RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI
BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
HARI, TANGGAL : Selasa, 7
Pebruari 2012 JAM : 08.00-10.15
TOPIK : Learning 1 RUANG : 304
A.
SUMMARY
MATERI
Materi yang
dibahas dalam diskusi ini ialah teori belajar behavior (tingkah laku) dan teori
belajar kognitif. Teroi belajar behavioristik terdiri dari teori classical
conditioning, koneksionisme, dan operant konditioning. Sedangkan teori kognitif
dapat dipahami dalam teori pembelajaran Jean piaget, David Ausabel, J.A.
Bruner.
Teori belajar
behavioristik memfokuskan perhatiannya pada belajar sebagai suatu perilaku
manusia. Teori classical conditioning diprakarsai oleh Ivan Petrovich Pavlov yang membuat
percobaan pada anjing dan berkesimpulan bahwa tingkah laku merupakan Tingkah
laku adalah serangkaian refleks terkondisi yang terjadi melalui proses
pengkondisian. Masih dalam cara pandang yang
sama, tetapi lebih modern F.B. Skinner melakukan percobaan pada tikus dan
berkesimpulan bahwa tingkah laku merupakan respons yang timbul sebagai reaksi
terhadap stimulus. Lebih lanjut, E. L. Thorndike, menambahkan beberapa hukum
dari hubungan antara stimulus dan respons yang terdiri dari hukum kesiapan,
hukum latihan dan hukum akibat.
Implikasi
dalam pembelajaran dari teori-teori behavioristik ini ialah bahwa belajar
merupakan suatu proses pembiasaan. Individu yang terbiasa untuk belajar, maka
tidak akan kesulitan untuk memahami dan menghayati apa yang dipelajari. Selain
itu, dalam belajar sangat perlu adanya penguatan, hukuman, dan motivasi kepada
pebelajar. Prinsip-prinsip seperti kesiapan, akibat (manfaat), dan juga latihan
merupakan juga implikasi penting yang diterapkan dalam pembelajaran sebagai
buah dari teori behavioristik.
Bertolak
belakang dengan teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif memfokuskan
belajar pada penemuan dan transformasi informasi secara aktif oleh individu.
Belajar dapat dikembangkan dengan mengembangkan insight (pemahaman) dalam diri
individu. Piaget mengedepankan prinsip belajar akti, belajar lewat interaksi
sosial, dan belajar melalui pengalaman sendiri. Brumer menegaskan bahwa belajar
hendaknya mencakup pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar,
pestrukturisasian pengetahuan untuk pemahaman optimal, perincian urutan
pennyajian materi, dan cara pemberian reinforcement. Sedangkan Ausabel
menegaskan prinsip-prinsip belajar yang terdiri dari pengaturan awal,
diferensiasi progresif, dan belajar superordinat.
Implikasi
dari teori kognitif dalam pembelajaran bahwa kegiatan belajar merupakan suatu kegiatan
untuk mengembangkan pemahaman individu. Individu sendiri telah memiliki
pemahaman terhadap suatu hal. Belajar merupakan usah untuk mengembangkan
pemahaman tersebut. Konstruksi pengetahuan sendiri, belajar aktif, belajar dari
pengalaman merupakan konsep pembejaran yang diturunkan dari psikologi
kognitivisme.
Tak dapat
disangkal lagi bahwa sebetulnya kedua aliran psikologis ini (behavior dan
kognitif) selalu saling melengkapi dalam kesuksesan pembelajaran. Adalah sangat
bijak, kalau seorang guru dalam kegiatan pembelajaran bisa menjadi fasilitator
yang menerapkan kedua aliran psikologi ini. Membiasakan anak untuk belajar
mandiri dan juga kelompok, belajar dari lingkungan dan juga mengembangkan
kemampuan yang ada dalam diri sendiri merupakan langkah praksis yang bisa
dipadukan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Jadi, guru harus mampu
menggabungkan dua model pendekatan terhadap pembelajaran dalam satu kesatuan
kegiatan pembelajaran.
B.
ISU
DALAM DISKUSI
Ada tiga isu utama yang sempat diperdebatkan dalam
pembahasan topik “individual Differences” ini, yakni:
·
Implikasi dari
teori behaviorisme dalam pembelajaran, apakah ada kelemahan dan kelebihannya
(Puryati)
Teori
behaviorisme sebagamana yang diwariskan dari Pavlov, Skinner, dan Thorndike mengedepankan
makna belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku (perilaku) individu akibat
pembiasaan pengaruh hubungan stimulus dan respons. Tingkah laku yang
dikondisikan itu akan terbiasa kalau dibiasakan. Dalam konteks belajar,
kegiatan-kegiatan atau materi-materi yang dipelajari akan membekas dan menjadi
milik siswa (pebelajar) kalau itu dilakukan secara terus menerus sampai pada
akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan yang melekat pada diri individu. Dalam
bentuk yang lain implikasi dari teori ini dalam pembelajaran ialah perlunya
hukuman dan penguatan bagi pebelajar agar terpacu untuk semakin giat dalam
belajar.
Setiap
teori tentu selalu memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Kelebihannya ialah
bahwa teori ini mengisyaratkan pentingnya pengaruh lingkungan dalam mendukung
kebiasaan tingkah laku individu dan pentingnya suatu proses trial and error
dalam upaya pembelajaran. Selain itu juga konsep pembelajaran masing-masing
bagian dan juga pengaruh model pembelajaran waktu lampau sangat mempengaruhi
pembelajaran. Namun kadang kalau hal ini terlalu terfokus, maka akan menjadi
suatu kelemahan dari konsep behavior ini. Misalnya, karena terlalu terfokus
pada pengaruh lingkungan, akan mengakibatkan pebelajar seperti mesin (mekanik)
yang kurang memperhatikan keseimbangan dirinya, kurang mementingkan apa yang
ada dalam dirinya sendiri. Selain itu, struktur kognitif dan insight pebelajar
kurang diperhatikan, karena lebih terfokus pada pembiasaan sesuai dengan
pengalaman masa lampau dan tidak mementingkan perkembangan anak yang saat ini.
·
Ada tiga percobaan
yang dibuat oleh para ahli psikologi behavior, bagaimana aplikasi dari
percobaan tersebut dan apakah ada satu teori yang dihasilkan dari
percobaan-percobaan tersebut (Rahmat)
Masing-masing
ahli memiliki metodenya tersendiri untuk membuktikan teorinya. Dalam aliran
Behaviorisme, sekurangnya ada tiga ahli yang membuat percobaan dengan
menggunakan hewan sebagai objek percobaan.
Pavlov
melakukan percobaan dengan anjing. Pavlov mencoba mengamati hubungan antara makanan,
lonceng, dan keluarnya air liur anjing. Karena dibiasakan sebelum memberi makan
kepada anjingnya, dia selalu membunyikan lonceng terlebih dahulu. Pada
gilirannya, ketika loncceng dibunyikan tanpa menyiaokan makanan, air liur
anjing melele. Hal ini membuktikan bahwa anjing sudah membayangkan bahwa akan
ada makan. Percobaan ini akhirnya memotivasi Pavlov untuk mengambil kesimpulan
bahwa tingkah laku terbentuk dari pembiasaan. Aplikasinya dalam pembelajaran
ialah bahwa belajar merupakan tingkah laku individu yang mesti dibiasakan.
Skinner,
membuat percobaan pada tikus. Hal ini terkesan lebih modern bila dibandingkan
dengan percobaan Pavlov. Dari hasil percobaannya dia menyimpulkan bahwa tingkah
laku individu merupakan respons yang timbul sebagai rekasi terhadap stimulus.
Teori ini dikenal dengan istilah operant conditioning. Implikasinya dalam
pembelajaran ialah bahwa pembelajaran merupakan upaya melakukan hubungan
stimulus-respons sebanyak-banyaknya. Agar hal ini dapat terlaksana dengan baik
dan tidak membosankan, hendaknya guru menyediakan reward bagi para siswanya.
Hadiah (penguatan) yang diberikan oleh guru akan memicu anak didik dalam
belajar dan berprestasi.
Thorndike,
melakukan percobaan pada Simpanse. Simpanse yang lapar diletakkan dalam sebuah
jeruji besi. Di dalam jeruji itu diletakkan pula sebatang tongkat, dan di luar
jeruji ada sebuah pisang masak. Dalam keadaan lapar, Simpanse dapat membuat
hubungan antara pisang, tongkat, dan rasa laparnya. Akhirnya, dia bisa
menggunakan tongkat untuk mendapatkan pisang yang berada di luar jeruji. Dari
hasil percobaan ini, dapat ditegaskan bahwa belajar merupakan usaha pembentukan
asosiasi berdasarkan pengalaman. Thorndike juga mengemukakan tiga hukum dalam
belajar yakni hukum kesiapan, akibat, dan latihan. Belajar dapat berhasil bila
ada kesiapan, dilatih secara berkesinambungan, dan membawa akibat yang berguna
bagi pebelajar. Itulah implikasi dari teori belajar koneksionisme
(stimulus-respons) dari Thorndike.
.
·
Permainan simbolis
merupakan ungkapan dari anak. Apa maksudnya? (Sandra Novieta)
Permainan
simbolis yang dimaksudkan di sini ialah bahwa anak-anak Imitasi
tak langsung membuat imitasi yang secara tidak langsung dari bendanya sendiri.
Contoh: anak bermain kue-kuean sendiri, pasar-pasaran. Ini dialami individu pada tahap praoperasional (usia
2-7 tahun). Peran orang tua dan lingkungan pada tahap praoperasional ini sangat
penting. Saat ini anak sudah bisa mengidentifikasi diri sebagai perempuan dan
laki-laki. Sebaiknya dalam memilih jenis permainan untuk anak, orang tua
memberi ruang gerak yang cukup buat anak dan memilih permainan yang sesuai
dengan peran jenis kelamin, misalnya, anak laki-laki main mobil-mobilan dan
anak perempuan main boneka, masak-masakkan, dan lain-lain.
Bila
pendampingan dan peran orang tua dalam memilih permainan ini kurang, anak akan
cendrung berkembang kurang maksimal, bahkan anak perempuan akan berperan
seperti anak laki-laki, demikian pun sebaliknya. Oleh karena itu, peran
pengawasan dari orang tua sangat diperluan dalam tahap praoperasional demi
perkembangan individu sesuai dengan jenis kelaminnya.
·
Masukkan dari Pak
Asep:
1
Paham tentang teori
behaviorisme dan kognitif sebenarnya tidak pernah dirumuskan oleh para
penggagasnya. Yang merumuskan dan membagi teori-teori dalam kelompok
behaviorisme dan kognitif ialah para pengikut yang muncul kemudian dan mencoba
mengklasifikasikan dengan jelas perbedaan antara kedua aliran tersebut.
2
Sebetulnya paham
behaviorisme muncul dari psikologi gestal, fungsionalisme, dan psikoanalisa.
Selanjutnya behaviorisme tampak dalam psikologi kognitif dan psikologi holistik
(humanisme).
3
Teori belajar
kognitif berarti pandangan tentang teori belajar dari cara pandang psikologi
kognitif, sedangkan teori belajar behavior berarti pendangan tentang teori
belajar dari sudut psikologi behavioristik.
4
Pendiri
behaviorisme ialah J.B. Watson (1878-1958). Menurutnya, Psikologi harus
objektif eksperinsial sebagai bagian dari pengetahuan alam. Psikologi adalah
ilmu tentang tingkah laku bukan tentang kesadaran. Dalam pandangan
behavioristik, Istilah stimulus, respons, habit, learning, lebih mendapat
tempat dari pada consiosness, will, sensation. Para penganut behavior tidak
menyetujui metode introspeksi karena diragukan ketelitian, kebenaran, dan
objektivitasnya. Mereka mengakui adanya tingkah laku yang bisa diamati.
5
Inspirator munculnya
istilah behaviorisme ialah Ivan P. Pavlov. Menurutnya, Tingkah laku adalah
serangkaian refleks terkondisi yang terjadi mealui proses pengkondisian. Dia
melakukan percobaan pada Anjing, berikut prosesnya:
·
Tombol ditekan,
keluar makanan (US)
·
Anjing mengeluarkan
air liur (UR)
·
Dibunyikan bel
sebelum makanan keluar
·
Anjing mengeluarkan
air liur apa bila mendengarkan bunyi bel
·
Bunyi bel (CS)
·
Air liur karena bel
(CR)
6
Selain Pavlov, B.F.
Skinner juga membuat percobaan pada tikus untuk memperjelas teori belajar
aliran behavior. Prosesnya ialah sebagai berikut:
·
Tikus diletakkan
dalam kotak
·
Secara kebetulan
menginjak tombol
·
Keluar makanan
·
Selanjutnya tikus
dengan sengaja menginjak tombol jika menginginkan makanan (tingkah laku
operant0
·
Makanan sebagai
reward yang dapat memperkuat tingkah laku tikus.
·
Tombol dapat
mengeluarkan makanan jika lampu dalam kotak menyala, jika gelap maka aktivitas
penekanan tombol tidak menghasilkan makanan.
·
Tikus selanjutnya
belajar kapan dia bisa menekan tombol yang dapat menghasilkan makanan.
7
Edward L. Thorndike
juga melakukan percobaan pada Simpanse untuk membuktikan teorinya tentang
hubungan stimulus dan respons. Beliau juga mengemukakan tiga hukum belajar
yakni hukum kesiapan, hukum latihan, dan hukum akibat.
8
Tentang teori
belajar ada dua hal yang penting yakni:
·
Behavioral teori
(fenomena belajar harus dijelaskan melalui perilaku pengalaman yang dapat
diobservasi. Belajar merupakan fenomena perilaku yang
dapat diamati Penyebab terbentuknya perilaku ialah faktor eksternal.
Ada dua teori tentang behavioristik: clasical
conditioning dan operant conditioning
Jadi, yang ditekankan dalam teori behavior adalah
perubahan pada tingkah laku nyata akibat stimulus eksternal. Tingkah laku yang
baik diberikan reinforcement agar tingkah laku itu terus menerus dipraktikkan,
sedangkan yang tidak baik/tidak benar diberi punishment (hukuman). Namun
pemberian hukuman harus memperhatikan pengaruhnya bagi jiwa anak, misalnya
hukuman fisik diharapkan agar dijauhkan dalam pembelajaran, berilah hukuman
yang bersifat mendidik.
·
Kognitif: proses
mental yang di dalamnya mencakup pikiran, perasaan dan motif-motif. Kognitif
sendiri terdiri dari aliran: kognitif sosial, pemrosesan informasi, konstruktivistik
kognitif, kontrukstivistik sosial.
C.
REFLEKSI
Teori belajar
behaviorisme dan teori belajar kognitivisme sebetulnya merupakan dua teori
belajar yang melandasi pelaksanaan pembelajaran. Dalam tataran teoritis,
mungkin saja dua teori ini berbeda dalam penekanan utamanya, satu dengan yang
lainnya. Namun kalau didalami rupanya kedua teori ini akan saling melengkapi
dalam tataran praksis pembelajaran di sekolah. Satu teori menekankan perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari suatu pembiasaan, sedangkan yang lain
mementingkan perubahan struktur kognitif (insight). Dalam konteks pembelajaran
tentunya kedua hal ini (tingkah laku dan insight) memiliki peran penting dalam
kemajuan dan perkembangan belajar individu.
Hemat saya,
kini aplikasi dari kedua teori ini saling melengkapi dalam pembelajaran. Teori
belajar behaviorisme berimplikasi pada perilaku belajar dari lingkungan nyata
sedangkan teori belajar kognitivisme berimplikasi pada pengembangan daya pikir
individu. Namun patut diakui juga bahwa kadang di lapangan, ada juga tenaga
pendidik yang mementingkan salah satu aplikasi dari dua teori di tersebut. Ada
juga penerapan yang tidak seimbang dan kurang tepat dalam kegiatan
pembelajaran. Misalnya, ada guru yang menyiksa siswa secara fisik karena tidak bisa
menyelesaikan suatu soal. Ini merupakan suatu ketimpangan dalam praksis suatu
teori.
Bila guru
jeli mendalami teori-teori tentang pembelajaran, seharusnya tidak pada
tempatnya lagi memberikan hukuman fisik terhadap anak didik. Mungkin strategi
belajar trial and error akan membantu siswa dalam mengembangkan dirinya.
Hukuman terhadap murid yang mungkin berbuat salah memang penting, tetapi
hendaknya hukuman tersebut bukanlah hukuman fisik, melainkan hukuman yang
bersifat mendidik dan memotivasi siswa untuk semakin giat dalam belajar.
Misalnya memberikan tugas tambahan yang sesuai dengan tema yang dipelajari.
Saya pribadi
sangat tertarik mendalami tema “teori belajar” ini. Kelemahan satu teori
dilengkapi oleh kelebihan dalam teori yang lainnya. Sehingga sangatlah bijak
bila guru mendalami sedetail mungkin implikasi dari teori-teori belajar dalam
kegiatan pembelajaran.
.
Nama : Alfonsus Sam
No.induk : 7816110450
Tidak ada komentar:
Posting Komentar