Sabtu, 02 Juni 2012

Resume Materi (Learning 1)


RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

HARI, TANGGAL   :  Selasa, 7 Pebruari 2012                 JAM               08.00-10.15
TOPIK                       :  Learning 1                                      RUANG         : 304


A.  SUMMARY MATERI
       Materi yang dibahas dalam diskusi ini ialah teori belajar behavior (tingkah laku) dan teori belajar kognitif. Teroi belajar behavioristik terdiri dari teori classical conditioning, koneksionisme, dan operant konditioning. Sedangkan teori kognitif dapat dipahami dalam teori pembelajaran Jean piaget, David Ausabel, J.A. Bruner.
       Teori belajar behavioristik memfokuskan perhatiannya pada belajar sebagai suatu perilaku manusia. Teori classical conditioning diprakarsai oleh Ivan Petrovich Pavlov yang membuat percobaan pada anjing dan berkesimpulan bahwa tingkah laku merupakan Tingkah laku adalah serangkaian refleks terkondisi yang terjadi melalui proses pengkondisian. Masih dalam cara pandang yang sama, tetapi lebih modern F.B. Skinner melakukan percobaan pada tikus dan berkesimpulan bahwa tingkah laku merupakan respons yang timbul sebagai reaksi terhadap stimulus. Lebih lanjut, E. L. Thorndike, menambahkan beberapa hukum dari hubungan antara stimulus dan respons yang terdiri dari hukum kesiapan, hukum latihan dan hukum akibat.
       Implikasi dalam pembelajaran dari teori-teori behavioristik ini ialah bahwa belajar merupakan suatu proses pembiasaan. Individu yang terbiasa untuk belajar, maka tidak akan kesulitan untuk memahami dan menghayati apa yang dipelajari. Selain itu, dalam belajar sangat perlu adanya penguatan, hukuman, dan motivasi kepada pebelajar. Prinsip-prinsip seperti kesiapan, akibat (manfaat), dan juga latihan merupakan juga implikasi penting yang diterapkan dalam pembelajaran sebagai buah dari teori behavioristik.
       Bertolak belakang dengan teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif memfokuskan belajar pada penemuan dan transformasi informasi secara aktif oleh individu. Belajar dapat dikembangkan dengan mengembangkan insight (pemahaman) dalam diri individu. Piaget mengedepankan prinsip belajar akti, belajar lewat interaksi sosial, dan belajar melalui pengalaman sendiri. Brumer menegaskan bahwa belajar hendaknya mencakup pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar, pestrukturisasian pengetahuan untuk pemahaman optimal, perincian urutan pennyajian materi, dan cara pemberian reinforcement. Sedangkan Ausabel menegaskan prinsip-prinsip belajar yang terdiri dari pengaturan awal, diferensiasi progresif, dan belajar superordinat.
       Implikasi dari teori kognitif dalam pembelajaran bahwa kegiatan belajar merupakan suatu kegiatan untuk mengembangkan pemahaman individu. Individu sendiri telah memiliki pemahaman terhadap suatu hal. Belajar merupakan usah untuk mengembangkan pemahaman tersebut. Konstruksi pengetahuan sendiri, belajar aktif, belajar dari pengalaman merupakan konsep pembejaran yang diturunkan dari psikologi kognitivisme.
       Tak dapat disangkal lagi bahwa sebetulnya kedua aliran psikologis ini (behavior dan kognitif) selalu saling melengkapi dalam kesuksesan pembelajaran. Adalah sangat bijak, kalau seorang guru dalam kegiatan pembelajaran bisa menjadi fasilitator yang menerapkan kedua aliran psikologi ini. Membiasakan anak untuk belajar mandiri dan juga kelompok, belajar dari lingkungan dan juga mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri sendiri merupakan langkah praksis yang bisa dipadukan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Jadi, guru harus mampu menggabungkan dua model pendekatan terhadap pembelajaran dalam satu kesatuan kegiatan pembelajaran.


B.  ISU DALAM DISKUSI
Ada tiga isu utama yang sempat diperdebatkan dalam pembahasan topik “individual Differences” ini, yakni:
·         Implikasi dari teori behaviorisme dalam pembelajaran, apakah ada kelemahan dan kelebihannya (Puryati)
             Teori behaviorisme sebagamana yang diwariskan dari Pavlov, Skinner, dan Thorndike mengedepankan makna belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku (perilaku) individu akibat pembiasaan pengaruh hubungan stimulus dan respons. Tingkah laku yang dikondisikan itu akan terbiasa kalau dibiasakan. Dalam konteks belajar, kegiatan-kegiatan atau materi-materi yang dipelajari akan membekas dan menjadi milik siswa (pebelajar) kalau itu dilakukan secara terus menerus sampai pada akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan yang melekat pada diri individu. Dalam bentuk yang lain implikasi dari teori ini dalam pembelajaran ialah perlunya hukuman dan penguatan bagi pebelajar agar terpacu untuk semakin giat dalam belajar.
                        Setiap teori tentu selalu memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Kelebihannya ialah bahwa teori ini mengisyaratkan pentingnya pengaruh lingkungan dalam mendukung kebiasaan tingkah laku individu dan pentingnya suatu proses trial and error dalam upaya pembelajaran. Selain itu juga konsep pembelajaran masing-masing bagian dan juga pengaruh model pembelajaran waktu lampau sangat mempengaruhi pembelajaran. Namun kadang kalau hal ini terlalu terfokus, maka akan menjadi suatu kelemahan dari konsep behavior ini. Misalnya, karena terlalu terfokus pada pengaruh lingkungan, akan mengakibatkan pebelajar seperti mesin (mekanik) yang kurang memperhatikan keseimbangan dirinya, kurang mementingkan apa yang ada dalam dirinya sendiri. Selain itu, struktur kognitif dan insight pebelajar kurang diperhatikan, karena lebih terfokus pada pembiasaan sesuai dengan pengalaman masa lampau dan tidak mementingkan perkembangan anak yang saat ini.
                       
·         Ada tiga percobaan yang dibuat oleh para ahli psikologi behavior, bagaimana aplikasi dari percobaan tersebut dan apakah ada satu teori yang dihasilkan dari percobaan-percobaan tersebut (Rahmat)
             Masing-masing ahli memiliki metodenya tersendiri untuk membuktikan teorinya. Dalam aliran Behaviorisme, sekurangnya ada tiga ahli yang membuat percobaan dengan menggunakan hewan sebagai objek percobaan.
             Pavlov melakukan percobaan dengan anjing. Pavlov mencoba mengamati hubungan antara makanan, lonceng, dan keluarnya air liur anjing. Karena dibiasakan sebelum memberi makan kepada anjingnya, dia selalu membunyikan lonceng terlebih dahulu. Pada gilirannya, ketika loncceng dibunyikan tanpa menyiaokan makanan, air liur anjing melele. Hal ini membuktikan bahwa anjing sudah membayangkan bahwa akan ada makan. Percobaan ini akhirnya memotivasi Pavlov untuk mengambil kesimpulan bahwa tingkah laku terbentuk dari pembiasaan. Aplikasinya dalam pembelajaran ialah bahwa belajar merupakan tingkah laku individu yang mesti dibiasakan.
             Skinner, membuat percobaan pada tikus. Hal ini terkesan lebih modern bila dibandingkan dengan percobaan Pavlov. Dari hasil percobaannya dia menyimpulkan bahwa tingkah laku individu merupakan respons yang timbul sebagai rekasi terhadap stimulus. Teori ini dikenal dengan istilah operant conditioning. Implikasinya dalam pembelajaran ialah bahwa pembelajaran merupakan upaya melakukan hubungan stimulus-respons sebanyak-banyaknya. Agar hal ini dapat terlaksana dengan baik dan tidak membosankan, hendaknya guru menyediakan reward bagi para siswanya. Hadiah (penguatan) yang diberikan oleh guru akan memicu anak didik dalam belajar dan berprestasi.
             Thorndike, melakukan percobaan pada Simpanse. Simpanse yang lapar diletakkan dalam sebuah jeruji besi. Di dalam jeruji itu diletakkan pula sebatang tongkat, dan di luar jeruji ada sebuah pisang masak. Dalam keadaan lapar, Simpanse dapat membuat hubungan antara pisang, tongkat, dan rasa laparnya. Akhirnya, dia bisa menggunakan tongkat untuk mendapatkan pisang yang berada di luar jeruji. Dari hasil percobaan ini, dapat ditegaskan bahwa belajar merupakan usaha pembentukan asosiasi berdasarkan pengalaman. Thorndike juga mengemukakan tiga hukum dalam belajar yakni hukum kesiapan, akibat, dan latihan. Belajar dapat berhasil bila ada kesiapan, dilatih secara berkesinambungan, dan membawa akibat yang berguna bagi pebelajar. Itulah implikasi dari teori belajar koneksionisme (stimulus-respons) dari Thorndike.
.
·         Permainan simbolis merupakan ungkapan dari anak. Apa maksudnya? (Sandra Novieta)
             Permainan simbolis yang dimaksudkan di sini ialah bahwa anak-anak Imitasi tak langsung membuat imitasi yang secara tidak langsung dari bendanya sendiri. Contoh: anak bermain kue-kuean sendiri, pasar-pasaran. Ini dialami individu pada tahap praoperasional (usia 2-7 tahun). Peran orang tua dan lingkungan pada tahap praoperasional ini sangat penting. Saat ini anak sudah bisa mengidentifikasi diri sebagai perempuan dan laki-laki. Sebaiknya dalam memilih jenis permainan untuk anak, orang tua memberi ruang gerak yang cukup buat anak dan memilih permainan yang sesuai dengan peran jenis kelamin, misalnya, anak laki-laki main mobil-mobilan dan anak perempuan main boneka, masak-masakkan, dan lain-lain.
             Bila pendampingan dan peran orang tua dalam memilih permainan ini kurang, anak akan cendrung berkembang kurang maksimal, bahkan anak perempuan akan berperan seperti anak laki-laki, demikian pun sebaliknya. Oleh karena itu, peran pengawasan dari orang tua sangat diperluan dalam tahap praoperasional demi perkembangan individu sesuai dengan jenis kelaminnya.



·         Masukkan dari Pak Asep:
1        Paham tentang teori behaviorisme dan kognitif sebenarnya tidak pernah dirumuskan oleh para penggagasnya. Yang merumuskan dan membagi teori-teori dalam kelompok behaviorisme dan kognitif ialah para pengikut yang muncul kemudian dan mencoba mengklasifikasikan dengan jelas perbedaan antara kedua aliran tersebut.
2        Sebetulnya paham behaviorisme muncul dari psikologi gestal, fungsionalisme, dan psikoanalisa. Selanjutnya behaviorisme tampak dalam psikologi kognitif dan psikologi holistik (humanisme).
3        Teori belajar kognitif berarti pandangan tentang teori belajar dari cara pandang psikologi kognitif, sedangkan teori belajar behavior berarti pendangan tentang teori belajar dari sudut psikologi behavioristik.
4        Pendiri behaviorisme ialah J.B. Watson (1878-1958). Menurutnya, Psikologi harus objektif eksperinsial sebagai bagian dari pengetahuan alam. Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku bukan tentang kesadaran. Dalam pandangan behavioristik, Istilah stimulus, respons, habit, learning, lebih mendapat tempat dari pada consiosness, will, sensation. Para penganut behavior tidak menyetujui metode introspeksi karena diragukan ketelitian, kebenaran, dan objektivitasnya. Mereka mengakui adanya tingkah laku yang bisa diamati.
5        Inspirator munculnya istilah behaviorisme ialah Ivan P. Pavlov. Menurutnya, Tingkah laku adalah serangkaian refleks terkondisi yang terjadi mealui proses pengkondisian. Dia melakukan percobaan pada Anjing, berikut prosesnya:
·         Tombol ditekan, keluar makanan (US)
·         Anjing mengeluarkan air liur (UR)
·         Dibunyikan bel sebelum makanan keluar
·         Anjing mengeluarkan air liur apa bila mendengarkan bunyi bel
·         Bunyi bel (CS)
·         Air liur karena bel (CR)
6        Selain Pavlov, B.F. Skinner juga membuat percobaan pada tikus untuk memperjelas teori belajar aliran behavior. Prosesnya ialah sebagai berikut:
·         Tikus diletakkan dalam kotak
·         Secara kebetulan menginjak tombol
·         Keluar makanan
·         Selanjutnya tikus dengan sengaja menginjak tombol jika menginginkan makanan (tingkah laku operant0
·         Makanan sebagai reward yang dapat memperkuat tingkah laku tikus.
·         Tombol dapat mengeluarkan makanan jika lampu dalam kotak menyala, jika gelap maka aktivitas penekanan tombol tidak menghasilkan makanan.
·         Tikus selanjutnya belajar kapan dia bisa menekan tombol yang dapat menghasilkan makanan.

7        Edward L. Thorndike juga melakukan percobaan pada Simpanse untuk membuktikan teorinya tentang hubungan stimulus dan respons. Beliau juga mengemukakan tiga hukum belajar yakni hukum kesiapan, hukum latihan, dan hukum akibat.
8        Tentang teori belajar ada dua hal yang penting yakni:
·         Behavioral teori (fenomena belajar harus dijelaskan melalui perilaku pengalaman yang dapat diobservasi. Belajar merupakan fenomena perilaku yang dapat diamati Penyebab terbentuknya perilaku ialah faktor eksternal.
Ada dua teori tentang behavioristik: clasical conditioning dan operant conditioning
Jadi, yang ditekankan dalam teori behavior adalah perubahan pada tingkah laku nyata akibat stimulus eksternal. Tingkah laku yang baik diberikan reinforcement agar tingkah laku itu terus menerus dipraktikkan, sedangkan yang tidak baik/tidak benar diberi punishment (hukuman). Namun pemberian hukuman harus memperhatikan pengaruhnya bagi jiwa anak, misalnya hukuman fisik diharapkan agar dijauhkan dalam pembelajaran, berilah hukuman yang bersifat mendidik.
·         Kognitif: proses mental yang di dalamnya mencakup pikiran, perasaan dan motif-motif. Kognitif sendiri terdiri dari aliran: kognitif sosial, pemrosesan informasi, konstruktivistik kognitif, kontrukstivistik sosial.
                       
C.  REFLEKSI
       Teori belajar behaviorisme dan teori belajar kognitivisme sebetulnya merupakan dua teori belajar yang melandasi pelaksanaan pembelajaran. Dalam tataran teoritis, mungkin saja dua teori ini berbeda dalam penekanan utamanya, satu dengan yang lainnya. Namun kalau didalami rupanya kedua teori ini akan saling melengkapi dalam tataran praksis pembelajaran di sekolah. Satu teori menekankan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari suatu pembiasaan, sedangkan yang lain mementingkan perubahan struktur kognitif (insight). Dalam konteks pembelajaran tentunya kedua hal ini (tingkah laku dan insight) memiliki peran penting dalam kemajuan dan perkembangan belajar individu.
       Hemat saya, kini aplikasi dari kedua teori ini saling melengkapi dalam pembelajaran. Teori belajar behaviorisme berimplikasi pada perilaku belajar dari lingkungan nyata sedangkan teori belajar kognitivisme berimplikasi pada pengembangan daya pikir individu. Namun patut diakui juga bahwa kadang di lapangan, ada juga tenaga pendidik yang mementingkan salah satu aplikasi dari dua teori di tersebut. Ada juga penerapan yang tidak seimbang dan kurang tepat dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya, ada guru yang menyiksa siswa secara fisik karena tidak bisa menyelesaikan suatu soal. Ini merupakan suatu ketimpangan dalam praksis suatu teori.
       Bila guru jeli mendalami teori-teori tentang pembelajaran, seharusnya tidak pada tempatnya lagi memberikan hukuman fisik terhadap anak didik. Mungkin strategi belajar trial and error akan membantu siswa dalam mengembangkan dirinya. Hukuman terhadap murid yang mungkin berbuat salah memang penting, tetapi hendaknya hukuman tersebut bukanlah hukuman fisik, melainkan hukuman yang bersifat mendidik dan memotivasi siswa untuk semakin giat dalam belajar. Misalnya memberikan tugas tambahan yang sesuai dengan tema yang dipelajari.
       Saya pribadi sangat tertarik mendalami tema “teori belajar” ini. Kelemahan satu teori dilengkapi oleh kelebihan dalam teori yang lainnya. Sehingga sangatlah bijak bila guru mendalami sedetail mungkin implikasi dari teori-teori belajar dalam kegiatan pembelajaran.
.

Nama              : Alfonsus Sam
No.induk        : 7816110450

Resume Materi (Motivation)


RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

HARI, TANGGAL   :  Kamis, 9 Pebruari 2012                 JAM               10.15-12.15
TOPIK                       :  Motivation                                      RUANG         : 403


A.  SUMMARY MATERI
       Ada banyak definisi tentang motivasi individu. Secara umum, motivasi dipahami sebagai suatu dorongan internal, atau suatu situasi psikologis manusia yang menunjukkan suatu keinginan, semangat untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Sederhananya, motivasi dilihat sebagai sesuatu yang menyebabkan orang bertindak atau melakukan sesuatu.
       Motivasi terdiri dari dua bentuk yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik merupakan motivasi (keinginan) yang timbul dari dalam diri siswa (individu), sedangkan motivasi ekstrinsik ialah motivasi yang muncul dari sesuatu di luar diri siswa.
       Dalam konteks teori belajar kognitif, motivasi terkait dengan keyakinan, harapan dan kebutuhan, kemungkinan dan pemahaman siswa. Dalam konteks teori humanisme, motivasi mengisyaratkan hubungan yang baik antara guru dan murid, serta suasana kelas yang kondusif. Sedangkan dalam konteks teori belajar behaviorisme, motivasi erat kaitannya dengan konsep kontiguity, konsep reinforcement, punishment dan modelling.
       Ada banyak teori tentang motivasi. Di antaranya ialah Teori Maslow, teori Herzberg, teori McClellend, teori Vroom, dan teori equaty dan pencapaian tujuan. Semuanya bermuara pada pemahaman bahwa motivasi selalu berkaitan dengan kehendak atau keinginan individu untuk melakukan sesuatu.
       Menurut Teori Humanistis, ada beberapa cara memotivasi siswa, yakni memperlakukan siswa sebagai manusia, lalu sebagai anak didik; Hargai dan hormati anak didik tanpa syarat ( unconditioned positive regards); Ciptakan suasana kelas yang nyaman; Pertimbangankan untuk    penyelenggaraan proses pembelajaran dari perspektif  siswa     .
       Dalam konteks pembelajaran, motivasi selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar akan tercapai dan maksimal bila siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Selain berkaitan dengan prestasi belajar, motivasi juga dapat dilihat sebagai salah satu komponen sosial yang amat erat berhubungan dengan konteks sosial budaya, motif sosial, hubungan sosial dan konteks sosiokultural.

B.  ISU DALAM DISKUSI
·         Pengertian motivasi bertolak belakang dengan contoh. Sebagaimana diketahui bahwa motivasi lebih dipahami sebagai dorongan internal. Lalu ada contoh bahwa pemberian hadiah bagi peserta didik merupakan salah satu bentuk motivasi ekstrinsik. Tidakkah hal ini bertolak belakang dengan pengertian motivasi? (Alfonsus Sam)
            Motivasi pada dasarnya merupakan suatu dorongan dari dalam diri seseorang. Motivasi dikehendaki berasal dari diri siswa sendiri. Namun ini tidak cukup, bagaimanapun juga sangat dibutuhkan motivasi dari luar diri siswa. Hadiah disebut sebagai motivasi karena memang dengan hadiah yang dijanjikan anak didik akan termotivasi untuk belajar. Memang agak susah membedakannya dengan penguatan, karena motivasi dan penguatan dapat dibaca dalam satu kesatuan yang saling berkaitan. Penguatan juga bahkan merupakan bentuk dari motivasi eksternal.

·         Ada anak didik yang agak sulit untuk dimotivasi agar belajar dengan giat. Bagaimanakah upaya yang bisa ditempuh guru dalam menumbuhkan motivasi intrinsik anak seperti itu? (Dityas)
             Belajar pada teori humanisme, kita dapat menemukan beberapa upaya/usaha untuk membangun motivasi intrinsik siswa, seperti:
F Perlakukan siswa pertama-tama dan paling utama sebagai manusia, lalu sebagai anak didik.
F Hargai dan hormatilah hak dan kewajiban anak tanpa syarat.
F Ciptakan suasana kelas yang nyaman.
F Pertimbangkan untuk proses pembelajaran dari perspektif siswa.

·         Variabel-variabel apa sajakah yang menjadi tanda seorang anak termotivasi dalam belajar? (Evi Sofia)
            Ada banyak variabel (indikator) yang menjadi tanda seorang anak termotivasi dalam belajar, di antaranya:        
F Faktor inteligensi
F Faktor lingkugan sosial
F Faktor keluarga
F Minat anak itu sendiri
F Peran guru dalam membangkitkan minat dan memotivasi siswa
F Peran guru khusus untuk memberikan pendampingan khusus terhadap siswa sesuai dengan perkembangannya.

·         Masukkan dari Pak Asep:
F Istilah motivasi secara sederhana dapat dipahami sebagai sesuatu yang menyebabkan orang bertindak atau melakukan sesuatu. Atau juga suatu situasi psikologis yang menunjukkan suatu keinginan, semangat, untuk melakukan sesuatu.
F Motivasi dibedakan atas dua yakni motivasi intrinsik yang mengarahkan seseorang belajar demi belajar; dan motivasi ekstrinsik, yang mengarahkan seseorang bahwa belajar bukan demi belajar tetapi demi ijazah, nilai ulangan, nilai ujian, dan lain-lain. Selain dua motivasi tersebut, ada satu motivasi yang kandungan kebenarannya susah ditebak, yang berwujud keikhlasan. Motivasi ini hanyalah bisa diketahui oleh Dia Yang Maha Tahu.
F Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi sangat signifikan dan positif antara motivasi belajar dan prestasi belajar peserta didik. Siswa yang belajar dengan mengedepankan motivasi intrinsik, cendrung lebih berprestasi bila dibandingkan dengan siswa yang mengedepankan motivasi belajar ekstrinsik. Selain itu ditemukan bahwa motivasi selalu bersifat dinamis.
F Ada beberapa indikator penanda motivasi seseorang: durasi motivasi, frekuensi motivasi, presestensi (ketekunan), ketabahan dan ulet, devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, tigkat aspirasi yang hendak dicapai, tingkat kualifikasi produk yang dihasilkan dari kegiatan, dan arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
F Teori-teori motivasi terdiri dari behavioral motivation, humanistic motivation, cognitif motivation, dan socio-cultural motivation.
F Beberapa tindakan praktis memotivasi siswa dalam belajar:
*        Perlakukan murid sebagai manusia lalu anak didik.
*        Membangun relasi yang kuat antara guru dengan murid.
*        Pertimbangkan untuk menyelenggarakan proses pembelajaran dari perspektif siswa.
*        Hargailah dan hormatilah hak dan kewajiban siswa.
*        Menciptakan situasi kelas yang kondusif.
                       
C.  REFLEKSI
       Motivasi mutlak perlu dalam proses belajar dan perkembangan manusia. Saya pribadi melihat motivasi semacam roh yang mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia. Dengan perkataan lain, motivasi merupakan landasan bagi seseorang untuk melakukan, berpikir, dan bertindak sesuai dengan kesadaran dirinya sebagai manusia.
       Motivasi sendiri dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Hemat saya walaupun ada pembedaan antara model atau bentuk motivasi seorang individu tetap mengarah pada perkembangan individu itu sendiri berdasarkan motivasinya sendiri. Boleh jadi, motivasi dari luar (ekstrinsik) hanyalah sebagai pendorong untuk menumbuhkan motivasi intrinsik siswa. Hal inilah yang mungkin membebankan guru di sekolah dalam usaha mendampingi anak-anak agar termotivasi untuk belajar.
       Mungkin harus diakui bahwa sekarang ini, sangat sedikit sekali pebelajar yang memiliki motivasi intrinsik dalam belajar. Saya berasumsi bahwa hal ini disebabkan oleh globalisasi dan juga sistem dalam pendidikan itu sendiri. Pengaruh globalisasi yang menjanjikan banyak pesona, justru menjadi motivasi bagi pebelajar untuk belajar.
       Dalam kaitannya dengan sistem, sistem pendidikan seakan-akan memaksa pebelajar untuk belajar demi tujuan tertentu, buka demi belajar itu sendiri. Iming-iming nilai bagus, sekadar lulus UN, dan lain-lain. Guru di sekolah menengah dan sekolah dasar, bahkaan dosen di perguruan tinggi selalu menekankan hal ini. para pebelajar (khususnya di pendidikan dasar dan menengah) dipaksa untuk menguasai banyak materi dengan orientasi utama untuk lulus dalam ujian akhir (Ujian Nasional). Akibatnya, para pebelajar selalu dihantui oleh rasa takut menghadapi ujian akhir tersebut. Bukan tidak mungkin pada gilirannya pebelajar akan kehilangan motivasi intrinsik.
       Memang, untuk mengubah pola dan sistem pendidikan seperti ini tidaklah semudah membolak-balikkan telapak tangan. Perlu upaya keras semua pihak yang berkepentingan di dalamnya. Sumbangan dari paham humanisme menaruh harapan besar agar mengubah sistem pendidikan yang terlalu menekankan motivasi ekstrinsik dalam pembelajaran. Semoga.
Nama              : Alfonsus Sam
No.induk        : 7816110450

Resume Materi (Cllassroom Management)


RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

HARI, TANGGAL   :  Selasa, 16 Pebruari 2012               JAM               09.00-11.15
TOPIK                       :  Classroom Management                RUANG         : 403


A.  SUMMARY MATERI
       Materi yang dibahas dalam topik ini ialah managemen/pengelolahan kelas. Yang diutamakan ialah peran guru, murid, dan lingkungan dalam mengelolah kegiatan pembelajaran di kelas serta beberapa persoalan dalam manajemen kelas.
            Guru adalah seorang komunikator artinya sebagai media untuk mentransfer ilmu dari buku kepada siswa dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Untuk menjadi komunikator yang baik ada 3 aspek utama yang perhatikan yaitu keterampilan berbicara, keterampilan mendengarkan, dan keterampilan berkomunikasi nonverbal.
            Keterampilan guru ini juga terfokus pada bagaimana murid terlibat aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Agar murid mau bekerjasama, maka langkah yang bisa diambil adalah mengembangkan hubungan positif dengan murid, mengajak murid berbagi dan mengemban tanggung jawab bersama (melibatkan murid dalam perencanaan di kelas, mendorong murid untuk menilai prilakunya sendiri), dan memberi imbalan / hadiah kepada siswa.
            Berkaitan dengan lingkungan fisik ada beberapa hal yang menjadi fokus perhatian dalam hubunganya dengan manajemen kelas. Pertama, Penataan Ruang Kelas dengan memperhatikan empat prinsip dasar yakni kurangi kepadatan di daerah yang menjadi lalu lalang, pastikan guru dapat melihat semua siswa, materi yang digunakan harus mudah diakses, dan apstikan agar semua murid bisa melihat presentasi kelas. Kedua, Gaya Penataan Kelas yang dapat berupa beberapa formasi seperti gaya auditorium, gaya tatap muka, gaya seminar, gaya offset, dan gaya klaster. Ketiga, langkah-langkah mendesain kelas, yang meliputi, pertimbangkan apa yang dilakukan murid, buat gambar lencana tata ruang, libatkan murid dalam perencanaan tata ruang kelas, mencoba menjalankan apa yang dirancang sambil bersifat fleksibel dalam penerapannya.
            Ada beberapa strategi dalam mengelolah kelas. Pertama, Gaya manajemen kelas yang demokratis (Authoritative Class room management style), Berasal dari gaya pengasuhan. Dalam konteks sosial dan perkembangan sosioemosional. Sama halnya dengan  orang tua yang demokratis, guru yang demokratis memiliki siswa yang cenderung percaya diri, menunda kegembiraan, akrab dengan teman sebaya, dan menunjukkan harga diri yang tinggi. Strategi demokratis memicu siswa untuk menjadi peikir dan pelaku yang mandiri, namun masih melibatkan pemantauan yang efektif.  Kedua, Gaya manajemen kelas otoriter (authoritarian management classroom style); Bersifat membatasi dan menghukum. Fokusnya adalah mempertahankan suasana di dalam kelas dari pada pengajaran dan pembelajaran. Guru yang otoriter menetapkan batas dan kendali yang tegas terhadap siswa serta memiliki sedikit pertukaran verbal dengan siswa. Siswa yang dalam kelas otoriter cendrung merupakan pelajar yang pasif, tidak bisa memulai aktivitas, mengungkapkan kecemasan tentang perbandingan social, dan memiliki keterampilan komunikasi yang buruk. Ketiga, Gaya menajemen kelas yang permisif (permissive classroom management style), Memberi siswa banyak kebebasan, tetapi memberi mereka sedikit dukungan untuk mengembangkan keterampilan belajar atau mengatur keterampilan mereka. Tidak mengherankan siswa di kelas permisif cendrung memiliki ketrampilan akademis yang tidak memadai dan pengendalian diri yang rendah
            Secara keseluruhan, gaya demokratis akan lebih bermanfaat bagi murid daripada gaya otoriter dan permisif. Gaya demokratis akan membantu murid menjadi pembelajar yang aktif, percaya diri, akrab dengan teman sebaya dan mampu mengendalikan diri.
            Permasalahan yang timbul seperti permasalahan minor dan moderat tentu tak dapat dihindari dalam kelas. Aakan tetapi guru sebagai fasilitator, harus berusaha semaksimal mungkin agar persoalan tersebut dapat diatasi. Untuk mengatasi persoalan minor, guru dapat menempuh langkah seperti menggunakan isyarat non verbal, memilih untuk terus lanjutkan aktifitas belajar, mendekati Murid, mengarahkan Prilaku, memberi instruksi yang dibutuhkan, menyuruh murid berhenti dengan nada tegas dan langsung, memberi murid pilihan yang tegas. Sedangkan dalam mengatasi masalah moderat guru dapat menggunakan cara-cara seperti tidak boleh memberi privilese atau aktivitas yang mereka inginkan, membuat perjanjian behavioral, memisahkan atau mengeluarkan murid dari kelas, memberikan hukuman atau sanksi kepada murid. Selain itu juga pendekatan dengan cara mediasi sangat membantu guru dalam mengaktifkan manajemen kelas yang efektif dan efisien. Diantara orang-orang yang dapat membantu guru agar murid kembali kepada aturan yang kita harapkan antara lain bantuan teman sebaya, orang tua, kepala sekolah dan mentor.


B.  ISU DALAM DISKUSI
·         Wirsal: Standarisasi tata ruang kelas. Apakah ada standar khusus dan berlaku umum tentang tata ruang kelas, misalnya berapa siswa dalam satu kelas? Bagaimana dengan kelas khusus apakah ada tata ruang khusus juga?
            Ada ketentuan bahwa setiap kelas hanya boleh terdiri dari minimal 20 orang siswa, agar kelas mudah diatur dan kegiatan pembelajaran berlangsung efektif. Ada ketentuan lain juga bahwa dalam satu kelas terdiri dari minimal 36 orang. Sebetulnya yang paling diutamakan ialah bahwa berapa pun jumlah siswa dalam satu kelas, yang penting guru dapat memfasilitasi agar pelajaran dapat dilaksanakan secara efektif. Memang idealnya ialah dalam jumlah yang sedikit, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa dalam realita, seorang guru yang baik, harus siap menerima kelas yang jumlah siswanya melebihi jumlah normal sesuai dengan standar yang ditetapkan. Untuk memudahkan pendampingan dan efektifitas pembelajaran dalam kelas dengan jumlah yang banyak, penggunaan media merupakan alternatif solusinya.
            Kelas khusus, misalnya kelas bahasa, atau kelas lainnya, yang bisa dibuat ialah moving, murid berpindah ke kelas khusus yang telah disiapkan. Hal ini dimaksudkan juga untuk membawa peserta didik pada konteks khusus yang sesuai dengan pelajaran yang akan dilaksanakan.
·         Jakaruddin: Kalau boleh tambahkan tujuan dan sasaran dari manajemen kelas. Ada siswa yang dalam mengikuti pelajaran selalu keluar masuk ruangan. Apakah ada solusi yang bisa diambil guru dalam mengatasi masalah ini yang berkaitan erat dengan reward?
             Tujuan dari management kelas ialah agar terciptanya situasi kelas yang kondusif dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
             Guru sedapat mungkin untuk mengidentifikasi semua perilaku siswa di kelasnya, agar dengan demikian, guru dapa mengetahui mengapa siswa berperilaku seperti itu. Untuk mengatasi masalah tersebut, sedapat mungkin guru menyajikan atau memfasilitasi kegiatan di kelas sebagai kegiatan yang efektif dan menyenangkan. Penggunaan aneka metode, strategi, dan pendekatan akan memotivasi siswa untuk tekun dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. selain itu sebisa mungkin dihindari punishment, tetapi bagi orang-orang tertentu harus juga diberikan hukuman tertentu, agar menimbulkan efek jera bagi anak didik. selain itu mungkin perlu juga diberikan nilai khusus untuk siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. misalnya ada nilai tambahan. Dengan demikian, siswa lain pun termotivasi untuk tekun dan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pertimbangkan juga situasi dan kondisi siswa. Tidak boleh langsung mengklaim siswa bersalah, mungkin saja ada masalah khusus. Oleh karena itu, peran seorang guru sangat penting.

·         Ode Zulaeha: Metode, materi, strategi, pendekatan dan lain-lain sangat diperlukan demi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Bagaimana cara guru agar situasi kelas selalu kondusif? Bagaimana pula kaitannya dengan variasi mengajar guru?
             Ada tiga managemen utama dalam Managemen fisik (ruang kelas), managemen tingkah laku/perilaku (khusus perilaku minor), dan managemen pembelajaran (mengelolah kegiatan pembelajaran, peran reward sangat penting). Guru harus mendalami dan mampu menerapkan ketiga manajemen ini dalam mengelolah kelas demi terciptanya pembelajaran yang efektif dan efisien.
             Variasi metode, pendekatan, mediasi dengan orang tua siswa dan pihak lain yang berkepentingan dalam pembelajaran sangatlah penting guna menghasilkan tata kelolah kelas yang kondusif untuk kegiatan pembelajaran.
·         Ayu Ningtias: manajemen kelas selalu terfokus kepada kelas pendidikan dasar dan menengah. Bagaimana dengan management kelas di perguruan tinggi?
             Manajemen kelas bukan hanya untuk pendidikan dasar dan pendidikan menengah, tetapi juga untuk pendidikan tinggi sangat penting dalam mengelolah kelas. Bila ditinjau dari ketiga jenis manajemen kelas, maka mutlak perlu manajemen kelas juga diterapkan ada perguruan tinggi. Jelas bahwa tujuan dari pengelolahan kelas itu ialah agar pelaksanaan perkuliahan dapat kondusif dan berlangsung efektif dan efisien.
·         Masukkan dari Pak Asep:
F Managemen kelas ialah Kelengkapan dan prosedur yang diperlukan untuk menciptakan dan mempertahankan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar (Duke, 1990). Tujuan dari managemen kelas ialah terciptanya situasi kondusif di kelas agar pelajaran dapat terlaksana dengan efektif, aktif, kreatif dan menyenangkan.
F Ada dua dimensi manajemen kelas yakni Pertama Preventive: yang berkaitan dengan pengaturan ruang, sarana dan alat belajar dan mengembangkan aturan, prosedur dan kebiasaan; kedua, Curative: tindakan mengatasi prilaku siswa yang tidak produktif.
F Manajemen kelas mencakup tiga jenis yakni
  Managemen fisik: penataan ruang, sarana, alat, dan media pembelajaran
  Managemen pembelajaran: penataan rencana pembelajaran, penataan materi, penugasan, manajemen media, dan lain-lain.
  Managemen prilaku: mencegah perilaku buruk, memelihara perilaku baik (kondusif), dan penanganan perilaku buruk.
F Indikator situasi kelas yang kondusif:
  Siswa memberi perhatian dan berpartisipasi dalam belajar
  Kelas terbebas dari perilaku yang tidak produktif
F Sumber-sumber gangguan meliputi: gangguan yang bersumber dari guru, gangguan yang bersumber dari siswa, dan gangguan yang bersumber dari lingkungan.
F Pendekatan penanganan perilaku dapat berupa Demokratis, Konsekuensi logis, dan Disiplin ketat (disiplin asertif)
F Langkah-langkah pengembangan perilaku siswa:
  Menciptakan aturan (rules) (yang melibatkan siswa), aturan dalam bentuk kelas dan sekolah, yang berisi tentang hal yang boleh dan tidak boleh. Kalau boleh ini dibuat dan disepakati secra bersama oleh guru dan siswa saat awal semester.
  Penegasan aturan secara konsekuen dan konsisten.
  Siswa yang melanggar aturan diberi peringatan serta beberapa penjelasan singkat tentang peraturan
  Persepsi setiap orang, pemahaman, dan komitmen orang dalam menjalankan aturan harus sama.

C.  REFLEKSI
       Pengelolahan kelas merupakan suatu hal yang urgen dalam pendidikan. Menjadi seorang guru yang profesional harus memiliki keterampilan mengelolah kelas. Guru yang tidak mampu mengelolah kelas sebenarnya merupakan guru yang gagal menjadi guru. Mengelolah kelas yang terangkum dalam manajemen fisik, manajemen pembelajaran, dan manajemen perilaku mutlak perlu untuk menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif bagi pelaksanaan pembelajaran.
       Proses pembelajaran akan berlangsung kondusif bila guru mampu mengelolah kelas. Pengelolahan kelas yang dilakukan oleh guru tentu tidak bekerja sendirian, tetapi tetap menjalin kerja sama dengan pihak-pihak tertentu yang berkepentingan dalam pembelajaran, seperti siswa, orang tua siswa, dan juga masyarakat.
       Penerapan pengelolahan kelas memang tidak terlepas dari aneka persoalan. Persoalan-persoalan itu seperti, guru yang kurang terampil dalam mengelolah kelas, situasi kelas yang memang tidak kondusif, dan juga lingkungan yang luar kelas yang memiliki potensi mengganggu situasi kelas, dan juga murid yang terkesan membandel dengan aturan kelas dan sekolah. Untuk menyelesaikan persoalan ini, tetap kembali kepada guru sebagai manager utama dalam kelas. Guru yang baik dan profesional harus mampu membaca peluang dalam hal ini. mesti ada kontrak pelajaran dengan siswa dalam kelasnya. Hal ini tidak hanya terkait dengan kontrak yang berkaitan dengan mata pelajaran, tetapi juga kontrak yang berkaitan dengan aturan bersama di kelas. Aturan itu hendaknya dibuat oleh guru bersama para siswa di awal semester atau di awal tahun pelajaran.
       Merumuskan aturan tidak otomatis bahwa kelas akan kondusif selamanya, tanpa diikuti oleh komitmen dari semua pemilik aturan tersebut (guru dan siswa) untuk melaksanakannya. Oleh karena itu harus ada sanksi yang tegas terhadap pihak yang melanggar aturan dengan prinsip keadilan (baik pihak guru atau pun siswa). Bila hal ini diterapkan dengan konsekuen dan konsisten, maka iklim kelas akan selalu kondusif bagi terlaksananya kegiatan pembelajaran.


Nama              : Alfonsus Sam
No.induk        : 7816110450