguan lainnya.


Nama              : Alfonsus Sam
No.induk        : 7816110450

Resume Materi (Individual Diferences)


RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

HARI, TANGGAL    :  Kamis, 2 Pebruari 2012                    JAM:  13.00-15.00
TOPIK                                    :  Individual Differences                     RUANG: 109


A.  SUMMARY MATERI
       Perbedaan Individu merupakan cara di mana orang berbeda satu sama lain secara konsisten dan tetap. Tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap individu walaupun tampak sama secara kasat mata, tetapi tetap memiliki banyak perbedaan. Perbedaan ini nyata dalam aspek fisik-biologis-motoris, sosio-emosional, kognitif, dan sosio-kultural-ekonomis.
       Perbedaan dalam aspek fisik-biologis-motorik, umumnya dapat dilihat secara kasat mata (langsung) atau juga menggunakan alat ukur fisik, seperti perbedaan tinggi dan berat badan, perbedaan jenis kelamin, perbedaan porsi perkembangan individu. Pembedaan individu yang paling mudah untuk diidentifikasi ialah perbedaan individu dalam aspek ini. Melalui pengamatan saja seorang guru bisa mengetahui perbedaan individu siswa dalam aspek ini.
       Perbedaan individu dalam aspek kognitif dan sosio-emosional dapat diukur dengan membandingkan usia mental dan usia kronologisnya. Bila usia mental lebih besar dari usia kronologis, maka kecerdasan individu tersebut akan melebihi 100. Demikianpun bila tingkat usia mental lebih rendah dari usia kronologis, maka tingkat kecerdasan individu tersebut kurang dari 100. Perbedaan kognitif dapat berupa perbedaan tingkatan IQ siswa, gaya belajar dan gaya berpikir siswa. Sedangkan perbedaan soio-emosional tampak dalam bentuk perbedaan kematangan emosional masing-masing siswa. Tentu perbedaan ini tidak hanya dapat diukur secara kasat mata, tetapi butuh penelitian yang mendalam dan menyeluruh terhadap aspek perkembangan inteligensi dan emosionalitas siswa.
       Perbedaan individu dalam aspek sosio-ekonomis-kultural dapat dilihat dalam perbedaan pendapatan orang tua siswa, lingkungan sosial kemasyarakatan dan juga perbedaan gender dalam masyarakat sosial. Untuk mengetahui perbedaan ini, guru bisa melakukan pendekatan dengan orang tua siswa dan juga melakukan pengamatan lapangan berkaitan dengan keadaan sosial masyarakat.
       Mengetahui perbedaan individu sebetulnya merupakan suatu hal penting yang harus diketahui oleh guru. Hal ini erat kaitannya dengan strategi dan perencanaan pengajaran yang dapat dilakukan oleh guru ketika dia berada dan mengajar di kelas yang beragam. Paling tidak ada beberapa hal berikut yang merupakan tujuan utama mempelajari keragaman individu yakni mengakui perbedaan-perbedaan, menghargai perbedaan-perbedaan, memperlakukan setiap individu secara adil, dan membangun kehidupan yang harmonis dalam perbedaan.
       Hal yang tak kala penting juga dari mempelajari keragaman individu ialah agar guru mudah mengaplikasikannya dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa aplikasi dalam pembelajaran dari topik perbedaan individu ialah pemberlakuan pendidikan multikultural, penerapan strategi pembelajaran kooperatif, penerapan strategi pendidikan individual, dan penerapan pendidikan inklusif.

B.  ISU DALAM DISKUSI
Ada tiga isu utama yang sempat diperdebatkan dalam pembahasan topik “individual Differences” ini, yakni:
·         Upaya pihak sekolah berkaitan dengan pendidikan multikultural (Pertanyaan dari Siti Hanifah)
1        Bagaimana upaya sekolah untuk mengedepankan pendidikan multikultural?
2        Bagaimana persoalan bahasa dalam pembelajaran?

             Pendidikan multikultural mutlak perlu diterapkan di sekolah. Sekolah dalam segala keterbatasannya, mungkin karena belum siap menerapkan pendidikan multikultural, tidak boleh menyerah, tetapi tetap berusaha untuk menerapkannya.
usaha-usaha yang dilakukan oleh sekolah dalam hal ini ialah mendalami dan mempraksiskan ke-lima dimensi pendidikan multikultural, yakni integritas isi, konstruksi pengetahuan, pengurangan prasangka, mengedepankan pedagogi keadilan, dan memberdayakan lingkungan sekolah.
             Berkaitan dengan soal bahasa, seperti yang diketahui dalam pendidikan dwibahasa, diharapkan agar di sekolah dapat diterapkan pendidikan dwibahasa berpasangan. Dalam satu kelas, seorang guru dapat menuntun anak untuk dapat menggunakan bahasa ibu dan juga bahasa resmi dalam pendidikan. sangat diharapkan agar dengan menerapkan pendidikan dwibahasa, sekolah dan budaya semakin bertalian erat dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Sekolah dapat dilihat sebagai tempat untuk mewariskan nilai-nilai luhur budaya dan budaya dapat berkembang dalam lingkungan sekolah dan menjadikan sekolah sebagai lingkungan berbudaya.

·         Tuntutan dunia kerja: antara IQ dan EI (Pertanyaan dari Zulkifli)
Tuntutan dunia kerja dan juga dunia pendidikan sekarang ini, dalam menerap tenaga kerja atau juga peserta didik dan mahasiswa lebih terfokus pada tes IQ. Apakah hal ini berarti mengesampingkan peran EI yang mestinya sangat berpengaruh dalam diri seseorang?
             Patut diakui bahwa kadang, dunia kerja dan dunia pendidikan lebih mengedepankan nilai IQ individu. Memang ada banyak usaha yang dilakukan untuk membuat seimbang antara emosi dan inteletual individu. Mungkin saja kita bisa lihat dalam tes (psiko-test), bahwa yang ditanya dalam soal-soal tersebut bukan hanya hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan intelektual, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan emosional. Boleh jadi, soal yang ada telah dirakit dan direvisi secara terus menerus sehingga item-item soal mungkin bisa mengukur kemampuan individu dalam berbagai keahlian (multiple inteligence dan emotional inteligence)
             Memang konteks kemampuan yang dibutuhkan sekarang adalah individu yang memiliki kecerdasan emosional yang memadai dan itu tidak menjamin bahwa dia memiliki kemampuan IQ yang tinggi. Banyak pengalaman menunjukkan hal ini. bahwa orang yang tinggi IQ-nya belum tentu mudah beradaptasi dalam pekerjaan dan berhasil dalam kerjanya. Sebaliknya orang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, walau memiliki rata-rata IQ rendah, selalu berhasil dalam berkarya. Hal seperti ini sesungguhnya merupakan suatu peluang sekaligus tantangan dalam dunia kerja dan pendidikan kita. kita harus berusaha agar dunia kerja dan pendidikan di Indonesia tidak pincang dalam hal mempertimbangkan kemampuan individu. Dalam arti bahwa tidak boleh terlalu menekankan pemahaman tentang kemampuan pada sisi intelek (kognitif) saja tetapi juga harus perlu mempertimbangkan kemampuan emosional dan juga pengalaman dari setiap individu.

·         Mengidentifikasi Kemampuan yang menonjol pada Individu dalam Multiple inteligences (Pertanyaan dari Puryati)
Dalam teori Multiple inteligence, dikenal delapan sisi kemampuan manusia. Bagaimana hal ini dapat diidentifikasi?
                        Multiple inteligences dapat diukur seperti mengetahui IQ individu yang mana, kita mengukur usia mental individu lalu membuat perbandingan dengan usia kronologis. Hanya saja item-item soal untuk mengukur usia mental tersebut merangkum dan mengukur semua kemampuan yang beragam itu. Dalam arti bahwa soal-soal yang ada mesti mengukur kemampuan verbal, kemamuan kinestetik, musikal, matematika, interpersonal, intrapersonal, spasial, dan naturalis.
                        Boleh juga kita mengukur kemampuan masing-masing siswa dalam masing-masing kemampuan, agar kita bisa mengetahui kemampuan spesifik dari setiap siswa. Hal ini sangat penting untuk tes penempatan atau tes dalam memilih program/kelas pendidikan.

C.  REFLEKSI
       Pembahasan dan pendalaman tentang perbedaan individu sangat penting untuk dikuasai dan dipahami oleh guru dan calon tenaga pendidik. Hal ini akan bermanfaat bagi guru dalam menyusun strategi dan perencanaan pembelajaran dalam kelas yang terdiri dari siswa yang beranekaragam. Guru juga tidak akan mengalami kesulitan kalau dia telah mendalami keragaman individu siswanya. Dalam arti mudah bagi guru untuk menemukan strategi yang cocok bagi kegiatan pembelajaran yang dapat merangkum semua siswa dalam keragaman.
       Aplikasi dalam pendidikan sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian resume materi, merupakan hal utama yang harus dilakukan sekolah dalam iklim kemendesakan. Sekolah tidak boleh kehilangan cara dalam mendampingi siswa yang beragam. Sebaliknya sekolah harus terus berusaha untuk bisa mendampingi siswa yang beragam itu.
       Saya pikir, tujuan dan aplikasi mengenai pembahasan individual differences sebagaimana yang telah diutarakan dalam resume materi di atas merupakan hal penting yang harus dipahami guru (pendidik) dan calon tenaga pendidik. Hal ini sangat membantu guru agar lebih profesional dalam melaksanakan profesi mulianya. Guru dan calon guru yang tidak memahami hal ini akan melaksanakan tugasnya dengan pincang. Dikatakan demikian karena kemungkinan besar guru akan berhadapan dengan aneka dikotomi dalam berhadapan dengan siswa/i-nya. Masing-masing siswa memiliki keinginannya yang jelas berbeda dengan siswa yang lainnya. Bagi guru yang sudah mempelajari keberagaman individu tentu akan kurang mengalami kesulitan dalam merangkum dan mendidik semua siswa yang beragam itu. Akan tetapi akan menjadi persoalan bagi guru yang tidak memiliki pemahaman tentang individual differences. Mungkin ia (guru) akan memaksa anak dengan aneka cara dan bahkan menggunakan kekerasan fisik agar anak dapat berkembang sesuai dengan keinginan sang guru. Tentu hal ini sangat tidak diinginkan terjadi dalam lingkup pendidikan.

Nama              : Alfonsus Sam
No.induk        : 7816110450