Sabtu, 02 Juni 2012

Resume Materi (Learning 1)


RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

HARI, TANGGAL   :  Selasa, 7 Pebruari 2012                 JAM               08.00-10.15
TOPIK                       :  Learning 1                                      RUANG         : 304


A.  SUMMARY MATERI
       Materi yang dibahas dalam diskusi ini ialah teori belajar behavior (tingkah laku) dan teori belajar kognitif. Teroi belajar behavioristik terdiri dari teori classical conditioning, koneksionisme, dan operant konditioning. Sedangkan teori kognitif dapat dipahami dalam teori pembelajaran Jean piaget, David Ausabel, J.A. Bruner.
       Teori belajar behavioristik memfokuskan perhatiannya pada belajar sebagai suatu perilaku manusia. Teori classical conditioning diprakarsai oleh Ivan Petrovich Pavlov yang membuat percobaan pada anjing dan berkesimpulan bahwa tingkah laku merupakan Tingkah laku adalah serangkaian refleks terkondisi yang terjadi melalui proses pengkondisian. Masih dalam cara pandang yang sama, tetapi lebih modern F.B. Skinner melakukan percobaan pada tikus dan berkesimpulan bahwa tingkah laku merupakan respons yang timbul sebagai reaksi terhadap stimulus. Lebih lanjut, E. L. Thorndike, menambahkan beberapa hukum dari hubungan antara stimulus dan respons yang terdiri dari hukum kesiapan, hukum latihan dan hukum akibat.
       Implikasi dalam pembelajaran dari teori-teori behavioristik ini ialah bahwa belajar merupakan suatu proses pembiasaan. Individu yang terbiasa untuk belajar, maka tidak akan kesulitan untuk memahami dan menghayati apa yang dipelajari. Selain itu, dalam belajar sangat perlu adanya penguatan, hukuman, dan motivasi kepada pebelajar. Prinsip-prinsip seperti kesiapan, akibat (manfaat), dan juga latihan merupakan juga implikasi penting yang diterapkan dalam pembelajaran sebagai buah dari teori behavioristik.
       Bertolak belakang dengan teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif memfokuskan belajar pada penemuan dan transformasi informasi secara aktif oleh individu. Belajar dapat dikembangkan dengan mengembangkan insight (pemahaman) dalam diri individu. Piaget mengedepankan prinsip belajar akti, belajar lewat interaksi sosial, dan belajar melalui pengalaman sendiri. Brumer menegaskan bahwa belajar hendaknya mencakup pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar, pestrukturisasian pengetahuan untuk pemahaman optimal, perincian urutan pennyajian materi, dan cara pemberian reinforcement. Sedangkan Ausabel menegaskan prinsip-prinsip belajar yang terdiri dari pengaturan awal, diferensiasi progresif, dan belajar superordinat.
       Implikasi dari teori kognitif dalam pembelajaran bahwa kegiatan belajar merupakan suatu kegiatan untuk mengembangkan pemahaman individu. Individu sendiri telah memiliki pemahaman terhadap suatu hal. Belajar merupakan usah untuk mengembangkan pemahaman tersebut. Konstruksi pengetahuan sendiri, belajar aktif, belajar dari pengalaman merupakan konsep pembejaran yang diturunkan dari psikologi kognitivisme.
       Tak dapat disangkal lagi bahwa sebetulnya kedua aliran psikologis ini (behavior dan kognitif) selalu saling melengkapi dalam kesuksesan pembelajaran. Adalah sangat bijak, kalau seorang guru dalam kegiatan pembelajaran bisa menjadi fasilitator yang menerapkan kedua aliran psikologi ini. Membiasakan anak untuk belajar mandiri dan juga kelompok, belajar dari lingkungan dan juga mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri sendiri merupakan langkah praksis yang bisa dipadukan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Jadi, guru harus mampu menggabungkan dua model pendekatan terhadap pembelajaran dalam satu kesatuan kegiatan pembelajaran.


B.  ISU DALAM DISKUSI
Ada tiga isu utama yang sempat diperdebatkan dalam pembahasan topik “individual Differences” ini, yakni:
·         Implikasi dari teori behaviorisme dalam pembelajaran, apakah ada kelemahan dan kelebihannya (Puryati)
             Teori behaviorisme sebagamana yang diwariskan dari Pavlov, Skinner, dan Thorndike mengedepankan makna belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku (perilaku) individu akibat pembiasaan pengaruh hubungan stimulus dan respons. Tingkah laku yang dikondisikan itu akan terbiasa kalau dibiasakan. Dalam konteks belajar, kegiatan-kegiatan atau materi-materi yang dipelajari akan membekas dan menjadi milik siswa (pebelajar) kalau itu dilakukan secara terus menerus sampai pada akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan yang melekat pada diri individu. Dalam bentuk yang lain implikasi dari teori ini dalam pembelajaran ialah perlunya hukuman dan penguatan bagi pebelajar agar terpacu untuk semakin giat dalam belajar.
                        Setiap teori tentu selalu memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Kelebihannya ialah bahwa teori ini mengisyaratkan pentingnya pengaruh lingkungan dalam mendukung kebiasaan tingkah laku individu dan pentingnya suatu proses trial and error dalam upaya pembelajaran. Selain itu juga konsep pembelajaran masing-masing bagian dan juga pengaruh model pembelajaran waktu lampau sangat mempengaruhi pembelajaran. Namun kadang kalau hal ini terlalu terfokus, maka akan menjadi suatu kelemahan dari konsep behavior ini. Misalnya, karena terlalu terfokus pada pengaruh lingkungan, akan mengakibatkan pebelajar seperti mesin (mekanik) yang kurang memperhatikan keseimbangan dirinya, kurang mementingkan apa yang ada dalam dirinya sendiri. Selain itu, struktur kognitif dan insight pebelajar kurang diperhatikan, karena lebih terfokus pada pembiasaan sesuai dengan pengalaman masa lampau dan tidak mementingkan perkembangan anak yang saat ini.
                       
·         Ada tiga percobaan yang dibuat oleh para ahli psikologi behavior, bagaimana aplikasi dari percobaan tersebut dan apakah ada satu teori yang dihasilkan dari percobaan-percobaan tersebut (Rahmat)
             Masing-masing ahli memiliki metodenya tersendiri untuk membuktikan teorinya. Dalam aliran Behaviorisme, sekurangnya ada tiga ahli yang membuat percobaan dengan menggunakan hewan sebagai objek percobaan.
             Pavlov melakukan percobaan dengan anjing. Pavlov mencoba mengamati hubungan antara makanan, lonceng, dan keluarnya air liur anjing. Karena dibiasakan sebelum memberi makan kepada anjingnya, dia selalu membunyikan lonceng terlebih dahulu. Pada gilirannya, ketika loncceng dibunyikan tanpa menyiaokan makanan, air liur anjing melele. Hal ini membuktikan bahwa anjing sudah membayangkan bahwa akan ada makan. Percobaan ini akhirnya memotivasi Pavlov untuk mengambil kesimpulan bahwa tingkah laku terbentuk dari pembiasaan. Aplikasinya dalam pembelajaran ialah bahwa belajar merupakan tingkah laku individu yang mesti dibiasakan.
             Skinner, membuat percobaan pada tikus. Hal ini terkesan lebih modern bila dibandingkan dengan percobaan Pavlov. Dari hasil percobaannya dia menyimpulkan bahwa tingkah laku individu merupakan respons yang timbul sebagai rekasi terhadap stimulus. Teori ini dikenal dengan istilah operant conditioning. Implikasinya dalam pembelajaran ialah bahwa pembelajaran merupakan upaya melakukan hubungan stimulus-respons sebanyak-banyaknya. Agar hal ini dapat terlaksana dengan baik dan tidak membosankan, hendaknya guru menyediakan reward bagi para siswanya. Hadiah (penguatan) yang diberikan oleh guru akan memicu anak didik dalam belajar dan berprestasi.
             Thorndike, melakukan percobaan pada Simpanse. Simpanse yang lapar diletakkan dalam sebuah jeruji besi. Di dalam jeruji itu diletakkan pula sebatang tongkat, dan di luar jeruji ada sebuah pisang masak. Dalam keadaan lapar, Simpanse dapat membuat hubungan antara pisang, tongkat, dan rasa laparnya. Akhirnya, dia bisa menggunakan tongkat untuk mendapatkan pisang yang berada di luar jeruji. Dari hasil percobaan ini, dapat ditegaskan bahwa belajar merupakan usaha pembentukan asosiasi berdasarkan pengalaman. Thorndike juga mengemukakan tiga hukum dalam belajar yakni hukum kesiapan, akibat, dan latihan. Belajar dapat berhasil bila ada kesiapan, dilatih secara berkesinambungan, dan membawa akibat yang berguna bagi pebelajar. Itulah implikasi dari teori belajar koneksionisme (stimulus-respons) dari Thorndike.
.
·         Permainan simbolis merupakan ungkapan dari anak. Apa maksudnya? (Sandra Novieta)
             Permainan simbolis yang dimaksudkan di sini ialah bahwa anak-anak Imitasi tak langsung membuat imitasi yang secara tidak langsung dari bendanya sendiri. Contoh: anak bermain kue-kuean sendiri, pasar-pasaran. Ini dialami individu pada tahap praoperasional (usia 2-7 tahun). Peran orang tua dan lingkungan pada tahap praoperasional ini sangat penting. Saat ini anak sudah bisa mengidentifikasi diri sebagai perempuan dan laki-laki. Sebaiknya dalam memilih jenis permainan untuk anak, orang tua memberi ruang gerak yang cukup buat anak dan memilih permainan yang sesuai dengan peran jenis kelamin, misalnya, anak laki-laki main mobil-mobilan dan anak perempuan main boneka, masak-masakkan, dan lain-lain.
             Bila pendampingan dan peran orang tua dalam memilih permainan ini kurang, anak akan cendrung berkembang kurang maksimal, bahkan anak perempuan akan berperan seperti anak laki-laki, demikian pun sebaliknya. Oleh karena itu, peran pengawasan dari orang tua sangat diperluan dalam tahap praoperasional demi perkembangan individu sesuai dengan jenis kelaminnya.



·         Masukkan dari Pak Asep:
1        Paham tentang teori behaviorisme dan kognitif sebenarnya tidak pernah dirumuskan oleh para penggagasnya. Yang merumuskan dan membagi teori-teori dalam kelompok behaviorisme dan kognitif ialah para pengikut yang muncul kemudian dan mencoba mengklasifikasikan dengan jelas perbedaan antara kedua aliran tersebut.
2        Sebetulnya paham behaviorisme muncul dari psikologi gestal, fungsionalisme, dan psikoanalisa. Selanjutnya behaviorisme tampak dalam psikologi kognitif dan psikologi holistik (humanisme).
3        Teori belajar kognitif berarti pandangan tentang teori belajar dari cara pandang psikologi kognitif, sedangkan teori belajar behavior berarti pendangan tentang teori belajar dari sudut psikologi behavioristik.
4        Pendiri behaviorisme ialah J.B. Watson (1878-1958). Menurutnya, Psikologi harus objektif eksperinsial sebagai bagian dari pengetahuan alam. Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku bukan tentang kesadaran. Dalam pandangan behavioristik, Istilah stimulus, respons, habit, learning, lebih mendapat tempat dari pada consiosness, will, sensation. Para penganut behavior tidak menyetujui metode introspeksi karena diragukan ketelitian, kebenaran, dan objektivitasnya. Mereka mengakui adanya tingkah laku yang bisa diamati.
5        Inspirator munculnya istilah behaviorisme ialah Ivan P. Pavlov. Menurutnya, Tingkah laku adalah serangkaian refleks terkondisi yang terjadi mealui proses pengkondisian. Dia melakukan percobaan pada Anjing, berikut prosesnya:
·         Tombol ditekan, keluar makanan (US)
·         Anjing mengeluarkan air liur (UR)
·         Dibunyikan bel sebelum makanan keluar
·         Anjing mengeluarkan air liur apa bila mendengarkan bunyi bel
·         Bunyi bel (CS)
·         Air liur karena bel (CR)
6        Selain Pavlov, B.F. Skinner juga membuat percobaan pada tikus untuk memperjelas teori belajar aliran behavior. Prosesnya ialah sebagai berikut:
·         Tikus diletakkan dalam kotak
·         Secara kebetulan menginjak tombol
·         Keluar makanan
·         Selanjutnya tikus dengan sengaja menginjak tombol jika menginginkan makanan (tingkah laku operant0
·         Makanan sebagai reward yang dapat memperkuat tingkah laku tikus.
·         Tombol dapat mengeluarkan makanan jika lampu dalam kotak menyala, jika gelap maka aktivitas penekanan tombol tidak menghasilkan makanan.
·         Tikus selanjutnya belajar kapan dia bisa menekan tombol yang dapat menghasilkan makanan.

7        Edward L. Thorndike juga melakukan percobaan pada Simpanse untuk membuktikan teorinya tentang hubungan stimulus dan respons. Beliau juga mengemukakan tiga hukum belajar yakni hukum kesiapan, hukum latihan, dan hukum akibat.
8        Tentang teori belajar ada dua hal yang penting yakni:
·         Behavioral teori (fenomena belajar harus dijelaskan melalui perilaku pengalaman yang dapat diobservasi. Belajar merupakan fenomena perilaku yang dapat diamati Penyebab terbentuknya perilaku ialah faktor eksternal.
Ada dua teori tentang behavioristik: clasical conditioning dan operant conditioning
Jadi, yang ditekankan dalam teori behavior adalah perubahan pada tingkah laku nyata akibat stimulus eksternal. Tingkah laku yang baik diberikan reinforcement agar tingkah laku itu terus menerus dipraktikkan, sedangkan yang tidak baik/tidak benar diberi punishment (hukuman). Namun pemberian hukuman harus memperhatikan pengaruhnya bagi jiwa anak, misalnya hukuman fisik diharapkan agar dijauhkan dalam pembelajaran, berilah hukuman yang bersifat mendidik.
·         Kognitif: proses mental yang di dalamnya mencakup pikiran, perasaan dan motif-motif. Kognitif sendiri terdiri dari aliran: kognitif sosial, pemrosesan informasi, konstruktivistik kognitif, kontrukstivistik sosial.
                       
C.  REFLEKSI
       Teori belajar behaviorisme dan teori belajar kognitivisme sebetulnya merupakan dua teori belajar yang melandasi pelaksanaan pembelajaran. Dalam tataran teoritis, mungkin saja dua teori ini berbeda dalam penekanan utamanya, satu dengan yang lainnya. Namun kalau didalami rupanya kedua teori ini akan saling melengkapi dalam tataran praksis pembelajaran di sekolah. Satu teori menekankan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari suatu pembiasaan, sedangkan yang lain mementingkan perubahan struktur kognitif (insight). Dalam konteks pembelajaran tentunya kedua hal ini (tingkah laku dan insight) memiliki peran penting dalam kemajuan dan perkembangan belajar individu.
       Hemat saya, kini aplikasi dari kedua teori ini saling melengkapi dalam pembelajaran. Teori belajar behaviorisme berimplikasi pada perilaku belajar dari lingkungan nyata sedangkan teori belajar kognitivisme berimplikasi pada pengembangan daya pikir individu. Namun patut diakui juga bahwa kadang di lapangan, ada juga tenaga pendidik yang mementingkan salah satu aplikasi dari dua teori di tersebut. Ada juga penerapan yang tidak seimbang dan kurang tepat dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya, ada guru yang menyiksa siswa secara fisik karena tidak bisa menyelesaikan suatu soal. Ini merupakan suatu ketimpangan dalam praksis suatu teori.
       Bila guru jeli mendalami teori-teori tentang pembelajaran, seharusnya tidak pada tempatnya lagi memberikan hukuman fisik terhadap anak didik. Mungkin strategi belajar trial and error akan membantu siswa dalam mengembangkan dirinya. Hukuman terhadap murid yang mungkin berbuat salah memang penting, tetapi hendaknya hukuman tersebut bukanlah hukuman fisik, melainkan hukuman yang bersifat mendidik dan memotivasi siswa untuk semakin giat dalam belajar. Misalnya memberikan tugas tambahan yang sesuai dengan tema yang dipelajari.
       Saya pribadi sangat tertarik mendalami tema “teori belajar” ini. Kelemahan satu teori dilengkapi oleh kelebihan dalam teori yang lainnya. Sehingga sangatlah bijak bila guru mendalami sedetail mungkin implikasi dari teori-teori belajar dalam kegiatan pembelajaran.
.

Nama              : Alfonsus Sam
No.induk        : 7816110450

Tidak ada komentar: