Sabtu, 02 Juni 2012

Resume Materi (Motivation)


RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

HARI, TANGGAL   :  Kamis, 9 Pebruari 2012                 JAM               10.15-12.15
TOPIK                       :  Motivation                                      RUANG         : 403


A.  SUMMARY MATERI
       Ada banyak definisi tentang motivasi individu. Secara umum, motivasi dipahami sebagai suatu dorongan internal, atau suatu situasi psikologis manusia yang menunjukkan suatu keinginan, semangat untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Sederhananya, motivasi dilihat sebagai sesuatu yang menyebabkan orang bertindak atau melakukan sesuatu.
       Motivasi terdiri dari dua bentuk yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik merupakan motivasi (keinginan) yang timbul dari dalam diri siswa (individu), sedangkan motivasi ekstrinsik ialah motivasi yang muncul dari sesuatu di luar diri siswa.
       Dalam konteks teori belajar kognitif, motivasi terkait dengan keyakinan, harapan dan kebutuhan, kemungkinan dan pemahaman siswa. Dalam konteks teori humanisme, motivasi mengisyaratkan hubungan yang baik antara guru dan murid, serta suasana kelas yang kondusif. Sedangkan dalam konteks teori belajar behaviorisme, motivasi erat kaitannya dengan konsep kontiguity, konsep reinforcement, punishment dan modelling.
       Ada banyak teori tentang motivasi. Di antaranya ialah Teori Maslow, teori Herzberg, teori McClellend, teori Vroom, dan teori equaty dan pencapaian tujuan. Semuanya bermuara pada pemahaman bahwa motivasi selalu berkaitan dengan kehendak atau keinginan individu untuk melakukan sesuatu.
       Menurut Teori Humanistis, ada beberapa cara memotivasi siswa, yakni memperlakukan siswa sebagai manusia, lalu sebagai anak didik; Hargai dan hormati anak didik tanpa syarat ( unconditioned positive regards); Ciptakan suasana kelas yang nyaman; Pertimbangankan untuk    penyelenggaraan proses pembelajaran dari perspektif  siswa     .
       Dalam konteks pembelajaran, motivasi selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar akan tercapai dan maksimal bila siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Selain berkaitan dengan prestasi belajar, motivasi juga dapat dilihat sebagai salah satu komponen sosial yang amat erat berhubungan dengan konteks sosial budaya, motif sosial, hubungan sosial dan konteks sosiokultural.

B.  ISU DALAM DISKUSI
·         Pengertian motivasi bertolak belakang dengan contoh. Sebagaimana diketahui bahwa motivasi lebih dipahami sebagai dorongan internal. Lalu ada contoh bahwa pemberian hadiah bagi peserta didik merupakan salah satu bentuk motivasi ekstrinsik. Tidakkah hal ini bertolak belakang dengan pengertian motivasi? (Alfonsus Sam)
            Motivasi pada dasarnya merupakan suatu dorongan dari dalam diri seseorang. Motivasi dikehendaki berasal dari diri siswa sendiri. Namun ini tidak cukup, bagaimanapun juga sangat dibutuhkan motivasi dari luar diri siswa. Hadiah disebut sebagai motivasi karena memang dengan hadiah yang dijanjikan anak didik akan termotivasi untuk belajar. Memang agak susah membedakannya dengan penguatan, karena motivasi dan penguatan dapat dibaca dalam satu kesatuan yang saling berkaitan. Penguatan juga bahkan merupakan bentuk dari motivasi eksternal.

·         Ada anak didik yang agak sulit untuk dimotivasi agar belajar dengan giat. Bagaimanakah upaya yang bisa ditempuh guru dalam menumbuhkan motivasi intrinsik anak seperti itu? (Dityas)
             Belajar pada teori humanisme, kita dapat menemukan beberapa upaya/usaha untuk membangun motivasi intrinsik siswa, seperti:
F Perlakukan siswa pertama-tama dan paling utama sebagai manusia, lalu sebagai anak didik.
F Hargai dan hormatilah hak dan kewajiban anak tanpa syarat.
F Ciptakan suasana kelas yang nyaman.
F Pertimbangkan untuk proses pembelajaran dari perspektif siswa.

·         Variabel-variabel apa sajakah yang menjadi tanda seorang anak termotivasi dalam belajar? (Evi Sofia)
            Ada banyak variabel (indikator) yang menjadi tanda seorang anak termotivasi dalam belajar, di antaranya:        
F Faktor inteligensi
F Faktor lingkugan sosial
F Faktor keluarga
F Minat anak itu sendiri
F Peran guru dalam membangkitkan minat dan memotivasi siswa
F Peran guru khusus untuk memberikan pendampingan khusus terhadap siswa sesuai dengan perkembangannya.

·         Masukkan dari Pak Asep:
F Istilah motivasi secara sederhana dapat dipahami sebagai sesuatu yang menyebabkan orang bertindak atau melakukan sesuatu. Atau juga suatu situasi psikologis yang menunjukkan suatu keinginan, semangat, untuk melakukan sesuatu.
F Motivasi dibedakan atas dua yakni motivasi intrinsik yang mengarahkan seseorang belajar demi belajar; dan motivasi ekstrinsik, yang mengarahkan seseorang bahwa belajar bukan demi belajar tetapi demi ijazah, nilai ulangan, nilai ujian, dan lain-lain. Selain dua motivasi tersebut, ada satu motivasi yang kandungan kebenarannya susah ditebak, yang berwujud keikhlasan. Motivasi ini hanyalah bisa diketahui oleh Dia Yang Maha Tahu.
F Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi sangat signifikan dan positif antara motivasi belajar dan prestasi belajar peserta didik. Siswa yang belajar dengan mengedepankan motivasi intrinsik, cendrung lebih berprestasi bila dibandingkan dengan siswa yang mengedepankan motivasi belajar ekstrinsik. Selain itu ditemukan bahwa motivasi selalu bersifat dinamis.
F Ada beberapa indikator penanda motivasi seseorang: durasi motivasi, frekuensi motivasi, presestensi (ketekunan), ketabahan dan ulet, devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, tigkat aspirasi yang hendak dicapai, tingkat kualifikasi produk yang dihasilkan dari kegiatan, dan arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
F Teori-teori motivasi terdiri dari behavioral motivation, humanistic motivation, cognitif motivation, dan socio-cultural motivation.
F Beberapa tindakan praktis memotivasi siswa dalam belajar:
*        Perlakukan murid sebagai manusia lalu anak didik.
*        Membangun relasi yang kuat antara guru dengan murid.
*        Pertimbangkan untuk menyelenggarakan proses pembelajaran dari perspektif siswa.
*        Hargailah dan hormatilah hak dan kewajiban siswa.
*        Menciptakan situasi kelas yang kondusif.
                       
C.  REFLEKSI
       Motivasi mutlak perlu dalam proses belajar dan perkembangan manusia. Saya pribadi melihat motivasi semacam roh yang mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia. Dengan perkataan lain, motivasi merupakan landasan bagi seseorang untuk melakukan, berpikir, dan bertindak sesuai dengan kesadaran dirinya sebagai manusia.
       Motivasi sendiri dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Hemat saya walaupun ada pembedaan antara model atau bentuk motivasi seorang individu tetap mengarah pada perkembangan individu itu sendiri berdasarkan motivasinya sendiri. Boleh jadi, motivasi dari luar (ekstrinsik) hanyalah sebagai pendorong untuk menumbuhkan motivasi intrinsik siswa. Hal inilah yang mungkin membebankan guru di sekolah dalam usaha mendampingi anak-anak agar termotivasi untuk belajar.
       Mungkin harus diakui bahwa sekarang ini, sangat sedikit sekali pebelajar yang memiliki motivasi intrinsik dalam belajar. Saya berasumsi bahwa hal ini disebabkan oleh globalisasi dan juga sistem dalam pendidikan itu sendiri. Pengaruh globalisasi yang menjanjikan banyak pesona, justru menjadi motivasi bagi pebelajar untuk belajar.
       Dalam kaitannya dengan sistem, sistem pendidikan seakan-akan memaksa pebelajar untuk belajar demi tujuan tertentu, buka demi belajar itu sendiri. Iming-iming nilai bagus, sekadar lulus UN, dan lain-lain. Guru di sekolah menengah dan sekolah dasar, bahkaan dosen di perguruan tinggi selalu menekankan hal ini. para pebelajar (khususnya di pendidikan dasar dan menengah) dipaksa untuk menguasai banyak materi dengan orientasi utama untuk lulus dalam ujian akhir (Ujian Nasional). Akibatnya, para pebelajar selalu dihantui oleh rasa takut menghadapi ujian akhir tersebut. Bukan tidak mungkin pada gilirannya pebelajar akan kehilangan motivasi intrinsik.
       Memang, untuk mengubah pola dan sistem pendidikan seperti ini tidaklah semudah membolak-balikkan telapak tangan. Perlu upaya keras semua pihak yang berkepentingan di dalamnya. Sumbangan dari paham humanisme menaruh harapan besar agar mengubah sistem pendidikan yang terlalu menekankan motivasi ekstrinsik dalam pembelajaran. Semoga.
Nama              : Alfonsus Sam
No.induk        : 7816110450

Resume Materi (Cllassroom Management)


RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

HARI, TANGGAL   :  Selasa, 16 Pebruari 2012               JAM               09.00-11.15
TOPIK                       :  Classroom Management                RUANG         : 403


A.  SUMMARY MATERI
       Materi yang dibahas dalam topik ini ialah managemen/pengelolahan kelas. Yang diutamakan ialah peran guru, murid, dan lingkungan dalam mengelolah kegiatan pembelajaran di kelas serta beberapa persoalan dalam manajemen kelas.
            Guru adalah seorang komunikator artinya sebagai media untuk mentransfer ilmu dari buku kepada siswa dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Untuk menjadi komunikator yang baik ada 3 aspek utama yang perhatikan yaitu keterampilan berbicara, keterampilan mendengarkan, dan keterampilan berkomunikasi nonverbal.
            Keterampilan guru ini juga terfokus pada bagaimana murid terlibat aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Agar murid mau bekerjasama, maka langkah yang bisa diambil adalah mengembangkan hubungan positif dengan murid, mengajak murid berbagi dan mengemban tanggung jawab bersama (melibatkan murid dalam perencanaan di kelas, mendorong murid untuk menilai prilakunya sendiri), dan memberi imbalan / hadiah kepada siswa.
            Berkaitan dengan lingkungan fisik ada beberapa hal yang menjadi fokus perhatian dalam hubunganya dengan manajemen kelas. Pertama, Penataan Ruang Kelas dengan memperhatikan empat prinsip dasar yakni kurangi kepadatan di daerah yang menjadi lalu lalang, pastikan guru dapat melihat semua siswa, materi yang digunakan harus mudah diakses, dan apstikan agar semua murid bisa melihat presentasi kelas. Kedua, Gaya Penataan Kelas yang dapat berupa beberapa formasi seperti gaya auditorium, gaya tatap muka, gaya seminar, gaya offset, dan gaya klaster. Ketiga, langkah-langkah mendesain kelas, yang meliputi, pertimbangkan apa yang dilakukan murid, buat gambar lencana tata ruang, libatkan murid dalam perencanaan tata ruang kelas, mencoba menjalankan apa yang dirancang sambil bersifat fleksibel dalam penerapannya.
            Ada beberapa strategi dalam mengelolah kelas. Pertama, Gaya manajemen kelas yang demokratis (Authoritative Class room management style), Berasal dari gaya pengasuhan. Dalam konteks sosial dan perkembangan sosioemosional. Sama halnya dengan  orang tua yang demokratis, guru yang demokratis memiliki siswa yang cenderung percaya diri, menunda kegembiraan, akrab dengan teman sebaya, dan menunjukkan harga diri yang tinggi. Strategi demokratis memicu siswa untuk menjadi peikir dan pelaku yang mandiri, namun masih melibatkan pemantauan yang efektif.  Kedua, Gaya manajemen kelas otoriter (authoritarian management classroom style); Bersifat membatasi dan menghukum. Fokusnya adalah mempertahankan suasana di dalam kelas dari pada pengajaran dan pembelajaran. Guru yang otoriter menetapkan batas dan kendali yang tegas terhadap siswa serta memiliki sedikit pertukaran verbal dengan siswa. Siswa yang dalam kelas otoriter cendrung merupakan pelajar yang pasif, tidak bisa memulai aktivitas, mengungkapkan kecemasan tentang perbandingan social, dan memiliki keterampilan komunikasi yang buruk. Ketiga, Gaya menajemen kelas yang permisif (permissive classroom management style), Memberi siswa banyak kebebasan, tetapi memberi mereka sedikit dukungan untuk mengembangkan keterampilan belajar atau mengatur keterampilan mereka. Tidak mengherankan siswa di kelas permisif cendrung memiliki ketrampilan akademis yang tidak memadai dan pengendalian diri yang rendah
            Secara keseluruhan, gaya demokratis akan lebih bermanfaat bagi murid daripada gaya otoriter dan permisif. Gaya demokratis akan membantu murid menjadi pembelajar yang aktif, percaya diri, akrab dengan teman sebaya dan mampu mengendalikan diri.
            Permasalahan yang timbul seperti permasalahan minor dan moderat tentu tak dapat dihindari dalam kelas. Aakan tetapi guru sebagai fasilitator, harus berusaha semaksimal mungkin agar persoalan tersebut dapat diatasi. Untuk mengatasi persoalan minor, guru dapat menempuh langkah seperti menggunakan isyarat non verbal, memilih untuk terus lanjutkan aktifitas belajar, mendekati Murid, mengarahkan Prilaku, memberi instruksi yang dibutuhkan, menyuruh murid berhenti dengan nada tegas dan langsung, memberi murid pilihan yang tegas. Sedangkan dalam mengatasi masalah moderat guru dapat menggunakan cara-cara seperti tidak boleh memberi privilese atau aktivitas yang mereka inginkan, membuat perjanjian behavioral, memisahkan atau mengeluarkan murid dari kelas, memberikan hukuman atau sanksi kepada murid. Selain itu juga pendekatan dengan cara mediasi sangat membantu guru dalam mengaktifkan manajemen kelas yang efektif dan efisien. Diantara orang-orang yang dapat membantu guru agar murid kembali kepada aturan yang kita harapkan antara lain bantuan teman sebaya, orang tua, kepala sekolah dan mentor.


B.  ISU DALAM DISKUSI
·         Wirsal: Standarisasi tata ruang kelas. Apakah ada standar khusus dan berlaku umum tentang tata ruang kelas, misalnya berapa siswa dalam satu kelas? Bagaimana dengan kelas khusus apakah ada tata ruang khusus juga?
            Ada ketentuan bahwa setiap kelas hanya boleh terdiri dari minimal 20 orang siswa, agar kelas mudah diatur dan kegiatan pembelajaran berlangsung efektif. Ada ketentuan lain juga bahwa dalam satu kelas terdiri dari minimal 36 orang. Sebetulnya yang paling diutamakan ialah bahwa berapa pun jumlah siswa dalam satu kelas, yang penting guru dapat memfasilitasi agar pelajaran dapat dilaksanakan secara efektif. Memang idealnya ialah dalam jumlah yang sedikit, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa dalam realita, seorang guru yang baik, harus siap menerima kelas yang jumlah siswanya melebihi jumlah normal sesuai dengan standar yang ditetapkan. Untuk memudahkan pendampingan dan efektifitas pembelajaran dalam kelas dengan jumlah yang banyak, penggunaan media merupakan alternatif solusinya.
            Kelas khusus, misalnya kelas bahasa, atau kelas lainnya, yang bisa dibuat ialah moving, murid berpindah ke kelas khusus yang telah disiapkan. Hal ini dimaksudkan juga untuk membawa peserta didik pada konteks khusus yang sesuai dengan pelajaran yang akan dilaksanakan.
·         Jakaruddin: Kalau boleh tambahkan tujuan dan sasaran dari manajemen kelas. Ada siswa yang dalam mengikuti pelajaran selalu keluar masuk ruangan. Apakah ada solusi yang bisa diambil guru dalam mengatasi masalah ini yang berkaitan erat dengan reward?
             Tujuan dari management kelas ialah agar terciptanya situasi kelas yang kondusif dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
             Guru sedapat mungkin untuk mengidentifikasi semua perilaku siswa di kelasnya, agar dengan demikian, guru dapa mengetahui mengapa siswa berperilaku seperti itu. Untuk mengatasi masalah tersebut, sedapat mungkin guru menyajikan atau memfasilitasi kegiatan di kelas sebagai kegiatan yang efektif dan menyenangkan. Penggunaan aneka metode, strategi, dan pendekatan akan memotivasi siswa untuk tekun dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. selain itu sebisa mungkin dihindari punishment, tetapi bagi orang-orang tertentu harus juga diberikan hukuman tertentu, agar menimbulkan efek jera bagi anak didik. selain itu mungkin perlu juga diberikan nilai khusus untuk siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. misalnya ada nilai tambahan. Dengan demikian, siswa lain pun termotivasi untuk tekun dan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pertimbangkan juga situasi dan kondisi siswa. Tidak boleh langsung mengklaim siswa bersalah, mungkin saja ada masalah khusus. Oleh karena itu, peran seorang guru sangat penting.

·         Ode Zulaeha: Metode, materi, strategi, pendekatan dan lain-lain sangat diperlukan demi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Bagaimana cara guru agar situasi kelas selalu kondusif? Bagaimana pula kaitannya dengan variasi mengajar guru?
             Ada tiga managemen utama dalam Managemen fisik (ruang kelas), managemen tingkah laku/perilaku (khusus perilaku minor), dan managemen pembelajaran (mengelolah kegiatan pembelajaran, peran reward sangat penting). Guru harus mendalami dan mampu menerapkan ketiga manajemen ini dalam mengelolah kelas demi terciptanya pembelajaran yang efektif dan efisien.
             Variasi metode, pendekatan, mediasi dengan orang tua siswa dan pihak lain yang berkepentingan dalam pembelajaran sangatlah penting guna menghasilkan tata kelolah kelas yang kondusif untuk kegiatan pembelajaran.
·         Ayu Ningtias: manajemen kelas selalu terfokus kepada kelas pendidikan dasar dan menengah. Bagaimana dengan management kelas di perguruan tinggi?
             Manajemen kelas bukan hanya untuk pendidikan dasar dan pendidikan menengah, tetapi juga untuk pendidikan tinggi sangat penting dalam mengelolah kelas. Bila ditinjau dari ketiga jenis manajemen kelas, maka mutlak perlu manajemen kelas juga diterapkan ada perguruan tinggi. Jelas bahwa tujuan dari pengelolahan kelas itu ialah agar pelaksanaan perkuliahan dapat kondusif dan berlangsung efektif dan efisien.
·         Masukkan dari Pak Asep:
F Managemen kelas ialah Kelengkapan dan prosedur yang diperlukan untuk menciptakan dan mempertahankan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar (Duke, 1990). Tujuan dari managemen kelas ialah terciptanya situasi kondusif di kelas agar pelajaran dapat terlaksana dengan efektif, aktif, kreatif dan menyenangkan.
F Ada dua dimensi manajemen kelas yakni Pertama Preventive: yang berkaitan dengan pengaturan ruang, sarana dan alat belajar dan mengembangkan aturan, prosedur dan kebiasaan; kedua, Curative: tindakan mengatasi prilaku siswa yang tidak produktif.
F Manajemen kelas mencakup tiga jenis yakni
  Managemen fisik: penataan ruang, sarana, alat, dan media pembelajaran
  Managemen pembelajaran: penataan rencana pembelajaran, penataan materi, penugasan, manajemen media, dan lain-lain.
  Managemen prilaku: mencegah perilaku buruk, memelihara perilaku baik (kondusif), dan penanganan perilaku buruk.
F Indikator situasi kelas yang kondusif:
  Siswa memberi perhatian dan berpartisipasi dalam belajar
  Kelas terbebas dari perilaku yang tidak produktif
F Sumber-sumber gangguan meliputi: gangguan yang bersumber dari guru, gangguan yang bersumber dari siswa, dan gangguan yang bersumber dari lingkungan.
F Pendekatan penanganan perilaku dapat berupa Demokratis, Konsekuensi logis, dan Disiplin ketat (disiplin asertif)
F Langkah-langkah pengembangan perilaku siswa:
  Menciptakan aturan (rules) (yang melibatkan siswa), aturan dalam bentuk kelas dan sekolah, yang berisi tentang hal yang boleh dan tidak boleh. Kalau boleh ini dibuat dan disepakati secra bersama oleh guru dan siswa saat awal semester.
  Penegasan aturan secara konsekuen dan konsisten.
  Siswa yang melanggar aturan diberi peringatan serta beberapa penjelasan singkat tentang peraturan
  Persepsi setiap orang, pemahaman, dan komitmen orang dalam menjalankan aturan harus sama.

C.  REFLEKSI
       Pengelolahan kelas merupakan suatu hal yang urgen dalam pendidikan. Menjadi seorang guru yang profesional harus memiliki keterampilan mengelolah kelas. Guru yang tidak mampu mengelolah kelas sebenarnya merupakan guru yang gagal menjadi guru. Mengelolah kelas yang terangkum dalam manajemen fisik, manajemen pembelajaran, dan manajemen perilaku mutlak perlu untuk menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif bagi pelaksanaan pembelajaran.
       Proses pembelajaran akan berlangsung kondusif bila guru mampu mengelolah kelas. Pengelolahan kelas yang dilakukan oleh guru tentu tidak bekerja sendirian, tetapi tetap menjalin kerja sama dengan pihak-pihak tertentu yang berkepentingan dalam pembelajaran, seperti siswa, orang tua siswa, dan juga masyarakat.
       Penerapan pengelolahan kelas memang tidak terlepas dari aneka persoalan. Persoalan-persoalan itu seperti, guru yang kurang terampil dalam mengelolah kelas, situasi kelas yang memang tidak kondusif, dan juga lingkungan yang luar kelas yang memiliki potensi mengganggu situasi kelas, dan juga murid yang terkesan membandel dengan aturan kelas dan sekolah. Untuk menyelesaikan persoalan ini, tetap kembali kepada guru sebagai manager utama dalam kelas. Guru yang baik dan profesional harus mampu membaca peluang dalam hal ini. mesti ada kontrak pelajaran dengan siswa dalam kelasnya. Hal ini tidak hanya terkait dengan kontrak yang berkaitan dengan mata pelajaran, tetapi juga kontrak yang berkaitan dengan aturan bersama di kelas. Aturan itu hendaknya dibuat oleh guru bersama para siswa di awal semester atau di awal tahun pelajaran.
       Merumuskan aturan tidak otomatis bahwa kelas akan kondusif selamanya, tanpa diikuti oleh komitmen dari semua pemilik aturan tersebut (guru dan siswa) untuk melaksanakannya. Oleh karena itu harus ada sanksi yang tegas terhadap pihak yang melanggar aturan dengan prinsip keadilan (baik pihak guru atau pun siswa). Bila hal ini diterapkan dengan konsekuen dan konsisten, maka iklim kelas akan selalu kondusif bagi terlaksananya kegiatan pembelajaran.


Nama              : Alfonsus Sam
No.induk        : 7816110450

Resume Materi (Teaching)


RESUME
PERKULIAHAN ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

HARI, TANGGAL   :  Selasa, 14 Pebruari 2012               JAM               08.00-10.15
TOPIK                       :  Teaching (instruction)                   RUANG         : 304


A.  SUMMARY MATERI
       Materi yang dibahas dalam topik ini ialah pembelajaran yang efektif. Ada tiga fokus utama yang dibahas yakni karakteristik guru yang efektif, strategi pembelajaran, dan perencanaan pembelajaran.
       Guru yang efektif ialah guru yang mengetahui pokok mata pelajaran, mengetahui tentang cara siswa belajar, menguasai kemampuan mengajar, guru yang memiliki tujuan yang jelas dalam mengajar, bersikap hangat, antusias, dan peduli terhadap siswa. Secara lebih tepat, guru yang memiliki kompetensi personal, sosial, profesional, dan pedagogik.
       Konsep strategi pembelajaran berasal dari pendekatan dalam pembelajaran. Ada dua pendekatan yang umum dikenal yakni pendekatan yang pembelajaran langsung, dan pembelajaran tidak langsung. Dari pendekatan ini, muncullah dua strategi pembelajaran yakni strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan strategi pembelajaran yang berpusat pada guru.
       Pembelajaran langsung ialah sebuah pendekatan terstruktur dan berpusat pada guru yang digolongkan berdasarkan arahan dan pengendalian guru, harapan guru yang tinggi untuk kemajuan para siswa, waktu maksimum yang dihabiskan para siswa untuk menyelesaikan tugas akademis, serta upaya-upaya dari guru untuk meminimalisasi pengaruh negatif. Pengajaran langsung digunakan untuk menjelaskan pelajaran dimana guru memindahkan informasi langsung kepada siswa, dengan menata waktu pelajaran untuk mencapai beberapa tujuan yang ditentukan dengan jelas seefisien mungkin. Pengajaran langsung sangat tepat digunakan untuk mengajarkan isi informasi atau kemampuan yang telah didefinisikan dengan baik yang harus dikuasai siswa. Fokus dari pengajaran secara langsung ini adalah aktivitas akademis; materi nonakademis cenderung tidak digunakan.
       Strategi pembelajaran yang dipakai dalam pendekatan pembelajaran langsung ialah pembelajaran yang berpusat pada guru. Ada beberapa point penting berkaitan dengan pembelajaran yang berpusat pada guru, yakni orientasi, peninjauan topik, ceramah, penjelasan, dan demonstrasi, tanya jawab dan diskusi, pembelajaran penguasaan materi, tugas di bangsu sekolah, pekerjaan rumah (PR), penerapan sistem pembelajaran kooperatif.
       Selain pembelajaran langsung, ada juga pembelajaran tidak langsung (indirect instruction). Dalam pendekatan ini, pengajaran dan perencanaan berpusat pada siswa. Tugas pendidik adalah melibatkan pikiran siswa dengan konsep yang ampuh dan bermanfaat. Persepsi siswa tentang lingkungan belajar yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru, faktor-faktor yang berhubungan dengan pengajaran berpusat pada siswa merupakan hal penting dalam meningkatkan motivasi dan prestasi siswa.
       Ada empat (4) faktor utama dalam pendekatan ini, yakni pertama, kognitif dan metakognitif; Kedua, motivasional dan emosional; Ketiga, perkembangan dan social; Keempat, perbedaan individual. Prinsip ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Menurut kelompok kerja ini, pendidikan akan lebih baik apabila fokus utamanya adalah pada orang yang belajar (learner).
       Pendekatan pembelajaran tidak langsung mengedepankan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner-centered). Strategi ini mengisyaratkan pembelajaran yang berbasis problem, penggunaan pertanyaan esensial, pembelajaran penemuan (discovery learning), dan pembelajaran konstruktivistik.
            Topik yang tak kalah pentingnya juga yang dibahas dalam tema ini ialah topik mengenai perencanaan pembelajaran atau yang sekarang lebih dikenal dengan istilah RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Rencana pembelajaran yang dibuat menggunakan strategi-strategi pengajaran yang berpusat pada siswa.  Namun demikian, perlu disadari bahwa pengajaran yang efefktif menuntut penggunaan banyak strategi. Guru harus menggunakan strategi pengajaran yang membantu siswa mengingat apa yang diajarkan kepada mereka.
Pelajaran yang diberikan hendaknya memperhitungkan karakteristik intelektual dan sosial siswa di kelas tersebut dan juga karakteristik intelektual, sosial, dan budaya siswa tertentu. Guru harus memastikan siswa tertarik dan termotivasi untuk mempelajari subjek tersebut.
Untuk melihat apakah siswa mempelajari apa yang diajarkan, guru dapat mengajukan pertanyaan atau menggunakan ujian atau meminta siswa menunjukkan pemahaman mereka dengan menciptakan dan menginterprestasikan eksperimen, dan guru harus menanggapi dengan tepat apakah semua penilaian ini memperlihatkan bahwa siswa menghadapi kesulitan.   
      Dalam menyusun suatu perencanaan pembelajaran, guru perlu memperhatikan beberapa hal penting dalam perencanaan, seperti tujuan atau hasil pembelajaran; apa yang hendaknya diketahui atau sanggup dilakukan siswa setelah pelajaran; Informasi, kegiatan, dan pengalaman apa saja yang akan diberikan guru; berapa banyak waktu diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut; buku, bahan dan dukungan media apa saja yang disediakan guru; metode pengajaran dan struktur partisipasi apa saja yang akan digunakan.

B.  ISU DALAM DISKUSI
  • Bagaimana Uraian tentang RPP? (Ode Zulaeha) Untuk pengetahuan awal berpusat dari guru, lalu dilakukan praktek dan diskusi
            RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dibuat sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. RPP berisi gambaran tentang proses kegiatan pembelajaran, yang menjadi panduan bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran untuk satu atau lebih kompetensi dasar. Unsur-unsur RPP yang lengkap memuat, identifikasi sekolah, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, media, sarana, alat, bahan, waktu, dan proses pembelajaran (awal, inti, dan akhir).
            Rpp mengisyaratkan kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan peran peserta didik. guru mesti memiliki kemampuan awal yang memadai, agar mudah dalam menjadi fasilitator bagi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan awal guru tersebut, pada gilirannya akan mengajak anak untuk memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang semestinya mereka miliki setelah mereka mengikuti kegiatan pembelajaran.

  • Kemampuan apa saja yang dimiliki guru agar menjadi baik? Proses belajar mengajar seperti apa yang baik? (Afrinawati)
            Kemampuan seorang guru yang baik ialah bahwa seorang guru harus memiliki kompetensi dasar sebagai pendidik dan pengajar yang kompeten. Kompetensi yang dimaksud seperti yang ditetapkan dalam undang-undang yakni kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
            Proses belajar mengajar yang baik ialah pembelajaran yang mengaktifkan semua komponen dalam kegiatan pembelajaran. Guru mesti mampu menerapkan aneka pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran. selain itu, pembelajaran yang baik dan efektif ialah pembelajaran yang tetap mengacu padda tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Jadi, guru tetap menjadi fasilitator yang memberi riang gerak bagi siswa untuk belajar namun tetap terfokus pada tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut.

  • Langkah-langkah apa yang harus dilakukan sebagai awal pembelajaran? Bagaimana jika siswa memiliki gangguan (misalnya tuna rungu) sehingga siswa tersebut dapat belajar secara efektif? (Jakaruddin)
            Langakh awal dalam kegiatan pembelajaran disebut apersepsi. Kegiatan apersepsi mengajak dan membawa anak kepada situasi pembelajaran. secara praktis hal ini dapat berupa penjelasan tentang pelajaran yang telah lewat atau juga pengetahuan awla siswa tentang topik yang akan dipelajari. Guru hendaknya bersifat terbuka dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya.
            Anak-anak yang mengalami gangguan fisik, tentu juga bisa belajar secara efektif. Hal ini tergantung pada situasi dan keadaan anak tersebut. Misalnya, masih sangat efektif kalau seorang anak yang buta untuk mengikuti pelajaran musik, walaupun dia tidak bisa melihat, namun sangat tidak efektif, bila dia dipaksa untuk belajar kimia atau fisika. Hal ini sangat tergantung pada upaya guru untuk mengenal dan mampu mengidentifikasi kemampuan dan perbedaan individu para siawa.

  • Pembelajaran efektif jika ada perbedaan latar belakang, bahasa, budaya, sosial ekonomi. Bagaimana cara pengelolaan pembelajaran seperti itu? (Sandra Novieta)
            Pembelajaran efektif tetap dapat terlaksana dalam konteks anak didik yang memiliki aneka latar belakang yang berbeda, baik dari segi ekonomi, bahasa, budaya dan kehidupan sosial-kemasyarakatan. Dalam hal ini menjadi tugas guru untuk mengidentifikasi latar belakang siswa yang beragam ini. Guru hendaknya dapat menerapkan berbagai pendekatan dan strategi/metode berhadapan dengan anak-anak yang beragam.
            Sebagaimana telah dibicarakan dalam topik perbedaan individu, guuru harus mampu menerima perbedaan yang ada dan memotivasi siswa untuk menghargai, menerima, menghirmati, perbedaan yang ada dan menciptakan situasi kondusif dalam keberagaman.

  • Apakah tidak ada kesenjangan antara pembelajaran yang efektif dan tidak efektif? Berpusat pada guru, Berpusat pada siswa? (Ode Zulaeha)
            Kesenjangan dalam praktik belajar sesungguhnya terjadi manakala pebelajar dan guru serta berbagai pihak yang berkepentingan dalam pembelajaran tidak saling bekerja sama. Selain itu juga biila guru tidak mengaktifkan segala komponen pembelajaran. Penggunaan variasi metode/strategi dalam pembelajaran dapat menjawab persoalan ini. Guru harus berupaya untuk menggunakan aneka strategi dan metode sesuai dengan tema dan tujuan pembelajaran, sehingga pelajaran benar-benar dilihat dan dialami sebagai pelajaran yang efektif.
            Antara strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan strategi yang berpusat pada guru sebenarnya tidak terdapat kesenjangan, karena kedua strategi ini akan memberikan makna belajar yang mendalam apabila dipadukan. Tidak mutlak satu pendekatan/strategi dapat efektif. Oleh karena itu perlu variasi strategi/pendekatan. Misalnya pendekatan kooperatif, berkolaborasi dengan metode ceramah, demostrasi atau diskusi.

  • Bagaimana pendekatan pembelajaran yang efektif? (Rahmat)
            Pendekatan pembelajaran yang efektif akan terjadi bila pembelajaran itu terfokus pada tujuan yang telah ditetapka yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran tersebut sebagaimana yang termuat dalam kurikulum atau juga yang ada dalam RPP. Selain itu, pembelajran dikatakan efektif apabila dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru mengaktifkan semua komponen pembelajaran seperti Siswa, guru, materi, metode/strategi, sumber/alat/sarana, lingkungan/setting pembelajaran.

  • Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan seandainya pembicara menjadi kepala dinas seandainya di lapangan ditemukan guru-guru yang tidak efektif? (Jakaruddin).
                        Persoalan guru yang intensional memang secara praksis terbentur praktik pendidikan yang kurang serius dan terbendung masalah. Banyak guru yang tidak efektif dalam melaksanakan tugasnya. Seturut perkembangan jaman dan perkembangan sistem dalam pendidikan, saat ini banyak sekolah yang memiliki monitor khusus untuk selalu mengamati kerja guru dalam mengajar. Selain itu juga peran pengawas dari dinas terkait sangat penting untuk menyelesaikan persoalan seperti ini.
                        Di banyak tempat juga ada organisasi para guru yang selalu berkumpul bersama untuk saling membagi pengalaman dalam mengajar dan saling mengevaluasi keberhasilan mengajar para guru. Terlepas dari organisasi tersebut, di sekolah, juga guru-guru selalu ada waktu untuk saling membagi pengalamannya dengan teman gurunya. Mungkin hal ini akan memotivasi guru agar mampu menerapkan pembelajaran efektif di kelasnya.

·         Masukkan dari Pak Asep:
F ada beberapa term penting dalam topik pembahasan tentang teaching, yakni Learning (belajar), Teaching (pengajaran), Instruction (pengajaran), Teaching and learning (belajar mengajar), Teaching for learning (mengajar untuk belajar (pembelajaran)).
F Woolfolk (2004) mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan atau tingkah laku yang disebabkan oleh suatu pengalaman. Perubahan tersebut terjadi setelah orang mengalaminya dalam pengalaman. Pengalaman itu sendiri mengisyaratkan ada action (tindakan) dan proses interaksi dengan lingkungan. Pengalaman tersebut erat kaitanya dengan perubahan kognitif, afektif, psikomotorik. Sementara itu Santrock melihat belajar sebagai perubahan perilaku, pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil dari pengalaman. Secara umum, dapat dikatakan bahwa belajar ialah proses perubahan yang terjadi pada seseorang seteah menjalani suatu pengalaman.
F Bila dibandingkan antara taksonimo Bloom dengan pandangan psikologis tentang perubahan akibat belajar maka akan diperoleh bahwa dalam taksonomi Bloom, belajar merupakan perubahan pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotirik, sedangkan dalam bahasa psikologi, perubahan itu terjadi dalam hal biologis, kognitif, dan socio-emotional. Yang diutamakan, sesungguhnya ialah sesuatu yang tampak dan tidak tampak. Dalam psikologi yang diutamakan ialah apa yang dirasakan.
F Istilah teaching (mengajar) ialah Upaya untuk memfasilitasi, meyediakan, atau menciptakan sesuatu situasi yang memungkinkan siswa untuk belajar. Pengertian ini akan mengarahkan kegiatan mengajar menjadi suatu kegiatan Pembelajaran, dengan ciri khas: peserta sebagai subek yang aktif dan guru/instruktor sebagai fasilitator.
F Pembelajaran dapat dilihat sebagai suatu sistem. Sebagai suatu sistem, pembelajaran merupakan suatu proses dalam sistem tertentu dan dipengaruhi oleh banyak faktor pendukung. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan proses belajar tesebut ialah in-put (pebelajar dengan segala situasinya), environmental in-put (masukan/pengaruh lingkungan, resource in-put, dan juga out-put yang berupa kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh pebelajar.
F Pembelajaran efektif, mengisyaratkan pembelajaran sebagai proses dan sebagai hasil.. sebagai proses, pembelajaran harus sistematik, normatif, efisien, dan menyenangkan. Ada juga dua hal penting yang harus diperhatikan dalam proses yakni strategi/metode dan clasroom management. Yang bertanggung jawab terhadap dua aspek ini ialah guru. Hasil dari proses belajar ialah bahwa Peserta menguasai materi atau kompetensi yang diharapkan secara bermakna.
F Siswa, guru, materi, metode/strategi, sumber/alat/sarana, lingkungan/setting merupakan juga komponen-komponen penting yang ada dalam pembelajaran. Pembelajaran akan menjadi suatu pembelajaran efektif apabila, mengaktifkan semua komponen-komponen ini secara menyeluruh dan seksama.
F Guru sebagai tokoh penting dalam pembelajaran harus memiliki kompetensi khusus yang terdiri dari Kompetensi personal (fisik sehat dan menarik, disiplin tanggung jawab, cerdas, tekun, sabar, ramah, hangat, tegas, jujur, adil, berakhlak (moral)); Kompetensi profesional (menguasai materi, kemampuan mengelolah pembelajaran, kemampuan meneliti, memiliki wawasan global); Kompetensi sosial (interaksi dan kerja sama konstruktif dengan siswa, kolega, atasan, orang tua, masyarakat, dan profesi lain);
F Bila dilihat secara jeli dari cara pandang psikologis, sebetulnya ketiga kompetensi itu bisa dirampingkan menjadi dua yakni kompetensi personal dan kompetensi profesional.
F Ada empat kemampuan dasar menjadi guru yang expert (Peterson, 1988; Shulman,1987) dalam egen dan Kaucak, 2004), yakni:
  Knowledge of content: penguasaan terhadap materi yang diajarkan.
  Pedagogical content knowledge: bagaimana suatu materi disusun dan disajikan sehingga mudah dipahami oleh peserta didik.
  General pedagogical knowledge: kemampuan untuk mengelolah kegiatan pembelajaran, meliuti dua komponen dasar yakni penguasaan tentang staretegi dan kemampuan mengelolah kelas.
  Knowledge of learner and learning: pengetahuan dan pemahaman tentang anak (peserta didik).
F Kurikulum terdiri dari beberapa komponen, yakni Tujuan, isi, proses, evaluasi.
F Ada beberapa pendekatan dalam pembelajaran yang secara umum dikategorikan dalam dua pendekatan utama yakni Pertama, pembelajran langsung: pesan-pesan pembelajran disampaikan secara langsung oleh guru kepada siswa. Strategi yang digunakan dalam pendekatan langsung ini ialah strategi Teacher center dengan menggunakan metode ceramah. Kedua, Pembelajaran tidak langsung: siswa memperoleh pesan2 pembelajaran, tetapi tidak secra langsung didapat dari guru, melainkan suatu proses yang dilakukan sendiri oleh siswa. Pembelajaran ini menerapkan pembejajaran yang berpusat pada siswa (learner-centered). Metode yang dipakai dalam pendekatan dan strategi ini meliputi metode tanya jawab, eksperimen, tugas, diskusi, dan lain-lain.

C.  REFLEKSI
       Pembelajaran efektif merupakan model pembelajaran yang diharapkan selalu diterapkan dalam konteks pembelajaran di semua lembaga pendidikan. Hemat saya, pelaksanaan pembelajaran yang efektif akan terjadi bila guru mengetahui dan mendalami tentang makna dan fungsi model, pendekatan, strategi, metode, tekhnik, dan taktik dalam pembelajaran.
       Pembelajaran juga disebut terlaksana sebagai suatu pembelajaran efektif juga tentu mengisyaratkan kefektifan guru dalam mengaktifkan semua komponen pembelajaran termasuk dua hal penting yang sangat menentukan yakni keaktifan siswa dan kemampuan guru dalam mengelolah kelas. Keterampilan mengajar seorang guru seperti keterampilan menjelaskan, keterampilan memimpin diskusi, keterampilan mengelolah kelas, keterampilan bertanya dasar, keterampilan membuka dan menutup pembelajaran, ketrampilan menciptakan variasi, Ketrampilan memberikan penguatan, dan Keterampilan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran, merupakan sederetan keterampilan dasar yang harus dimiliki guru agar mampu menjadi tenaga pendidik dan pengajar yang kompeten. Hal ini akan senada dengan apa yang ditegaskan dalam undang-undang yakni bahwa seorang guru harus memiki kemampuan khusus atau memiki kompetensi khusus seperti kompetensi personal, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi prefesional. Selain itu juga kompetensi managerial, agar mampu memanajemen kelas, megelolah kelas sebagai tempat dan situasi yang efektif dan efesien untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
       Penggunaan variasi strategi dan metode dalam kelas juga sangat diperlukan untuk mengefektifkan suatu kegiatan pembelajaran. tentu penggunaan metode dan strategi dimaksud harus disesuaikan dengan topik dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Semuanya ini sesungguhnya dilakukan agar siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga mereka dapat mengkonstruksi dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan mereka kembangkan.

Nama              : Alfonsus Sam
No.induk        : 7816110450