Aku mennelusuri siangnya malam itu
kulihat dia indah nian
tersenyum ramah menyapa dunia
siapakah yang akan menemaninya malam ini
coba aku bertanya tak juga pada dia
aku bertanya pada adaku
siapakah aku sampai aku bertemu dia
dia yang begitu mempesona
kuperhatikan terus dia yang teta tersenyum
meraih kretek filter dan menghisapnya
kuperhatikan dengan sebuah tatap penuh tanya
adakah itu membuatnya nikmat??
aku hanya terus bertanya
pada raga adaku sendiri
adaku tetap memberi tanya pada diriku
siapakah engkau??
dia mendekat
tersenyum dia menatap penuh seluruh
aku pun tersenyum
tiada kata terkata, sulit aku merangkai kalimat
dia memulai percakapan itu
tiada jawab langsung terlontar dari mulutku
hanya senyum kaku syarat tanya yang bisa aku tunjukkan
dia bertanya, aku pun bertanya kepada diriku sendiri
???????????????
????????
???
?
satu tanya dalam seribu keinginan
aku pun terus bergelut dalam kesendirianku
walau dia tetap berada di sampingku
tak kurang senyum manis di bibirnya
menghiasi kebingunganku dalam seribu tanya
akh.. dia
sampai kapan dia ada dan terus berada
menggoda ada yang tercipta buat aku dan dunia
walau dunia tidak mencari
dia tetap dicari
dia
demi dunia dan dia
demi aku dan dunia
yang tak pernah tahu siapa dia, dunia, dan aku
tetap berada di jalan itu
tiada orang tahu dia tetap tersenyum
dia tetap setia menemani aku dan dunia
yang bertanya pada dunia dan ada sendiri
memberi warna indah dan nikmat pada dunia
di akhir pertemuan itu
aku terhanyut dalam nasibnya
dia ada untuk aku tersenyum
walau senyum itu bukan miliknya
dia tersenyum dalam kedukaan mendalam
dia manis dalam kepahitan hidupnya
dia nikmat dalam aneka derita hidupnya sendiri
dia ada dalam keberadaan yang tiada rapuh
aku terdiam di akhir cerita
mengenang dia yang senantiasa setia
menebar senyum kehancuran
menampil wajah manis penuh sakit
akh siapakah yang mampu membawa dia
terbang menuju lautan ada nan indah
berjalan dalam kebenaran tiada sangkal
biar senyumnya suci tiada duka
lembut perawakannya tiada kemunafikan harta
tetap padamu adaku
aku alamatkan seribu satu tanya
pada raga tak kuasa
membawa aku, dia dan dunia
pada ada yang tercipta.. (AS, Jakarta 051211)
Rabu, 31 Oktober 2012
Sabtu, 08 September 2012
BERSAMA DALAM SEGALANYA: BUDAYA YANG MEMPERSATUKAN (Catatan Reflektif tentang Filosofi Hidup dan Lambang Budaya Masyarakat Kampung Naga)
A. Catatan Pembuka
Tertegun seolah tak percaya, melihat
situasi kehidupan Masyarakat Kampung Naga yang menganut pola tradisional di
tengah modernisasi zaman. Itulah secuil kesan pertama apabila seseorang
dihadapkan dengan situasi hidup dan keberadaan masyarakat di Kampung Naga.
Perkembangan teknologi dan kemajuan yang serba modern dan syarat dengan
permisifitas global rupanya tidak mempan berhadapan dengan corak hidup, pola
pikir, dan folosofi hidup orang Kampung Naga.
Perkampungan
tradisional yang Secara administratif kepemerintahan berada di Desa Neglasari
Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya ini merupakan perkampungan adat yang
masih tetap memegang teguh adat
istiadat leluhur, meskipun berada di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang
modern, dalam kehidupannya mereka masih tetap menjalankan kehidupan tempo
dulu. Masyarakatnya hidup dalam kesahajaan dan kebersamaan penuh dalam segala
bidang kehidupan.
Studi kualitatif sehari yang
dilaksanakan di Kampung Naga menjadikan saya mengamini ketegunan saya terhadap
realita tradisionalisme yang dianut penuh di tengah modernitas zaman. Pola
perkampungan, pola hidup, dan kepatuhan pada tradisi membuat kampung ini menjadi
kampung yang unik bila dibandingkan dengan perkampungan lainnya. Semuanya itu
membawa saya kepada permenungan yang mendalam tentang pentingnya kembali kepada
budaya asli. Membangun kebersamaan dalam segala lingkup kehidupan dengan
memaknai simbol-simbol budaya dan warisan tradisi nenek moyang.
Dalam refleksi sederhana ini, saya
mencoba mengulas indahnya kebersamaan dalam kehidupan masyarakat kampung Naga.
Khusunya dalam kepatuhan mereka terhadap pemimpin dan kesahajaan hidup bersama
yang berpatok pada tradisi dan filosofi hidup warisan nenek moyang kampung
Naga.
B. Filosofi Hidup Masyarakat Kampung
Naga
Setiap masyarakat tentu memiliki
filosofi hidup yang khas. Bahkan itu menjadi penanda yang membuat mereka
berbeda dengan masyarakat yang lainnya. Tentang hal ini, masyarakat kampung
Naga pun memiliki filosofi hidup yang khas dan terus terlestarikan.
Ketika tatap muka dengan pak Kuncen,
pemimpin di Kampung Naga, saya terkesan dengan ungkapan yang beliau selalu
katakan sebagai dasar dari suatu pentingnya menjaga kelestarian budaya yakni “rusak budayanya, rusak bangsanya”.
Secara pribadi, saya berpikir bahwa ungkapan ini sangat filosofis, dalam arti
memiliki makna yang dalam bagi corak pikir, corak hidup dan pola laku suatu
masyarakat. Budaya sebagai suatu pedoman, panduan hidup, tuntunan hidup,
demikian kata Kuncen harus terus menerus diwariskan dan dijaga kelestarian. Ini
secara praksis nyata dalam pewarisan tradisi yang selalu lestari dari satu
turunan ke turunan yang lain. Tradisi tersebut berkenaan dengan tradisi lisan,
karena tidak satu pun tradisi tertulis yang diwariskan dari nenek moyang
kampung Naga.
Tradisi-tradisi itu seperti
acara-acara adat, ibadat, pedoman pembuatan rumah dan tata letak kampung,
penghormatan terhadap tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat dan
penghormatan terhadap para leluhur, budaya pemali. Semuanya tidak tertulis
dalam semacam buku pusaka atau dokumen tertulis, tetapi masyarakat tetap
menjaga kelestariannya. Semuanya diwariskan secara utuh dari angkatan yang satu
ke angkatan selanjutnya. Semuanya tidak dibiarkan rusak oleh praktik hidup
modern dan pengaruh globalisasi. Sungguh masyarakat adat kampung naga tidak mau
buadayanya hancur, karena kehancuran budaya juga berarti kehancuran hidup suatu
bangsa. Itulah sebabnya, mereka tetap melestarikan corak hidup mereka yang
sangat tradisional, tanpa merasa diri sebagai orang tradisonal yang kolot.
Setiap orang pasti akan kaget,
karena ketika ditanya soal sejarah terbentuknya kampung Naga, tidak ada satu
pun anggota masyarakat kampung naga yang akan menceritakannya. Mereka hanya
katakan saja bahwa itu adalah pemali untuk dikisahkan. Mereka hanya mengatakan
bahwa Kampung Naga, saat pertama dibangun bersama oleh nenek moyang mereka yang
dipimpin oleh Sembah Eyang Singaparna. Eyang Singaparna mewujudkan petunjuk
yang ada dalam mimpinya untuk membangun perkampungan seperti yang ada sekarang
ini. Tentang sejarah rinci bagaimana kampung itu dibangun, siapa-siapa yang
membangun, tahun berapa itu dibangun, dan untuk apa kampung itu dibangun, tidak
diketahui secara pasti dan lagi-lagi, itu pemali bagi mereka untuk dikisahkan.
Sungguh suatu bentuk kearifan lokal yang dijaga kelestariannya. Bagi mereka
tidak penting untuk orang mengetahui secara rinci tentang sejarah, tetapi yang
paling penting adalah bahwa mereka mewujudkan sejarah dalam hidup harian dengan
berpatokkan pada tradisi warisan nenek moyang.
Pada kesempatan lain, saya tertegun
merenungkan ucapan Punduh Kampung, Ki Ma’un yang menggambarkan tentang kepatuhan
dan kebersamaan dalam kehidupan masyarakat di Kampung Naga. Beliau mengatakan
bahwa ada prinsip hidup yang mewarnai kehidupan masyarakat Kampung Naga untuk
selalu bersama dalam segalanya. Prinsip itu ialah: Lakukan kalau diperintah, Berikan kalau diminta!
Prinsip hidup bernada perintah ini
rupanya menjadi semacam imperatif filosofis bagi masyarakat kampung Naga. Hidup
dalam kebersamaan, saling patuh dan saling berbagi. Menikmati secara bersama
hasil jerih lelah bersama. Hal ini menjadikan masyarakat kampung naga selalu
menganut pola hidup sederhana dalam kebersamaan. Mungkin lebih tepat boleh
dikatakan bahwa yang memiliki banyak tidak berkelimpahan, dan yang memiliki
sedikit, tidak berkekurangan. Seseorang memberi bukan karena berkelimpahan, dan
yang lain menerima bukan karena berkekurangan.
Sistem organisasi kampung yang
sangat absolut mengedepankan prinsip ini. Kekuasaan seorang pak Kuncen ialah
kekuasaan penuh, walaupun dalam pelaksanaanya beliau selalu berkonsultasi
dengan punduh adat dan punduh dusun yang berperan sebagai penasihat. Pak Kuncen
merupakan pemimpin tertinggi yang berkuasa untuk memutuskan segala persoalan
hidup dan segala sesuatu yang terjadi di Kampung Naga.
Meskipun memiliki pemimpin dalam
kampung, masyarakat kampung Naga tidak serta merta menolak aturan
kepemerintahan. Mereka sangat patuh terhadap pemimpin pemerintahan, sejauh itu
tidak bertentangan dengan tradisi dan aturan adat warisan nenek moyang di
Kampung Naga. Dari cerita pak Kuncen, punduh, dan masyarakat, diketahui bahwa
telah banyak usaha dari pemerintah agar fasilitas di Kampung Naga seperti
listrik, jalan raya, dan sarana modern lainnya dibangun dengan nuansa modern,
namun masyarakat menolaknya. Mereka lebih memilih hidup sederhana seperti nenek
moyang mereka dahulu kala. Menurut mereka, masyarakat kampung Naga bukanlah
objek yang harus diperhatikan secara khusus oleh pemerintah. Mereka masih sama
seperti masyarakat lainnya.
Situasi hidup dan keberadaan masyarakat
Kampung Naga yang sederhana dan tradisional ini tidaklah menjadikan pola pikir
mereka selalu terbelakang. Mereka juga memiliki corak pikir yang sangat modern
seperti masyarakat di kampung lainnya. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan
perekonomian masyarakat. Bercocok tanam, walaupun masih menggunakan sarana
tradisional, seperti sekop, cangkul, tanpa traktor, mesin rontok padi,dan
lain-lain, tetapi mereka memiliki corak bertani yang amat modern. Demikianpun
dalam usaha perikanan air tawar, walaupun sederhana, tetapi hasilnya cukup
memuaskan. Selain itu juga ada kerajinan rakyat, berupa tas, sandal, kalung,
gelang, dan lain-lain merupakan hasil karya sendiri yang sudah sangat modern
bentuknya, walaupun dikerjakan dengan cara yang tradisional, tanpa bantuan
mesin/alat modern.
Untuk mempertahankan perekonomian
bersama, kampung Naga juga memiliki koperasi. Koperasi itu ialah koperasi
bersama yang hasilnya dinikmati semua orang dalam kampung Naga.
C. Kampung Naga, Simbol penuh Makna
demi Kebersamaan yang Lestari
Seperti yang diketahui bahwa sejarah
kampung Naga secara rinci tidaklah menjadi perhatian utama masyarakat kampung
Naga. Bagi mereka menceritakan sejarah itu adalah pemali, yang lebih penting
ialah memaknai sejarah dalam praksis hidup.
Bagi orang yang berasal dari luar
kampung Naga, tidak akan dikisahkan tentang sejarah terbentuknya kampung Naga
dan bagaimana perkembangannya dari era ke era. Untuk itu, sangat menarik bila
orang yang berasal dari luar kampung Naga mempelajari dan memaknai
simbol-simbol budaya yang ada dalam kampung Naga. Saya secara pribadi sangat
tertarik dengan hal ini. Menurut saya, Kampung Naga itu kaya simbol, dan bahkan
Kampung Naga itu sendiri adalah sebuah Simbol budaya yang kaya makna. Hal ini
dapat jelas terlihat dari model tata ruang wilayahnya, bentuk bangunan
rumahnya, dan bahan bangunan rumahnya yang semuanya sama, original, dan tertata
rapi dalam kesederhanaan. Rumah yang berbentuk panggung sangat dekat dengan
kosmologi ruang kehidupan manusia, bawah-tengah-atas yang mengisahkan tentang
buruk-netral-baik. Hal ini juga sama dengan tata letak kampung.
Timur-Tengah-Barat. Bagian timur dihuni oleh para dedemit dan roh jahat yang
mengganggu manusia, Bagian tengah adalah perkampungan dan bagian barat ialah
tempat keramat, Bumi Ageung, hutan lindung, dan makam Sembah Eyang Singaparna.
Tentang tata letak ini, Semuanya terlihat terarah kepada pusat perampungan
yakni Masjid dan Bumi Ageung. Ini menunjukkan bahwa masyarakat kampung Naga
selalu memusatkan hidupnya pada kuasa yang ilahi dan para leluhur mereka. Agama
dan budaya berjalan bersama dan diterapkan secara seimbang dalam kehidupan
mereka. Letak masjid yang berdampingan dengan Bumi Ageung menunjukkan bahwa ada
keterkaitan yang erat antara budaya, tradisi dengan agama dan kepercayaan
masyarakat kepada yang transendens. Sungguh kosmologi masyarakat Kampung Naga
merupakan suatu kosmologi teologis yang komprehensif, dalam arti bahwa kosmos
merupakan satu kesatuan ruang bagi Tuhan, leluhur, manusia, dan alam yang tidak
bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Bila manusia tidak bersahabat dengan
lingkungan hidup (alam) itu sama artinya manusia memutuskan rantai persatuannya
dengan Yang Transendens (Tuhan) dan leluhur. Oleh karena itu, masyarakat
kampung Naga sangat menghormati alam. Pengrusakkan terhadap alam akan
menimbulkan malapetaka bagi manusia, dan itu harus dibuat acara adat untuk
mengembalikkan hubungan itu agar tidak terjadi bencana alam.
Selain tata letak yang menegaskan
kosmologi masyarakat kampung Naga, bentuk rumah yang diwakili oleh Bumi Ageung
merupakan suatu simbol budaya yang syarat makna. Bentuk segi empat, rumah
berpintu satu, searah, bahan dasar yang diambil dari alam, tanpa balutan
teknologi modern, atap yang berbentuk segitiga, bentuk rumah panggung, adanya
penanda mata angin yang ditaruh di depan pintu, merupakan lambang-lambang yang
penuh makna. Sebagai suatu tempat sakral, bumi ageung tidak boleh dimasuki oleh
orang lain, selain pak Kuncen, Punduh, dan seorang pemasak yang dipilih Kuncen
untuk memasak baginya saat acara adat. Ini menunjukkan penghormatan mereka
kepada Eyang Singaparna, leluhur mereka yang diyakini raib dari bumi namun
tetap hidup bersama keturunannya sampai kapanpun. Mereka merasa tidak layak
menginjakkan kakinya di rumah leluhurnya itu.
Rumah-rumah penduduk di kampung Naga
juga dibuat seperti Bumi ageung. Ukuran, bentuk, bahan dasarnya harus sama
untuk setiap rumah. Tidak boleh ada rumah tertentu yang dibuat modern. Semuanya
dijaga kelestariannya secara bersama-sama. Model rumah yang sama ini tidaklah
sekedar simbol yang tak memiliki makna, tetapi menunjukkan kebersamaan penuh
dari seluruh masyarakat kampung naga. Ini secara ekspisit khusus dilambangkan
dengan bentuk sudut atap rumah yang dilengkapi dengan dua kayu silang yang
membentuk seperti huruf V. Oleh masyarakat ini diterjemahkan sebagai Victori
(kemengan). Kemenangan itu adalah kemenangan dalam kebersamaan.
D. Catatan Akhir
Merefleksikan tentang situasi hidup,
tata letak kampung, dan keberadaan masyarakat kampung Naga sungguh merupakan
suatu refleksi penuh makna yang tidak akan berakhir. Saya berpikir itu
merupakan suatu pencarian tak berujung. Ini tidaklah disebabkan oleh kendala
budaya pemali yang menjadi tradisi masyarakat kampung naga, tetapi lebih karena
rasa kagum saya pribadi terhadap situasi hidup masyarakat kampung naga yang
sungguh tradisional dalam era modern. Mereka hidup di era modern dengan aneka
pengaruh modern yang sangat instan tetapi masih berpegang teguh kepada tradisi
warisan nenek moyang.
Decak kagum dan heran yang saya
rasakan itu selalu menghantui pikiran saya, manakala mengingat tentang KEBERSAMAAN
dalam konteks kampung Naga. Kebersamaan itu tidak hanya tampak dalam simbol
tetapi menjadi nyata dalam praksis hidup. Mereka mampu membendung gaya hidup
modern dengan filosofi hidupnya yang telah mentradisi. Tradisi itu mereka tetap
jaga dalam kebersamaan. Bagi mereka sesuatu akan menjadi lestari bila itu
disepakati dan dipatuhi bersama.
Belajar dari pola kebersamaan dan
pemaknaan simbol budaya kampung Naga, saya terus berkutat dalam refleksi saya
tentang situasi yang lebih luas dari sekadar Masyarakat kampung Naga.
Mungkinkah masyarakat kampung lain di Indonesia bisa seperti kampung Naga mampu
mewarisi secara penuh tradisi budaya nenek moyang kepada generasi penerusnya?
Akhir refleksi ini, saya sangat
optimis bahwa sesungguhnya bila banyak orang berguru pada masyarakat kampung
naga, akan ada banyak kampung di Indonesia yang bisa belajar kembali dari
budaya aslinya. Back to Basic, back to natural sangat mungkin bila
semuanya optimis untuk membangun dalam kebersamaan, sehingga akhirnya setiap
orang boleh berbangga memiliki budaya yang tak lekang oleh waktu dan tak luntur
oleh zaman.
Kamis, 07 Juni 2012
cinta
![]() |
Cintailah, maka engkau pun akan dicintai!! |
.....♥#############♥
...♥###############♥
..♥#################
..♥#################
....♥###############
.......♥############
.........♥##########
...........♥########
..............♥#####
................♥###
..................♥#
....................
....................
....................
....................
....................
....................
....................
....................
....................
....................
....................
....................
....................
....................
....................
....................
....................
....................
..................♥
..............♥
..........♥
.......♥
......♥
.......♥............
..........♥.........
..............♥.....
...................♥
................♥...
..............♥.....
.............♥
...........♥
..........♥
.........♥
.........♥
..........♥
..............♥
...................♥
....................
....................
....................
....................
....................
....................
....................
..............♥
........♥
....♥....♥..........
.♥..........♥.......
♥...............♥...
.♥.................♥
..♥.................
...♥................
.....♥..............
........♥...........
...........♥........
..............♥.....
..................♥.
....................
....................
Rabu, 06 Juni 2012
Celotehan Galau Buatmu Sahabatku
Ada sesuatu yang membuat dia memilih jalan itu. Dulu dia dikenal sebagai sosok yang disegani. mungkin itu penilaian saya dan juga banyak orang yang mengenalnya di negeri tanpa nama yang ada di seberang sana, tanpa alamat jelas, yang jelas bahwa dia sama seperti aku dan anda, manusia biasa. Kini, saat dia berada di negeri anu, dengan alamat anu, dan berada di tampuk kekuasaan anu, terlihat jelas namanya. Dia tidak lagi seperti dulu. Aku dan anda mungkin akan bertanya mengapa dia seperti itu. Yang pasti bahwa dia masih sama seperti anda dan saya.
Awalnya aku tak percaya begitu aku mendengar cerita dari sahabatku yang lain tentang dirimu. Setelah cerita itu kubuat dalam rangkaian cerita bersambung di dunia maya, aku menjadi paham bahwa itu adalah benar. Aku tak tahu-menahu tentang kebenaran, tetapi untuk yang satu ini, aku berani katakan bahwa itu cerita itu benar adanya.
Sahabatku, maafkan bila aku tidak pernah menegurmu bila dikau bersalah, tak pernah berjalan bersamamu bila dikau dalam gelap. Semoga dikau tetap menjadi dikau yang sebenarnya, mengarungi samudra kehidupan bersama pilihanmu nan tekat. Dikau pasti bisa, ya, semangatlah kawan. Engkau juga manusia biasa seperti aku juga kog.
Sesalku sebagai sahabat itu ada, tetapi itu hanyalah setitik sesal dalam seribu nekatmu. Mungkin itu yang terbaik buatmu. Tunjukkanlah kepada dunia, bahwa dikau bisa mengarungi hidup, walau pilihanmu mengecewakan (semua) orang. Aku yakin, DIaku bisa! Semangatlah kawanku.
(Celoteh untukmu sahabatku yang baik dan gaul (kata mereka))Sabtu, 02 Juni 2012
Resume Materi (Learning 2)
RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
HARI, TANGGAL : Kamis, 9 Pebruari 2012 JAM : 08.00-10.15
TOPIK : Learning 2 RUANG : 403
A. SUMMARY MATERI
Materi yang dibahas dalam diskusi ini ialah teori belajar sosio-kultural dan teori belajar konstruktifisme. Peletak dasar teori belajar sosio-kultural ialah Jean Piaget dan Vygotsky.
Menurut Piaget, belajar ditentukan karena adanya karsa individu artinya pengetahuan berasal dari individu. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu utama terjadinya belajar adalah individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi faktor sekunder. Sedangkan bagi Vygotsky Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal usul tindakan sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang dilatari sejarah hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari individu itu sendiri melainkan berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya. Kondisi sosial sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sosial budaya.
Ada beberapa konsep teori belajar sosio-kultural yakni Teori belajar dan pembelajaran yaitu genetic law of development, Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development), dan Mediasi.
Dalam dunia pendidikan, aplikasi dari teori belajar sosial dapat dirasakan dalam berbagai jenjang dan model pendidikan, entah dalam pendidikan informal, nonformal dan pendidikan formal. Secara khusus dalam pendidikan formal, pengaruh teori ini merambah semua komponen (stake holders) pendidikan. selain itu, komponen-komponen pembelajaran juga harus dikembangkan dengan mengedepankan prinsip-prinsip teori belajar sosio-kultural.
Teori belajar sosio-kultural ini tentu memiliki kelebihan tertentu bila dibandingkan dengan teori belajar yang lainnya. Beberapa di antaranya ialah Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang; Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya; Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental; Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah; Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan ko-konstruksi.
Namun selain kelebihan-kelebihan itu, tentu teori ini juga tak luput dari kelemahan-kelemahan. Seperti, Terbatas pada perilaku yang tampak; proses-proses belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep; belajar dari berbagai sumber belajar, dan juga Pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati secara langsung.
Sementara itu, dalam teori belajar kontruktifisme, pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Dengan demikian, seseorang yang belajar itu berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus-menerus. Boleh dikatakan bahwa pengetahuan setiap individu dibangun oleh dirinya sendiri. Teori belajar konsep, teori pembelajaran bermakna Ausubel, dan teori skema merupakan pengembangan lanjutan dari teori konstruktifisme.
Dalam konteks pembelajaran, aplikasi dari teori ini tampak dalam penerapan model mekanistis dalam pembelajaran, pendekatan empiristik, pendekatan strukturalistik, dan realistik. Dalam pembelajaran matematika, konsep ini secara utuh terserap dalam pendekatan pembelajaran matematika realistik.
B. ISU DALAM DISKUSI
• Perkembangan anak dilihat dari intermental dan intramental, maksudnya? (Puryati)
Dalam konteks pembelajaran dewasa ini, anak tidak lagi dianggap sebagai kertas kosong yang tidak berisi, tetapi anak adalah pribadi yang sudah memiliki pengetahuannya sendiri dan bisa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan.
Dalam konsep Vygotsky, perkembangan individu semestinya tidak hanya dipengaruhi oleh perkembangan dirinya sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial.
Setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran, yaitu interpsikologis atau intermental dan intrapsikologis atau intramental. Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang. Sedangkan fungsi intramental dipandang sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.
• Bagaimana dengan refleksi dalam teori belajar sosio-kultural dan konstruktifisme? (Siti Hanifa)
Implikasi praktis dari teori belajar sosio-kultural, bahwa pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam kelas tetapi juga di luar kelas dengan metode dan media yang sesuai. Selain itu juga hal ini diterapkan dalam pendekatan belajar inquiri dan discovering, yang mengefektifkan peran siswa sendiri dalam mengkonstruksi dan mentrasformasikan informasi guna membentuk pengetahuan yang baru. siswa juga diberi kesempatan untuk merefleksi pengetahuan yang dikonstruksi dan ditransformasikannya dan membacanya secara baru sebagai suatu pengetahuan yang berarti.
• Ada anak yang usia mental dan usia sesungguhnya tidak sejalan. Aspek biologisnya berkembang cepat, sedangkan mentalnya sangat lambat, jadi tidak sejalan. Bagaimana dengan hal ni (Afrinawati)
Perkembangan individu kadang tidak berjalan bersamaan dalam segala aspek. Bisa jadi aspek biologis berkembang pesat sedangkan pada aspek lainnya seperti dalam kognitif mungkin akan berbeda. Kematangan individu, biologis, kognitif, sosio-emosional, sosio-budaya masing-masing individu tentu berbedaa satu sama lain.
Secara nyata hal ini bisa ditemukan pada siswa yang mengalami keterbelakangan mental. Konsekuensinya dalam pembelajaran, guru harus memahami dan mendalami aspek-aspek perkembangan individu.
• Masukkan dari Pak Asep:
Sebelum membahas teori belajar sosio-kultural, mestinya didalami dahulu teori belajar sosial. Sosial dan kultural pada galibnya sama yakni berkaitan dengan interaksi sosial dengan sesama. Perbedaannya ialah bahwa Social: hanya sekedar berinteraksi dengan sesama (yang sosial) sedangkan Kultural: interaksi keluar dalam konteks suatu budaya tertentu (kultural tertentu).
Teori belajar sosial menekankan pentingnya proses sosial (interaksi sosial) dalam kegiatan belajar. Belajar dengan mengamati orang lain (learning observation) (model). Di sini dapat dilihat bahwa anak lebih menjadi seorang pribadi dari apa yang dilihatnya, dan sangat kurang dari apa yang dikatakan atau dinasihati orang lain. Tentang modeling, ada empat hal penting yakni Atensi (perhatian), Retensi (mengingat: memasukkan data ke dalam memori), Product (hasil dalam bentuk prilaku), dan motivation. Lebih lanjut social cognitif theory merupakan teori belajar yang menekankan pentingnya proses kognitif dan interaksi sosial dalam belajar. Dalam social kognitif learning, Bandura menegaskan bahwa ada keterkaitan erat antara personal, behavior, dan environment.
Dalam diri individu ada juga yang dikenal dengan kemampuan aktula dan kemampuan potensial. Kemampuan actual adalah kemamuan untuk menyelesaikan suatu tugas dengan sukses dan mandiri. Kemampuan potensial ialah Kemampuan yang dimiliki dan mungkin dikuasai tetapi harus dengan bantuan dari lingkungan. Kegiatan belajar bisa jadi merupakan usaha individu untuk mengefektifkan dua kemampuan ini yang terjadi secara berulang-ulang.
C. REFLEKSI
Teori belajar sosio-kultural dan teori belajar konstruktivisme merupakan dua dari sebagian banyak teori belajar yang merupakan produk dari psikologi pembelajaran. Teori belajar sosio-kultural muncul dipengaruhi oleh teori belajar sosial dan teori belajar kultural. Menurut teori ini, perkembangan anak dalam belajar sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan lingkungan budaya. Sosial dalam artian bahwa perkembangan anak dalam belajar selalu dipengaruhi oleh interaksi sosial dengan yang lainnya. Interaksi ini terjadi secara umum, dan berlaku bagi semua orang. Sedangkan teori belajar kultural, mengindikasikan belajar sebagai interaksi sosial seorang anak dengan sesama dalam lingkup budaya (kultur) tertentu.
Teori belajar konstruktifisme lebih mengedepankan peran individu dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Konstruksi pengetahuan ini tentu tidak terlepas dari peran masyarakat sosial, pengalaman anak, dan juga tingkat perkembangan anak itu sendiri.
Hemat saya kedua teori belajar ini memberi sumbangan yang berarti bagi pelaksanaan pembelajaran, baik dalam lingkup pendidikan formal, nonformal, dan informal. Teori-teori ini merupakan jiwa dari pengembangan pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan. Siswa mencari, menemukan, mengelolah, dan mengkonstruksi serta menstransformasikan informasi yang diperolehnya guna menjadi sebuah pengetahuan yang bermakna.
Namun, yang menjadi persoalan ialah, manakala para pelaku dan pemerhati pendidikan tidak memahami dengan jelas tentang penerapan teori-teori itu dalam konteks praktis pembelajaran. Boleh jadi, akan menghasilkan suatu pendekatan yang pincang dalam pelaksanaan pembelajaran karena mungkin penerapan teori tersebut hanya setengah-setengah. Saya pribadi berpendapat bahwa inilah tantangan dunia pendidikan yang harus dibaca secara menyeluruh dan mendalam. Upaya membangun pendidikan yang bermutu dan bermoral akan terwujud bila semua stake holders pendidikan, khususnya guru di sekolah memperhatikan perannya dalam mendidik, membimbing, dan membina pebelajar. Strategi dan pendekatan yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi pencapaian mutu pendidikan. hal ini akan terwujud bila guru memahami dan mendalami dengan benar dan tepat penerapan teori belajar dalam pembelajaran.
Nama : Alfonsus Sam
No.induk : 7816110450
RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
HARI, TANGGAL : Kamis, 9 Pebruari 2012 JAM : 10.15-12.15
TOPIK : Motivation RUANG : 403
A. SUMMARY MATERI
Ada banyak definisi tentang motivasi individu. Secara umum, motivasi dipahami sebagai suatu dorongan internal, atau suatu situasi psikologis manusia yang menunjukkan suatu keinginan, semangat untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Sederhananya, motivasi dilihat sebagai sesuatu yang menyebabkan orang bertindak atau melakukan sesuatu.
Motivasi terdiri dari dua bentuk yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik merupakan motivasi (keinginan) yang timbul dari dalam diri siswa (individu), sedangkan motivasi ekstrinsik ialah motivasi yang muncul dari sesuatu di luar diri siswa.
Dalam konteks teori belajar kognitif, motivasi terkait dengan keyakinan, harapan dan kebutuhan, kemungkinan dan pemahaman siswa. Dalam konteks teori humanisme, motivasi mengisyaratkan hubungan yang baik antara guru dan murid, serta suasana kelas yang kondusif. Sedangkan dalam konteks teori belajar behaviorisme, motivasi erat kaitannya dengan konsep kontiguity, konsep reinforcement, punishment dan modelling.
Ada banyak teori tentang motivasi. Di antaranya ialah Teori Maslow, teori Herzberg, teori McClellend, teori Vroom, dan teori equaty dan pencapaian tujuan. Semuanya bermuara pada pemahaman bahwa motivasi selalu berkaitan dengan kehendak atau keinginan individu untuk melakukan sesuatu.
Menurut Teori Humanistis, ada beberapa cara memotivasi siswa, yakni memperlakukan siswa sebagai manusia, lalu sebagai anak didik; Hargai dan hormati anak didik tanpa syarat ( unconditioned positive regards); Ciptakan suasana kelas yang nyaman; Pertimbangankan untuk penyelenggaraan proses pembelajaran dari perspektif siswa .
Dalam konteks pembelajaran, motivasi selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar akan tercapai dan maksimal bila siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Selain berkaitan dengan prestasi belajar, motivasi juga dapat dilihat sebagai salah satu komponen sosial yang amat erat berhubungan dengan konteks sosial budaya, motif sosial, hubungan sosial dan konteks sosiokultural.
B. ISU DALAM DISKUSI
• Pengertian motivasi bertolak belakang dengan contoh. Sebagaimana diketahui bahwa motivasi lebih dipahami sebagai dorongan internal. Lalu ada contoh bahwa pemberian hadiah bagi peserta didik merupakan salah satu bentuk motivasi ekstrinsik. Tidakkah hal ini bertolak belakang dengan pengertian motivasi? (Alfonsus Sam)
Motivasi pada dasarnya merupakan suatu dorongan dari dalam diri seseorang. Motivasi dikehendaki berasal dari diri siswa sendiri. Namun ini tidak cukup, bagaimanapun juga sangat dibutuhkan motivasi dari luar diri siswa. Hadiah disebut sebagai motivasi karena memang dengan hadiah yang dijanjikan anak didik akan termotivasi untuk belajar. Memang agak susah membedakannya dengan penguatan, karena motivasi dan penguatan dapat dibaca dalam satu kesatuan yang saling berkaitan. Penguatan juga bahkan merupakan bentuk dari motivasi eksternal.
• Ada anak didik yang agak sulit untuk dimotivasi agar belajar dengan giat. Bagaimanakah upaya yang bisa ditempuh guru dalam menumbuhkan motivasi intrinsik anak seperti itu? (Dityas)
Belajar pada teori humanisme, kita dapat menemukan beberapa upaya/usaha untuk membangun motivasi intrinsik siswa, seperti:
Perlakukan siswa pertama-tama dan paling utama sebagai manusia, lalu sebagai anak didik.
Hargai dan hormatilah hak dan kewajiban anak tanpa syarat.
Ciptakan suasana kelas yang nyaman.
Pertimbangkan untuk proses pembelajaran dari perspektif siswa.
• Variabel-variabel apa sajakah yang menjadi tanda seorang anak termotivasi dalam belajar? (Evi Sofia)
Ada banyak variabel (indikator) yang menjadi tanda seorang anak termotivasi dalam belajar, di antaranya:
Faktor inteligensi
Faktor lingkugan sosial
Faktor keluarga
Minat anak itu sendiri
Peran guru dalam membangkitkan minat dan memotivasi siswa
Peran guru khusus untuk memberikan pendampingan khusus terhadap siswa sesuai dengan perkembangannya.
• Masukkan dari Pak Asep:
Istilah motivasi secara sederhana dapat dipahami sebagai sesuatu yang menyebabkan orang bertindak atau melakukan sesuatu. Atau juga suatu situasi psikologis yang menunjukkan suatu keinginan, semangat, untuk melakukan sesuatu.
Motivasi dibedakan atas dua yakni motivasi intrinsik yang mengarahkan seseorang belajar demi belajar; dan motivasi ekstrinsik, yang mengarahkan seseorang bahwa belajar bukan demi belajar tetapi demi ijazah, nilai ulangan, nilai ujian, dan lain-lain. Selain dua motivasi tersebut, ada satu motivasi yang kandungan kebenarannya susah ditebak, yang berwujud keikhlasan. Motivasi ini hanyalah bisa diketahui oleh Dia Yang Maha Tahu.
Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi sangat signifikan dan positif antara motivasi belajar dan prestasi belajar peserta didik. Siswa yang belajar dengan mengedepankan motivasi intrinsik, cendrung lebih berprestasi bila dibandingkan dengan siswa yang mengedepankan motivasi belajar ekstrinsik. Selain itu ditemukan bahwa motivasi selalu bersifat dinamis.
Ada beberapa indikator penanda motivasi seseorang: durasi motivasi, frekuensi motivasi, presestensi (ketekunan), ketabahan dan ulet, devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, tigkat aspirasi yang hendak dicapai, tingkat kualifikasi produk yang dihasilkan dari kegiatan, dan arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
Teori-teori motivasi terdiri dari behavioral motivation, humanistic motivation, cognitif motivation, dan socio-cultural motivation.
Beberapa tindakan praktis memotivasi siswa dalam belajar:
Perlakukan murid sebagai manusia lalu anak didik.
Membangun relasi yang kuat antara guru dengan murid.
Pertimbangkan untuk menyelenggarakan proses pembelajaran dari perspektif siswa.
Hargailah dan hormatilah hak dan kewajiban siswa.
Menciptakan situasi kelas yang kondusif.
C. REFLEKSI
Motivasi mutlak perlu dalam proses belajar dan perkembangan manusia. Saya pribadi melihat motivasi semacam roh yang mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia. Dengan perkataan lain, motivasi merupakan landasan bagi seseorang untuk melakukan, berpikir, dan bertindak sesuai dengan kesadaran dirinya sebagai manusia.
Motivasi sendiri dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Hemat saya walaupun ada pembedaan antara model atau bentuk motivasi seorang individu tetap mengarah pada perkembangan individu itu sendiri berdasarkan motivasinya sendiri. Boleh jadi, motivasi dari luar (ekstrinsik) hanyalah sebagai pendorong untuk menumbuhkan motivasi intrinsik siswa. Hal inilah yang mungkin membebankan guru di sekolah dalam usaha mendampingi anak-anak agar termotivasi untuk belajar.
Mungkin harus diakui bahwa sekarang ini, sangat sedikit sekali pebelajar yang memiliki motivasi intrinsik dalam belajar. Saya berasumsi bahwa hal ini disebabkan oleh globalisasi dan juga sistem dalam pendidikan itu sendiri. Pengaruh globalisasi yang menjanjikan banyak pesona, justru menjadi motivasi bagi pebelajar untuk belajar.
Dalam kaitannya dengan sistem, sistem pendidikan seakan-akan memaksa pebelajar untuk belajar demi tujuan tertentu, buka demi belajar itu sendiri. Iming-iming nilai bagus, sekadar lulus UN, dan lain-lain. Guru di sekolah menengah dan sekolah dasar, bahkaan dosen di perguruan tinggi selalu menekankan hal ini. para pebelajar (khususnya di pendidikan dasar dan menengah) dipaksa untuk menguasai banyak materi dengan orientasi utama untuk lulus dalam ujian akhir (Ujian Nasional). Akibatnya, para pebelajar selalu dihantui oleh rasa takut menghadapi ujian akhir tersebut. Bukan tidak mungkin pada gilirannya pebelajar akan kehilangan motivasi intrinsik.
Memang, untuk mengubah pola dan sistem pendidikan seperti ini tidaklah semudah membolak-balikkan telapak tangan. Perlu upaya keras semua pihak yang berkepentingan di dalamnya. Sumbangan dari paham humanisme menaruh harapan besar agar mengubah sistem pendidikan yang terlalu menekankan motivasi ekstrinsik dalam pembelajaran. Semoga.
Nama : Alfonsus Sam
No.induk : 7816110450
Resume Materi (Learning 1)
RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI
BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
HARI, TANGGAL : Selasa, 7
Pebruari 2012 JAM : 08.00-10.15
TOPIK : Learning 1 RUANG : 304
A.
SUMMARY
MATERI
Materi yang
dibahas dalam diskusi ini ialah teori belajar behavior (tingkah laku) dan teori
belajar kognitif. Teroi belajar behavioristik terdiri dari teori classical
conditioning, koneksionisme, dan operant konditioning. Sedangkan teori kognitif
dapat dipahami dalam teori pembelajaran Jean piaget, David Ausabel, J.A.
Bruner.
Teori belajar
behavioristik memfokuskan perhatiannya pada belajar sebagai suatu perilaku
manusia. Teori classical conditioning diprakarsai oleh Ivan Petrovich Pavlov yang membuat
percobaan pada anjing dan berkesimpulan bahwa tingkah laku merupakan Tingkah
laku adalah serangkaian refleks terkondisi yang terjadi melalui proses
pengkondisian. Masih dalam cara pandang yang
sama, tetapi lebih modern F.B. Skinner melakukan percobaan pada tikus dan
berkesimpulan bahwa tingkah laku merupakan respons yang timbul sebagai reaksi
terhadap stimulus. Lebih lanjut, E. L. Thorndike, menambahkan beberapa hukum
dari hubungan antara stimulus dan respons yang terdiri dari hukum kesiapan,
hukum latihan dan hukum akibat.
Implikasi
dalam pembelajaran dari teori-teori behavioristik ini ialah bahwa belajar
merupakan suatu proses pembiasaan. Individu yang terbiasa untuk belajar, maka
tidak akan kesulitan untuk memahami dan menghayati apa yang dipelajari. Selain
itu, dalam belajar sangat perlu adanya penguatan, hukuman, dan motivasi kepada
pebelajar. Prinsip-prinsip seperti kesiapan, akibat (manfaat), dan juga latihan
merupakan juga implikasi penting yang diterapkan dalam pembelajaran sebagai
buah dari teori behavioristik.
Bertolak
belakang dengan teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif memfokuskan
belajar pada penemuan dan transformasi informasi secara aktif oleh individu.
Belajar dapat dikembangkan dengan mengembangkan insight (pemahaman) dalam diri
individu. Piaget mengedepankan prinsip belajar akti, belajar lewat interaksi
sosial, dan belajar melalui pengalaman sendiri. Brumer menegaskan bahwa belajar
hendaknya mencakup pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar,
pestrukturisasian pengetahuan untuk pemahaman optimal, perincian urutan
pennyajian materi, dan cara pemberian reinforcement. Sedangkan Ausabel
menegaskan prinsip-prinsip belajar yang terdiri dari pengaturan awal,
diferensiasi progresif, dan belajar superordinat.
Implikasi
dari teori kognitif dalam pembelajaran bahwa kegiatan belajar merupakan suatu kegiatan
untuk mengembangkan pemahaman individu. Individu sendiri telah memiliki
pemahaman terhadap suatu hal. Belajar merupakan usah untuk mengembangkan
pemahaman tersebut. Konstruksi pengetahuan sendiri, belajar aktif, belajar dari
pengalaman merupakan konsep pembejaran yang diturunkan dari psikologi
kognitivisme.
Tak dapat
disangkal lagi bahwa sebetulnya kedua aliran psikologis ini (behavior dan
kognitif) selalu saling melengkapi dalam kesuksesan pembelajaran. Adalah sangat
bijak, kalau seorang guru dalam kegiatan pembelajaran bisa menjadi fasilitator
yang menerapkan kedua aliran psikologi ini. Membiasakan anak untuk belajar
mandiri dan juga kelompok, belajar dari lingkungan dan juga mengembangkan
kemampuan yang ada dalam diri sendiri merupakan langkah praksis yang bisa
dipadukan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Jadi, guru harus mampu
menggabungkan dua model pendekatan terhadap pembelajaran dalam satu kesatuan
kegiatan pembelajaran.
B.
ISU
DALAM DISKUSI
Ada tiga isu utama yang sempat diperdebatkan dalam
pembahasan topik “individual Differences” ini, yakni:
·
Implikasi dari
teori behaviorisme dalam pembelajaran, apakah ada kelemahan dan kelebihannya
(Puryati)
Teori
behaviorisme sebagamana yang diwariskan dari Pavlov, Skinner, dan Thorndike mengedepankan
makna belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku (perilaku) individu akibat
pembiasaan pengaruh hubungan stimulus dan respons. Tingkah laku yang
dikondisikan itu akan terbiasa kalau dibiasakan. Dalam konteks belajar,
kegiatan-kegiatan atau materi-materi yang dipelajari akan membekas dan menjadi
milik siswa (pebelajar) kalau itu dilakukan secara terus menerus sampai pada
akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan yang melekat pada diri individu. Dalam
bentuk yang lain implikasi dari teori ini dalam pembelajaran ialah perlunya
hukuman dan penguatan bagi pebelajar agar terpacu untuk semakin giat dalam
belajar.
Setiap
teori tentu selalu memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Kelebihannya ialah
bahwa teori ini mengisyaratkan pentingnya pengaruh lingkungan dalam mendukung
kebiasaan tingkah laku individu dan pentingnya suatu proses trial and error
dalam upaya pembelajaran. Selain itu juga konsep pembelajaran masing-masing
bagian dan juga pengaruh model pembelajaran waktu lampau sangat mempengaruhi
pembelajaran. Namun kadang kalau hal ini terlalu terfokus, maka akan menjadi
suatu kelemahan dari konsep behavior ini. Misalnya, karena terlalu terfokus
pada pengaruh lingkungan, akan mengakibatkan pebelajar seperti mesin (mekanik)
yang kurang memperhatikan keseimbangan dirinya, kurang mementingkan apa yang
ada dalam dirinya sendiri. Selain itu, struktur kognitif dan insight pebelajar
kurang diperhatikan, karena lebih terfokus pada pembiasaan sesuai dengan
pengalaman masa lampau dan tidak mementingkan perkembangan anak yang saat ini.
·
Ada tiga percobaan
yang dibuat oleh para ahli psikologi behavior, bagaimana aplikasi dari
percobaan tersebut dan apakah ada satu teori yang dihasilkan dari
percobaan-percobaan tersebut (Rahmat)
Masing-masing
ahli memiliki metodenya tersendiri untuk membuktikan teorinya. Dalam aliran
Behaviorisme, sekurangnya ada tiga ahli yang membuat percobaan dengan
menggunakan hewan sebagai objek percobaan.
Pavlov
melakukan percobaan dengan anjing. Pavlov mencoba mengamati hubungan antara makanan,
lonceng, dan keluarnya air liur anjing. Karena dibiasakan sebelum memberi makan
kepada anjingnya, dia selalu membunyikan lonceng terlebih dahulu. Pada
gilirannya, ketika loncceng dibunyikan tanpa menyiaokan makanan, air liur
anjing melele. Hal ini membuktikan bahwa anjing sudah membayangkan bahwa akan
ada makan. Percobaan ini akhirnya memotivasi Pavlov untuk mengambil kesimpulan
bahwa tingkah laku terbentuk dari pembiasaan. Aplikasinya dalam pembelajaran
ialah bahwa belajar merupakan tingkah laku individu yang mesti dibiasakan.
Skinner,
membuat percobaan pada tikus. Hal ini terkesan lebih modern bila dibandingkan
dengan percobaan Pavlov. Dari hasil percobaannya dia menyimpulkan bahwa tingkah
laku individu merupakan respons yang timbul sebagai rekasi terhadap stimulus.
Teori ini dikenal dengan istilah operant conditioning. Implikasinya dalam
pembelajaran ialah bahwa pembelajaran merupakan upaya melakukan hubungan
stimulus-respons sebanyak-banyaknya. Agar hal ini dapat terlaksana dengan baik
dan tidak membosankan, hendaknya guru menyediakan reward bagi para siswanya.
Hadiah (penguatan) yang diberikan oleh guru akan memicu anak didik dalam
belajar dan berprestasi.
Thorndike,
melakukan percobaan pada Simpanse. Simpanse yang lapar diletakkan dalam sebuah
jeruji besi. Di dalam jeruji itu diletakkan pula sebatang tongkat, dan di luar
jeruji ada sebuah pisang masak. Dalam keadaan lapar, Simpanse dapat membuat
hubungan antara pisang, tongkat, dan rasa laparnya. Akhirnya, dia bisa
menggunakan tongkat untuk mendapatkan pisang yang berada di luar jeruji. Dari
hasil percobaan ini, dapat ditegaskan bahwa belajar merupakan usaha pembentukan
asosiasi berdasarkan pengalaman. Thorndike juga mengemukakan tiga hukum dalam
belajar yakni hukum kesiapan, akibat, dan latihan. Belajar dapat berhasil bila
ada kesiapan, dilatih secara berkesinambungan, dan membawa akibat yang berguna
bagi pebelajar. Itulah implikasi dari teori belajar koneksionisme
(stimulus-respons) dari Thorndike.
.
·
Permainan simbolis
merupakan ungkapan dari anak. Apa maksudnya? (Sandra Novieta)
Permainan
simbolis yang dimaksudkan di sini ialah bahwa anak-anak Imitasi
tak langsung membuat imitasi yang secara tidak langsung dari bendanya sendiri.
Contoh: anak bermain kue-kuean sendiri, pasar-pasaran. Ini dialami individu pada tahap praoperasional (usia
2-7 tahun). Peran orang tua dan lingkungan pada tahap praoperasional ini sangat
penting. Saat ini anak sudah bisa mengidentifikasi diri sebagai perempuan dan
laki-laki. Sebaiknya dalam memilih jenis permainan untuk anak, orang tua
memberi ruang gerak yang cukup buat anak dan memilih permainan yang sesuai
dengan peran jenis kelamin, misalnya, anak laki-laki main mobil-mobilan dan
anak perempuan main boneka, masak-masakkan, dan lain-lain.
Bila
pendampingan dan peran orang tua dalam memilih permainan ini kurang, anak akan
cendrung berkembang kurang maksimal, bahkan anak perempuan akan berperan
seperti anak laki-laki, demikian pun sebaliknya. Oleh karena itu, peran
pengawasan dari orang tua sangat diperluan dalam tahap praoperasional demi
perkembangan individu sesuai dengan jenis kelaminnya.
·
Masukkan dari Pak
Asep:
1
Paham tentang teori
behaviorisme dan kognitif sebenarnya tidak pernah dirumuskan oleh para
penggagasnya. Yang merumuskan dan membagi teori-teori dalam kelompok
behaviorisme dan kognitif ialah para pengikut yang muncul kemudian dan mencoba
mengklasifikasikan dengan jelas perbedaan antara kedua aliran tersebut.
2
Sebetulnya paham
behaviorisme muncul dari psikologi gestal, fungsionalisme, dan psikoanalisa.
Selanjutnya behaviorisme tampak dalam psikologi kognitif dan psikologi holistik
(humanisme).
3
Teori belajar
kognitif berarti pandangan tentang teori belajar dari cara pandang psikologi
kognitif, sedangkan teori belajar behavior berarti pendangan tentang teori
belajar dari sudut psikologi behavioristik.
4
Pendiri
behaviorisme ialah J.B. Watson (1878-1958). Menurutnya, Psikologi harus
objektif eksperinsial sebagai bagian dari pengetahuan alam. Psikologi adalah
ilmu tentang tingkah laku bukan tentang kesadaran. Dalam pandangan
behavioristik, Istilah stimulus, respons, habit, learning, lebih mendapat
tempat dari pada consiosness, will, sensation. Para penganut behavior tidak
menyetujui metode introspeksi karena diragukan ketelitian, kebenaran, dan
objektivitasnya. Mereka mengakui adanya tingkah laku yang bisa diamati.
5
Inspirator munculnya
istilah behaviorisme ialah Ivan P. Pavlov. Menurutnya, Tingkah laku adalah
serangkaian refleks terkondisi yang terjadi mealui proses pengkondisian. Dia
melakukan percobaan pada Anjing, berikut prosesnya:
·
Tombol ditekan,
keluar makanan (US)
·
Anjing mengeluarkan
air liur (UR)
·
Dibunyikan bel
sebelum makanan keluar
·
Anjing mengeluarkan
air liur apa bila mendengarkan bunyi bel
·
Bunyi bel (CS)
·
Air liur karena bel
(CR)
6
Selain Pavlov, B.F.
Skinner juga membuat percobaan pada tikus untuk memperjelas teori belajar
aliran behavior. Prosesnya ialah sebagai berikut:
·
Tikus diletakkan
dalam kotak
·
Secara kebetulan
menginjak tombol
·
Keluar makanan
·
Selanjutnya tikus
dengan sengaja menginjak tombol jika menginginkan makanan (tingkah laku
operant0
·
Makanan sebagai
reward yang dapat memperkuat tingkah laku tikus.
·
Tombol dapat
mengeluarkan makanan jika lampu dalam kotak menyala, jika gelap maka aktivitas
penekanan tombol tidak menghasilkan makanan.
·
Tikus selanjutnya
belajar kapan dia bisa menekan tombol yang dapat menghasilkan makanan.
7
Edward L. Thorndike
juga melakukan percobaan pada Simpanse untuk membuktikan teorinya tentang
hubungan stimulus dan respons. Beliau juga mengemukakan tiga hukum belajar
yakni hukum kesiapan, hukum latihan, dan hukum akibat.
8
Tentang teori
belajar ada dua hal yang penting yakni:
·
Behavioral teori
(fenomena belajar harus dijelaskan melalui perilaku pengalaman yang dapat
diobservasi. Belajar merupakan fenomena perilaku yang
dapat diamati Penyebab terbentuknya perilaku ialah faktor eksternal.
Ada dua teori tentang behavioristik: clasical
conditioning dan operant conditioning
Jadi, yang ditekankan dalam teori behavior adalah
perubahan pada tingkah laku nyata akibat stimulus eksternal. Tingkah laku yang
baik diberikan reinforcement agar tingkah laku itu terus menerus dipraktikkan,
sedangkan yang tidak baik/tidak benar diberi punishment (hukuman). Namun
pemberian hukuman harus memperhatikan pengaruhnya bagi jiwa anak, misalnya
hukuman fisik diharapkan agar dijauhkan dalam pembelajaran, berilah hukuman
yang bersifat mendidik.
·
Kognitif: proses
mental yang di dalamnya mencakup pikiran, perasaan dan motif-motif. Kognitif
sendiri terdiri dari aliran: kognitif sosial, pemrosesan informasi, konstruktivistik
kognitif, kontrukstivistik sosial.
C.
REFLEKSI
Teori belajar
behaviorisme dan teori belajar kognitivisme sebetulnya merupakan dua teori
belajar yang melandasi pelaksanaan pembelajaran. Dalam tataran teoritis,
mungkin saja dua teori ini berbeda dalam penekanan utamanya, satu dengan yang
lainnya. Namun kalau didalami rupanya kedua teori ini akan saling melengkapi
dalam tataran praksis pembelajaran di sekolah. Satu teori menekankan perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari suatu pembiasaan, sedangkan yang lain
mementingkan perubahan struktur kognitif (insight). Dalam konteks pembelajaran
tentunya kedua hal ini (tingkah laku dan insight) memiliki peran penting dalam
kemajuan dan perkembangan belajar individu.
Hemat saya,
kini aplikasi dari kedua teori ini saling melengkapi dalam pembelajaran. Teori
belajar behaviorisme berimplikasi pada perilaku belajar dari lingkungan nyata
sedangkan teori belajar kognitivisme berimplikasi pada pengembangan daya pikir
individu. Namun patut diakui juga bahwa kadang di lapangan, ada juga tenaga
pendidik yang mementingkan salah satu aplikasi dari dua teori di tersebut. Ada
juga penerapan yang tidak seimbang dan kurang tepat dalam kegiatan
pembelajaran. Misalnya, ada guru yang menyiksa siswa secara fisik karena tidak bisa
menyelesaikan suatu soal. Ini merupakan suatu ketimpangan dalam praksis suatu
teori.
Bila guru
jeli mendalami teori-teori tentang pembelajaran, seharusnya tidak pada
tempatnya lagi memberikan hukuman fisik terhadap anak didik. Mungkin strategi
belajar trial and error akan membantu siswa dalam mengembangkan dirinya.
Hukuman terhadap murid yang mungkin berbuat salah memang penting, tetapi
hendaknya hukuman tersebut bukanlah hukuman fisik, melainkan hukuman yang
bersifat mendidik dan memotivasi siswa untuk semakin giat dalam belajar.
Misalnya memberikan tugas tambahan yang sesuai dengan tema yang dipelajari.
Saya pribadi
sangat tertarik mendalami tema “teori belajar” ini. Kelemahan satu teori
dilengkapi oleh kelebihan dalam teori yang lainnya. Sehingga sangatlah bijak
bila guru mendalami sedetail mungkin implikasi dari teori-teori belajar dalam
kegiatan pembelajaran.
.
Nama : Alfonsus Sam
No.induk : 7816110450
Langganan:
Postingan (Atom)